• Ulasan Monitor LED Dell S2721DS 27 Inchi

    Beberapa waktu setelah saya bekerja dari rumah, saya sempat terpikir untuk memiliki sebuah monitor yang berukuran agak besar untuk kenyamanan bekerja. Saya sempat gunakan juga sebenarnya “televisi” sebagai monitor, tapi tentu saja ini bukan pilihan yang bijak.

    Akhirnya, setelah satu tahun lebih, saya memutuskan untuk membeli sebuah monitor yang akan saya gunakan bersama dengan MacBook Pro 15″.

    Catatan:

    Tulisan ini merupakan ulasan pribadi. Pembelian barang dengan menggunakan dana pribadi, bukan artikel berbayar, dan saya tidak memiliki hubungan bisnis dengan produsen monitor, maupun layanan lain yang disebutkan dalam artikel ini. Hasil dan pengalaman berbeda mungkin terjadi. Saya tetap menyarankan untuk membaca terlebih dahulu spesifikasi dan ulasan lain untuk produk ini.

    Karena sudah sangat lama tidak mengikuti perkembangan monitor, awalnya saya agak bingung harus memulai pencarian saya dari mana. Akhirnya, saya lemparkan pertanyaan sekaligus meminta rekomendasi melalui linimasa Twitter saya. Berikut beberapa balasan rekomendasi, atau paling tidak yang sedang dipakai:

    1. Dell S2721DS
    2. ThinkVision T27P10
    3. Dell s2721QS
    4. Thinkvision E24-20
    5. LG 24” 4K 24UD58-B

    “Beruntung” tidak terlalu banyak rekomendasi yang bisa membuat saya bisa tambah bingung menentukan pilihan. Awalnya, saya berpikir untuk membeli yang 24″ karena sudah cukup besar. Ternyata, beberapa rekan yang kesehariannya bekerja dengan monitor eksternal lebih merekomendasikan untuk ukuran 27″.

    Untuk mempermudah pilihan, saya menentukan anggaran paling tinggi Rp4.000.000,-. Dan, setelah membaca beberapa ulasan, melihat ulasan dari pengguna lain, saya memutuskan untuk membeli Dell S2721DS.

    Spesifikasi

    Berikut spesifikasi dasar untuk Dell S2721DS:

    • Ukuran panel: 27 inchi
    • Tipe panel: IPS
    • Resolusi: QHD 2560 x 1440 @ 75 Hz
    • Aspek rasio: 16:9
    • Konektor: 2x HDMI 1.4, 1x DP1.2
    • Daya: 19 watt (sleep/standby: 0,3 watt)

    Spesifikasi lengkap dapat dilihat di situs Dell.

    Pembelian

    Awalnya saya berniat untuk membeli produk ini secara langsung di toko komputer. Namun, ternyata barang ini tidak banyak bisa saya temukan. Saya tanyakan ke salah satu teman saya yang juga sudah memiliki produk ini, ternyata barang sedang tidak ada dalam stok, dan harga saat ini lebih tinggi dibanding saat dia membelinya.

    (more…)
  • Glagah yang Sepi

    Karena sudah cukup lama tidak mengunjungi eyangnya di ujung selatan Bantul, hari ini saya membawa keluarga untuk datang berkunjung sebentar. Kemarin, si bocah juga baru saja berulang tahun.

    Kunjungan singkat tersebut sekaligus kesempatan mampir ke pantai. Dan Pantai Glagah merupakan pilihan siang itu. Tidak ada ekspektasi, selain bahwa semoga cuaca cukup baik. Pengalaman sesekali kali ke pantai — di masa pandemi — memang biasanya memilih jam dan hari yang ‘kurang diminati orang’.

    Otomatis memang pantai/obyek wisata pasti cenderung sepi. Pengunjung berkurang. Dan, siang itu, saya menjumpai kawasan Pantai Glagah ini memang sepi. Setelah saya membayar retribusi obyek wisata sebesar Rp18.000 untuk tiga orang, saya langsung mengarahkan kendaraan ke area pantai. Dan, tujuan pertama ke kawasan laguna.

    Laguna Pantai Glagah

    Ketika mampir di area laguna, saya hanya melihat sekitar emapt mobil saja parkir. Ada beberapa sepeda motor terparkir. Sepi sekali. Ada sebuah perasaan sedih. Entahlah, tidak nyaman melihatnya.

    Pantai Glagah.

    Ketik sampai ke kawasan parkir pantai, saya hanya melihat satu mobil yang sedang parkir. Lagi-lagi, sangat sepi. Semoga ini memang karena sedang bulan puasa. Walaupun saya tetap mendukung protokol kesehatan untuk tetap dijalankan, tapi di saat yang sama bahwa ada yang menggantungkan penghasilan dari sektor pariwisata ini, pemandangan yang sepi ini cukup berhasil mengusik saya.

    Beberapa orang yang berjaga parkir juga sepertinya menjalani hari yang cukup berat. Beberapa warung juga sepi. Beberapa kawasan yang sepertinya disiapkan (atau dulu malah sudah pernah beroperasi) juga sepertinya tidak menunjukkan bahwa ada aktivitas perekonomian di sana.

    Sepi. Sedih.

  • Ulasan K380 Multi-device Bluetooth Keyboard

    Dengan beberapa pertimbangan, akhirnya saya memutuskan untuk membeli papan ketik baru, dan pilihan saya jatuh ke K380 Multi-device Bluetooth Keyboard dari Logitech.

    Catatan

    Tulisan ini merupakan ulasan pribadi. Pembelian barang dengan menggunakan dana pribadi, bukan artikel berbayar, dan saya tidak memiliki hubungan bisnis dengan Logitech. Hasil dan pengalaman berbeda mungkin terjadi. Saya tetap menyarankan untuk membaca terlebih dahulu spesifikasi dan ulasan lain untuk produk ini.

    Nama Logitech sebenarnya bukan nama yang asing. Saya sudah cukup lama menggunakan tetikus dari merek ini, untuk seri M337. Dan, selama itu pula cukup puas dengan performa dalam mendukung pekerjaan saya sehari-hari.

    Mengapa bluetooth keyboard?

    Selama ini, sebenarnya saya juga sudah menggunakan magic keyboard dari Apple karena MacBook saya lebih sering saya gunakan bersama dengan monitor eksternal karena memang saya hampir selalu di rumah saja. Tidak ada keluhan spesifik sebenarnya.

    Di saat yang sama, saya juga kadang menggunakan iPad, yang juga hampir selalu berada di depan saya (ketika di rumah). iPad yang saya gunakan juga sudah menggunakan magic keyboard.

    Kalau ada satu papan ketika yang bisa dengan mudah berpindah piranti, saya rasa itu akan sedikit membantu. Dan, karena juga saya kadang harus berpindah tempat kerja seperti bekerja di luar rumah, dan saya memang lebih nyaman menggunakan papan ketik eksternal, kalau ada yang memenuhi kedua hal ini, tentu akan jadi pilihan.

    Kenapa papan ketik nirkabel, ya karena ini lebih praktis saja.

    Memilih K380

    Ada beberapa pilihan yang sudah saya lihat, tapi spesifikasi yang saya butuhkan sebenarnya cukup sederhana saja, yaitu:

    1. Desain sederhana, dengan ukuran yang cukup compact, dengan built quality yang baik, tidak terkesan ringkih dan murahan.
    2. Mudah untuk pairing, dan tentu saja nirkabel
    3. Saya tidak butuh fitur seperti trackpad, atau tombol dedicated misal untuk angka.
    4. Baterai cukup awet
    5. Harga di bawah Rp500.000

    Awalnya saya sempat terpikir untuk membeli Logitech K480 yang sepertinya akan cocok untuk saya. Namun, setelah saya pertimbangkan ulang, fitur untuk menempatkan tablet atau ponsel sepertinya tidak akan terlalu saya gunakan. Dan, ini menjadikan ukuran keseluruhan menjadi terlalu besar

    Logitech K480
    Ukuran Logitech K480: 299mm x 195 mm x 20 mm.

    Seri K480 ini secara umum memiliki spesifikasi yang bagus, cuma kurang cocok untuk kebutuhan saya.

    (more…)
  • Selesai: Pengembalian Kredit Google Hangout

    Sewaktu melakukan perubahan kartu kredit untuk pengembalian kredit Google Hangout pertengahan Maret lalu, saya kira prosesnya memang bisa sampai dua bulan. Ternyata, proses malah jauh lebih cepat.

    Dalam catatan mutasi kartu kredit, ternyata di tanggal tersebut dana sudah masuk. Informasi baru terlihat karena tagihan terbaru kartu kredit baru tercetak awal April ini.

  • Akhirnya, Swab Antigen Juga

    Photo by Testalize.me on Unsplash

    Akhirnya, hari ini saya melakukan swab Antigen untuk kali pertama di HI-LAB Diagnostic Center, salah satu klinik laboratorium yang berada di tengah kota, di seputaran Kotabaru, di sisi selatan Stadion Kridosono. Ini satu area dengan Klinik Mata Sehati, tempat saya memeriksakan mata.

    Sekarang memang sudah cukup banyak opsi untuk melakukan swab Antigen di Jogjakarta, pemilihan lokasi ini tidak ada preferensi khusus. Ya saya milih lokasi ini saja. Kebetulan juga, ART yang akhirnya kembali bekerja juga melakukan tes di lokasi tersebut.

    Kenapa?

    Jadi beberapa hari lalu, setelah saya bertemu dengan seorang teman, keesokan harinya dia memberitahu kalau salah satu teman istrinya terindikasi terpapar COVID-19. Sempat kaget juga, tentu saja. Saya bertemu teman saya tidak lama, mungkin hanya sekitar 2 jam. Dan, itu cuma berdua, di tempat yang sirkulasi udara cukup baik, dan duduk tidak berhadapan, dan tetap menjaga jarak aman.

    Saya sendiri, kalau di luar rumah khususnya ketika ada bertemu orang dan ada kemungkinan mengobrol, pasti mengusahakan selalu menggunakan masker dobel. Masker kain ditambah masker medis di sisi dalam. Dan, sampai saat ini masih cukup nyaman.

    “Harusnya aman karena kan selalu pakai masker terus, dan bahkan dobel” adalah salah satu perasaan yang di awal muncul, setelah mendapatkan saya berinteraksi dengan orang yang kontak yang walaupun belum tentu positif. Jadi, pilihannya tes atau tidak.

    Akhirnya, memutuskan untuk swab antigen saja untuk memastikan.

    Proses Registrasi dan Swab Antigen

    Saya melakukan proses pendaftaran secara daring melalui situs yang disediakan. Proses registrasi berjalan dengan mudah dan efisien. Saya cukup mendaftar, menentukan jadwal pemeriksaan, dan melakukan pembayaran melalui transfer bank. Untuk dokumen, saya menyertakan KTP saja.

    Biaya yang saya keluarkan untuk tes ini adalah Rp225.000,-.

    Beruntung antrian tidak panjang. Setelah mengonfirmasi kedatangan, saya langsung diminta menunggu di area tunggu. Saya mungkin menunggu sekitar sekitar 15 menit saja.

    Dan, giliran saya tiba. Petugas menjelaskan prosedur dengan ringkas dan jelas, dan saya tinggal menikmati prosesnya, alat swab masuk ke kedua lubang hidung saya. Agak tidak nyaman, tapi syukurlah semua proses berjalan cepat dan lancar.

    Hasil

    Proses swab saya berlangsung sekitar puklu 08.50 WIB. Dan, hasil tes swab saya terkirim ke surel saya sekitar pukul 09.39 WIB. Jadi kurang dari satu jam hasil sudah dapat diketahui. Mungkin karena proses antrian tidak banyak hari ini.

    Puji Tuhan.

  • Jasa Saluran Mampet

    Photo by La Miko from Pexels

    Sudah sangat lama sejak kali terakhri saya menggunakan jasa untuk masalah saluran air yang mampet. Secara umum, semua lancar-lancar saja. Sudah beberapa minggu terakhir terpikir untuk memanggil jasa saluran mampet untuk saluran yang membawa air hujan dari area belakang ke depan.

    Karena, ketika hujan lebat, kecepatan air mengalir keluar tidak secepat debit air yang masuk. Jadi, kadang air keluar dari saluran/parit kecil. Hasilnya sih lebih kepada kegiatan tambahan setelahnya, yaitu mengepel lantai. Aliran jadi kurang lancar karena sepertinya ada debu, pasir, atau kadang tanah yang masuk ke saluran. Termasuk, kadang ada daun dari pohon di dekat rumah yang terbang tertiup angin.

    Dan, rencana tersebut akhirnya harus direalisasikan justru karena sebab lain. Sewaktu ART saya mencuci piring, air buangan wastafel ternyata sedikit meluap. Dugaannya cukup jelas: mampet. Karena ini bagian yang penting untuk kegiatan rumah tangga berjalan baik, jadi harus dibereskan sesegera mungkin.

    Melalui mesin pencari, saya mencari alternatif layanan. Dan, saya menemukan salah satu layanan yang lokasinya tidak terlalu jauh dari rumah. Saya kirim pesan melalui WhatsApp, dan ternyata langsung dibalas. Setelah saya jelaskan beberapa hal yang perlu dibereskan, dan sepakat dengan harga jasa, penyedia layanan ini menyanggupi untuk datang keesokan harinya.

    Pagi harinya, setelah dicek, ternyata memang benar cukup parah sumbatannya. Akhirnya sumbatan dibersihkan dan didorong dengan air. Parit juga dibersihkan. Sebenarnya pekerjaan cukup lancar, sampai pada kondisi air yang digunakan untuk mendorong melalui pompa habis. Kebetulan beberapa hari ini layanan PDAM di kompleks perumahan kurang begitu lancar. Jadi, air yang digunakan adalah air dari toren penampung.

    Untunglah, bagian utamanya sudah selesai. Ini lebih kepada membilas kembali dengan air yang banyak saja. Saya cuma berharap hujan deras segera turun, dan air dari PDAM menyala lagi.

  • Kembali Mempekerjakan Asisten Rumah Tangga (di Masa Pandemi)

    Setelah mempertimbangkan banyak hal, akhirnya saya dan istri sepakat untuk kembali menggunakan ART (asisten rumah tangga), setelah sekitar satu tahun ini kami saling berbagi tugas sehari-hari. Menurut kami, sebenarnya saat ini semua juga cukup baik-baik saja. Pekerjaan bebersih, memasak, mengasuh anak, semua bisa dikatakan bisa dijalankan dengan cukup baik.

    Cuma memang, secara rutinitas menjadi lebih ekstra tenaga. Pekerjaan mencari rejeki juga harus berjalan, bahkan dengan banyak hal yang lebih menantang. Pengelolaan waktu merupakan satu hal yang menantang diantara begitu banyak distraction yang terjadi silih berganti, apapun itu.

    Mempekerjakan ART juga berarti adanya tambahan biaya bulanan, yang selama ini kami juga harus mengaturnya dengan lebih bijak. Seperti halnya dengan banyak karyawan/usaha yang terdampak pandemi, saya juga ikut mendapatkan priviledge berupa penyesuaian — lebih tepatnya pemotongan — gaji. Jadi, ya memang saya juga ikut dalam ‘mode bertahan’.

    Alasan kenapa akhirnya memilih untuk mempekerjakan kembali ART lebih kepada supaya bisa menjalani dan melewati hari dengan lebih baik, secara fisik maupun mental. Mungkin istilah kerennya adalah “demi kualitas hidup yang lebih baik”. Dan, kalau mungkin ini juga bisa menjadi jalan rejeki bagi orang lain, kenapa tidak.

    ART yang akhirnya kami pekerjakan kembali juga bukan orang baru. Dia adalah ART pertama kami ikut bersama kami mungkin sekitar satu tahun, sebelum dia memutuskan untuk berhenti bekerja (bersama kami) karena ada beberapa urusan pribadi yang membuat waktu bekerjanya jadi sulit didapatkan.

    Setelah berdiskusi dan wawancara virtual cukup panjang, terutama terkait dengan kondisi pandemi dan bagaimana protokol kesehatan, akhirnya kami memutuskan untuk mempekerjakan kembali. Walaupun, selama masa pandemi ART kami (katanya) ada di rumah terus bersama keluarga, dan suaminya juga mengurus sawah, tapi kami tetap meminta untuk dilakukan rapid test Antigen. Jadi, kami koordinasikan untuk ART — dan suami yang mengantar — juga untuk tes Antigen. Puji Tuhan, semua hasilnya negatif/non-reaktif.

    Dan, selama dua minggu pertama, kami menyepakati untuk tetap menjaga jarak di rumah, dan selalu memakai masker selama berada di dalam rumah. Area pergerakan ART juga masih sangat terbatas. Juga, kami sepakat untuk ART ini tidak akan pulang terlebih dahulu paling tidak sampai dua bulan ke depan.

    Kalau harus pulang, berarti memang kami juga bersepakat itu akan dianggap mengundurkan diri. Tidak mudah memang, tapi ini juga tentang adanya risiko kalau nanti bolak-balik.

    Semoga semua baik-baik saja. Amin.

  • KlikIndomaret Lagi

    Setelah menggunakan KlikIndomaret untuk tahun lalu, saya beberapa kali menggunakan layanan ini. Minggu ini saya melalukan dua kali pemesanan. Dan, semuanya berjalan dengan lancar, dan terlihat lebih baik.

    Walaupun sekarang dalam masa pandemi jam operasional mengikuti aturan lokal mengenai jam operasional usaha, dua kali transaksi terakhir saya lakukan di pagi hari. Sebenarnya, saya ingin juga mencoba Alfacart kembali, tapi sedikit ada masalah dengan akun saya. Karena lupa sandi, saya gunakan fitur untuk me-reset sandi. Tapi instruksi yang saya ikuti tidak berjalan baik. Intinya, saya tidak bisa login. Ya sudah, saya pakai yang bisa dipakai saja.

  • Pengembalian Dana/Kredit Google Hangout

    Karena Google sudah tidak meneruskan layanan panggilan suara pada aplikasi Hangouts pada bulan Maret 2021, maka pengguna yang masih memiliki dana/kredit yang melekat pada aplikasi Hangouts akan mendapatkan pengembalian dana. Pengguna Hangouts akan diarahkan untuk berpindah ke layanan Google Chat.

    Termasuk saya, yang ternyata masih ada US$10 di akun.

    Saya sebenarnya malah tidak ingat bahwa saya pernah melakukan penambahan kredit di akun saya. Namun, surel yang saya dapatkan dari sistem bukan terkait berhasilnya pengembalian dana, namun karena dana yang akan dikembalikan tidak dapat diproses.

    Pengaturan pembayaran saya saat ini memang menggunakan kartu kredit. Saya pikir, kegagalan karena informasi kartu kredit saya tidak valid. Setelah saya cek, kartu kredit yang saya gunakan sudah benar — dapat digunakan untuk pembayaran.

    Akhirnya, saya ubah informasi pembayaran dengan detil kartu kredit yang lain yang ternyata untuk pemrosesan pengembalian kembali bisa sampai 2 bulan.

  • Solusi: Bluetooth Not Available di Laptop MacBook

    Tiba-tiba saja, bluetooth di laptop saya tidak bekerja. Ketika mengklik ikon “bluetooth” di menubar MacBook saya, muncul tulisan “Bluetooth Not Available”. Masuk ke System Preferences untuk membuka menu terkait bluetooth, juga tidak membantu. Dan, ini sangat mengganggu.

    Saat ini, ada beberapa piranti yang terhubung ke laptop melalui bluetooth yaitu: tetikus, papan ketik, dan headphone. Tetikus masih saya gunakan, karena saya lebih nyaman, dan saat ini saya menggunakan monitor eksternal. Jadi, laptop lebih untuk mesin saja. Saya gunakan papan ketik eksternal karena kebetulan ada salah satu tombol yang tidak berfungsi dengan baik, dan lagi-lagi karena saya tidak bekerja langsung dengan laptop saya.

    Karena kondisi ini, otomatis semua perangkat tidak dapat digunakan. Ketika tanpa bluetooth, saya bisa menggunakan papan ketik dan trackpad. Tapi, tetap saja bagi saya ini kurang nyaman.

    Solusi

    Setelah melakukan pencarian untuk solusinya, bluetooth saya kembali normal. Solusi yang saya pakai adalah dengan menghapus berkas Property List terkait bluetooth ini. Caranya cukup sederhana:

    1. Masuk ke direktori /Library/Preferences (bisa melalui Finder atau Terminal)
    2. Hapus berkas com.apple.Bluetooth.plist
    3. Masuk ke direktori ~/Library/Preferences/ByHost
    4. Hapus berkas com.apple.Bluetooth.XXXXXXX.plist (sesuaikan nama berkas sesuai yang ada.

    Selain itu, saya juga sekalian menghapus berkas System Junk.

    Setelah proses di atas, saya matikan laptop saya lalu saya tunggu, hitung-hitung restart juga. Setelah beberapa saat, saya nyalakan kembali, dan ikon bluetooth sudah tersedia kembali, dan saya bisa menghubungkan kembali seluruh perangkat seperti sebelumnya.

  • Rekomendasi Jasa Reparasi Kursi Kantor/Kerja di Jogjakarta

    Kursi kerja di rumah yang saya pakai memang beberapa kali ganti. Tapi, bukan karena beli melainkan karena saya ada beberapa kursi. Jadi berusaha untuk menemukan kursi yang paling pas. Ada satu kursi dari IKEA yang cukup cocok. Bukan kursi yang empuk dan mewah, tapi secara desain lebih cocok.

    Dan, rata-rata kursi memang kurang sesuai untuk saya karena kurang tinggi. Ya, ada sedikit tantangan memang untuk saya yang memiliki tinggi hampir 180cm.

    Selain kursi dari IKEA tadi, ada satu buah kursi dengan pegas/hidrolik di rumah, yang dalam kondisi cukup bagus. Masalahnya, pegas/hidrolik tidak berfungsi lagi. Dengan segala hal alasan yang membuat malas untuk mencari solusi, akhirnya kemarin memutuskan untuk mereparasi kursi ini. Targetnya, pegas bisa berfungsi kembali, sehingga kursi bisa lebih tinggi lagi. Walaupun, saya yakin pasti akan tetap kurang tinggi.

    Kenapa tidak beli atau mengubah tinggi meja? Saat ini, ini bukan solusi.

    Mencari Jasa Reparasi Kursi di Jogjakarta

    Catatan

    Tulisan ini merupakan pengalaman pribadi pada awal Maret 2021. Pengalaman/hasil mungkin berbeda, namun saya mendapatkan pengalaman dan layanan yang baik, dan dengan senang hati merekomendasikannya.

    Setelah melakukan pencarian melalui internet, saya menemukan beberapa opsi. Saya kontak beberapa layanan melalui WhatsApp/nomor yang tersedia. Dan, hanya satu yang membalas. Saya memang memilih untuk jasa yang tersedia tidak terlalu jauh dari tempat saya.

    “Service & sparepart kursi kantor” adalah nama yang saya temukan di mesin pencarian. Lokasinya ada di sisi barat ring road Yogyakarta, dan tidak jauh dari tempat saya. Ketika saya hubungi melalui WhatsApp, saya langsung sampaikan apakah bisa dilakukan servis, dengan sedikit menjelaskan masalah di kursi saya.

    Alih-alih memberikan jawaban untuk ganti pegas/hidrolik, saya diberi opsi apakah mau “dikunci tingginya” saja. Jadi, tidak bisa naik turun lagi. Solusi ini jauh lebih murah, kalau mau diambil. Dan, pengerjaannya juga lebih cepat. Harganya Rp40.000,- saja kalau service ini. Kalau ganti hidrolik, ada di kisaran Rp180.000,- — tapi ini mungkin bisa berbeda bergantung jenis kursinya.

    Tanpa tunggu lama, saya langsung saja janjian untuk datang ke lokasi. Lokasinya agak masuk ke gang, tapi mobil bisa parkir di dekat lokasi atau bahkan kalau agak berat, bisa drop langsung di depannya.

    Ternyata yang berkomunikasi di saya adalah pemiliknya langsung, yang belakangan baru saya tahu namanya Mas Hendra. Orangnya ramah, dan memberikan layanan dan informasi yang oke sekali. Ketika datang menjelang jam makan siang, saya memang hanya bertemu dengan dua orang pegawainya. Dan, diminta untuk meninggalkan kursi, untuk diambil nanti. Sebenarnya, saya inginnya langsung dikerjakan, saya tunggu. Tapi, mungkin karena ada antrian, atau yang mengerjakan belum siap.

    Sekitar dua jam berselang, saya dihubungi kembali melalui WhatsApp kalau kursi saya sudah siap. Agak sore, saya datang ke lokasi kembali dan langsung ketemu dengan Mas Hendra.

    Saya sampaikan saja sebenarnya saya ini butuh kursi ini “lebih tinggi” dari kursi normal. Kondisinya saat saya datang, kursi memang sudah sesuai kondisi aslinya, dan sepertinya sedikit lebih tinggi. Saya tanya, apakah bisa lebih tinggi lagi, ya? Dengan kondisi tetap saja tidak perlu hidrolik, karena lagi-lagi saya tidak perlu terlalu disesuaikan tingginya. Akhirnya diganti lagi besi penyokong kursinya dengan yang lebih tinggi. Setelahnya, saya diminta untuk mencobanya. “Sepertinya ini cukup tinggi, semoga pas,” pikir saya.

    Karena ini adalah sparepart terpisah, jadi ada biaya tambahan yang murah juga. Sebenarnya tidak ada patokan, tapi Mas Hendra bilang, Rp10.000,- juga tidak apa-apa. Saya tidak mau, saya akhirnya bayar Rp20.000,-. Kenapa lebih tinggi? Ya, karena saya tidak hanya bayar untuk harga sparepart, tapi juga atas jasanya. I’m buying the good service also!

    Jadilah, sore itu saya mengeluarkan biaya total Rp60.000,-. Kalau tanpa ada modifikasi tambahan, total Rp40.000,-. Jadi, kalau memang ini sudah mencukupi, ya harganya sekian. Harga yang sangat oke untuk saya. Apalagi, dengan layanan yang sangat baik.

    Sesampai di rumah, saya coba sandingkan dengan meja yang saya miliki. Dan, pas! Posisi duduk lebih nyaman, dengan posisi tangan terhadap meja juga lebih ideal untuk kegiatan bekerja.

    Jika tertarik menggunakan layanan ini — bukan hanya servis kursi, tapi termasuk sofa, bahkan kursi barber — silakan langsung ke lokasi di bawah ini.

    Service & sparepart kursi kantor
    Jalan Sadewo, Gang Sencaki Barat No.85, RT.06/RW.12, Area Sawah, Nogotirto, Kec. Gamping, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta 55292
    Telepon/WhatsApp: 0823-4997-1874 (Mas Hendra)

  • Ingin Mencoba Laptop Windows

    Photo by Panos Sakalakis on Unsplash

    Sudah sekitar 10 tahun saya menggunakan laptop keluaran dari Apple, setelah berpindah dari laptop dengan sistem operasi Windows. Seingat saya, laptop terakhir saya adalah Toshiba dengan sistem operasi Windows 7. Sudah sangat lama, tentu saja. Sejak saat itu, saya belum pernah berpindah ke laptop (atau piranti lainnya) yang menggunakan sistem operasi Windows.

    Menggunakan laptop Macbook Pro dari Apple, saya berpindah dari Macbook Pro 13″ ke Macbook Pro 15″ (Retina Display). Dan, masih nyaman saja. Bahkan, laptop Macbook Pro 15″ ini juga masih saya pakai sebagai laptop utama untuk kebutuhan sehari-hari.

    Namun, beberapa kali melihat ulasan tentang laptop dan tentu saja perkembangan sistem operasi Windows saat ini, saya tergoda untuk mencoba laptop selain keluaran Apple ini. Secara spesifikasi dan jenis, tentu saja saat ini sudah sangat baik. Harga mungkin juga bersaing, pilihan juga makin banyak.

    Apalagi, sistem operasi Windows tentu sudah sangat jauh berkembang ke arah yang lebih baik. Sebenarnya, saat ini saya cukup optimis bahwa pekerjaan saya sehari-hari bisa dilakukan di Windows.

    Saya belum tahu secara spesifik merek laptop yang saya mau. Tapi, spesifikasi untuk bisa bekerja dengan nyaman, daya tahan baterai bagus, layar oke, saya rasa juga umum untuk menjadi pilihan.

    Atau, ada yang mungkin akan memberikan satu untuk saya? Haha!