Sampai saat ini, saya memang belum pernah secara spesifik melakukan pengecekan informasi keuangan pribadi saya yang dapat dilihat spesifik melalui dokumen SLIK (Sistem Layanan Informasi Keuangan).
Selama ini, pengecekan memang dilakukan oleh bank atau pihak yang memerlukan. Terakhir kali seingat saya saat saya melakukan pengajuan kredit pemilikan rumah. Karena memang dari catatan pribadi memang status kredit (credit scoring) memang ‘harusnya’ status lancar.
Supaya tidak bingung, Sistem Layanan Informasi Keuangan (SLIK), Informasi Debitur (iDeb), credit scoring, atau BI Checking ini sebenarnya istilah yang sama. Jadi ini merupakan informasi/dokumen untuk melihat bagaimana performa status laporan informasi keuangan kita, ketika kita memiliki pinjaman atau tanggung jawab pengembalian atas kredit/pinjaman kita.
Pinjaman ini bisa dari mana saja, mulai dari bank (misal KPR, kartu kredit, atau produk pinjaman lain), dan juga dari lembaga lain termasuk e-wallet dengan fitur paylater-nya.
Untuk melakukannya, sekarang seharusnya lebih mudah karena Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sudah memiliki aplikasi khusus untuk ini. Namanya iDebku.
PERHATIAN Tulisan ini merupakan pengalaman pribadi menggunakan jasa layanan Ottoban Indonesia pada April 2022. Penulis tidak memiliki kerjasama dengan pihak Ottoban. Seluruh biaya merupakan biaya pribadi penulis. Pengalaman berbeda mungkin dapat dialami dan penulis merekomendasikan untuk mencari informasi atau referensi terbaru terkait artikel ini.
Awal April lalu, saya kembali melakukan perjalanan ke luar kota menggunakan kendaraan pribadi saya. Biasanya saya hanya bepergian untuk agenda ke Bogor, atau Jakarta saja. Namun, saat itu rute perjalanan agak sedikit berbeda. Bukan ke Jakarta dari Jogjakarta saja, bukan pula ke Semarang. Dan, ini kali pertama saya tidak melakukan pengecekan air aki, karena sudah ganti dengan aki kering.
Dari Jogjakarta, saya berangkat ke Bogor, kemudian ke Jakarta, lanjut ke Tangerang, kembali ke Jakarta, dan pulang lagi ke Jogjakarta. Total perjalanan hampir satu minggu penuh.
Puji Tuhan, perjalanan berjalan dengan lancar. Kendaraan Mobilio yang saya bawa juga dalam kondisi baik. Apalagi, seluruh perjalanan ini merupakan perjalanan solo, benar-benar sendiri. Cuaca selama perjalanan juga cukup bersahabat, kecuali ketika perjalanan malam dari Bogor menuju Jakarta, sempat hujan, namun beruntung tidak disertai angin.
Ban Belakang Tidak Nyaman
Sekembali dari perjalanan, saya masih menggunakan kendaraan untuk mobilitas. Ada yang sedikit terasa kurang nyaman, tapi saya pikir saat itu ban cuma kurang angin saja.
Seminggu setelahnya, saat saya melakukan perjalanan (agak jauh), ternyata benar terasa kurang nyaman. Istri saya yang saat itu lebih merasakan, karena dia duduk di kursi belakang bersama dengan anak saya.
Karena dugaan awal adalah ban yang kurang angin, jadi ketika perjalanan sempat kami pastikan tekanan ban dalam kondisi yang cukup. Lagi-lagi, puji Tuhan karena perjalanan malam itu dengan waktu tempuh pulang pergi total hampir 3 jam dapat dilewati dengan selamat.
Sesampai di rumah, akhirnya saya cek ban.Dan, benar saja. Ban belakang sisi sebelah kiri sudah dalam kondisi sudah aus, jadi permukaan ban sudah tidak rata lagi. Sedikit ada semacam “retakan”. Duh! Untuk ban belakang sisi kanan, beruntung masih dalam kondisi cukup aman.
Kondisi ini baru diketahui Sabtu malam. Jelas sudah masalah ada di mana, dan kesimpulannya cuma satu: ganti ban segera. Alasan utama tentu karena faktor keselamatan.
Ganti Ban
Hari Minggu pagi, saya coba cari-cari opsi dimana saya beli (dan ganti) ban mobil. Ada sebenarnya toko ban yang direkomendasikan. Saya beli ban untuk roda depan sekitar 1,5 tahun lalu. Secara harga lebih miring dibandingkan dengan toko ban lain. Masalahnya, hari Minggu tutup.
Jadi saya coba melihat-lihat kembali harga ban di situs niaga-el seperti Tokopedia. Hal ini sekadar untuk mencari tahu saja, berapa harga pasaran ban yang saya pilih yaitu GT Radial Champiro Ecotec 185/65 R15 (link di Tokopedia).
Selain itu saya juga coba kontak beberapa toko ban di Jogjakarta setelah mencari melalui Google Maps. Saya mendapatkan jawaban dan produk tersedia. “Masalahnya”, kebanyakan tutup karena hari Minggu. Ada pula yang toko tersedia di Tokopedia, bisa pesan melalui Tokopedia, lalu pemasangan dengan datang langsung ke toko. Harga juga cocok. Sayangnya, ketika saya mau order, saya diberitahu kalau akan cek stok dulu, dan baru dikabari Senin.
Saya agak memaksakan untuk bisa selesai urusan hari Minggu, untuk menghindari mengurus hal ini di hari dan jam kerja. Dan, supaya ban bisa segera ganti.
Istri saya juga sempat tanya di grup perumahan, dimana pada beli ban. Beberapa menyebutkan nama yang familiar seperti MARI BAN, BAH PETRUK, dan ada yang menyebutkan Ottoban. Nama terakhir ini sebenarnya agak asing, tapi katanya bisa beli lewat niaga-el Tokopedia. Jadi, saya malah penasaran mencari lebih lanjut.
Setelah saya mencari tahu lebih lanjut, sepertinya Ottoban — dengan nama merek Ottoban Indonesia (situs: https://ottobanindonesia.com) — ini cocok dengan kebutuhan di hari itu. Kenapa?
Lalu bagaimana cara mengambil uang kalau tidak bisa masuk ke aplikasi sama sekali?
Walaupun jarang menggunakan Jenius untuk transaksi, tapi saya memang masih kadang pakai, sekadar untuk menerima pembayaran. Setelah dana masuk, saya yang akan mentransfer ke rekening bank lain. Ini untuk memfasilitasi beberapa pihak yang memilih menggunakan Jenius untuk mengiriman donasi dari kegiatan berbagi bersama yang saya lakukan.
Ketika selama ini saya gagal terus masuk ke aplikasi Jenius di iPhone, saya dapat melakukan transaksi melalui website Jenius. Setelah otentikasi di aplikasi mobile, saya dapat OTP, saya masukkan OTP, mengeset PIN, lalu saya gagal masuk ke aplikasi, dengan pesan session expired.
Apakah ini terkait dengan kondisi terakhir saya masih terotentikasi di ponsel Android? Tidak tahu juga. Yang pasti, ponsel Android saya memang tidak bisa dipakai saat ini. Akses transaksi melalui web yang sebelumnya berhasil, saat ini juga tidak bisa.
Solusi satu-satunya apakah menghubungi layanan nasabah, untuk sesuatu yang mungkin terkait dengan permasalahan di sistem?
Update: Sepertinya memang satu-satunya solusi adalah menghubungi pihak Jenius — sebelum akses melalui situs sudah kembali normal. Saya lihat di Twitter, ada yang mengeluhkan kondisi yang sama.
@jeniushelp mohon bantuannya, saya tidak bisa login aplikasi jenius diandroid. padahal sudah input password, email dan otp dengan benar pic.twitter.com/EWM05T6q8M
Dan, jawaban dari @JeniusHelp di Twitter ini saya rasa sudah cukup jelas.
Hi, Robeth. Mohon maaf atas ketidaknyamanannya. Demi kenyamanan dan keamananmu, mulai tanggal 11 Juni 2021 akun Jenius hanya bisa login pada satu device atau perangkat yang sudah terhubung sebelumnya. (1/2)
Dengan adanya kebijakan bagi mereka yang melakukan perjalanan dari/ke beberapa daerah seperti Jakarta, Bali, dan Yogyakarta mengenai persyaratan untuk melakukan swab antigen, otomatis pemeriksaan harus upgrade dari yang biasanya rapid test juga sudah cukup.
Kebijakan ini sebenarnya berlaku secara nasional mulai 18 Desember 2020 sampai dengan 8 Januari 2021. Beberapa minggu lalu, saya melihat belum terlalu banyak tempat yang melayani pemeriksaan swab antigen. Namun, beberapa hari terakhir ini, keadaan sudah cukup berubah. Banyak rumah sakit dan laboratorium di Yogyakarta yang akhirnya menyediakan layanan pemeriksaan swab antigen ini.
Berikut beberapa informasi terkait lokasi dan biaya pemeriksaan swab antigen di Yogyakarta.
Perhatian!
Informasi yang tertulis berasal dari berbagai sumber dan valid saat dituliskan. Sangat disarankan untuk selalu melakukan pengecekan informasi/data terbaru dengan menghubungi narahubung rumah sakit, klinik, atau laboratorium tujuan.
Rumah Sakit
RS DKT Dr Soetarto Yogyakarta Alamat: Jl. Juadi No.19, Kotabaru, Kec. Gondokusuman, Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta 55224 (Google Maps) Telepon: (0274) 2920000 Surel: [email protected] Instagram: @rsdktdrsoetarto
Laboratorium Kimia Farma Jalan Adisutjipto Alamat: Jl. Laksda Adisucipto No.63A, Ambarukmo, Caturtunggal, Kec. Depok, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta 55281 (Google Maps) Telepon: 0274-489135 Website: labkimiafarma.co.id Instagram: @kimiafarmajogja
Laboratorium Kimia Farma Jalan Parangtritis Alamat: Jl. Parangtritis No.130, Mantrijeron, Kec. Mantrijeron, Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta 55143 (Google Maps) Telepon: 0274-419745 Website: labkimiafarma.co.id Instagram: @kimiafarmajogja
Laboratorium Kimia Farma Jalan Kaliurang Km. 6 Alamat: Jl. Kaliurang KM.6 No.48, Purwosari, Sinduadi, Kec. Mlati, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta 55582 (Google Maps) Telepon: 0274-885220 Website: labkimiafarma.co.id Instagram: @kimiafarmajogja
HI-LAB Yogyakarta Alamat: Jl. Yos Sudarso No.27, Kotabaru, Kec. Gondokusuman, Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta 55224 (Google Maps) Telepon: 0274-557722 Website: hilab.co.id / Surel: [email protected] Instagram: @hilabjogja
Yogyakarta International Airport (YIA) Alamat: Jl. Wates – Purworejo No.Km, RW.42, Area Kebun, Glagah, Kec. Temon, Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta 55654 (Google Maps) Telepon: 082220178484 Instagram: @bandarayogyakarta
Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Laboratorium Kesehatan Sleman Alamat: Purwosari, Sinduadi, Kec. Mlati, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta 55284 (Google Maps) Website: labkes.slemankab.go.id / Telepon: 081215083297 Instagram: @uptdlabkessleman
Biaya dan Ketersediaan Layanan
Untuk biaya, berdasarkan ketetapan Pemerintah Pusat dalam Surat Edaran No HK. 02.02/I/4611/2020 yang dikeluarkan per tanggal 18 Desember 2020, batasan tarif tertinggi pemeriksaan Rapid Test Antigen-Swab sebesar Rp 250.000 untuk Pulau Jawa dan 275.000 untuk di luar Pulau Jawa.
Harga di setiap rumah sakit atau laboratorium mungkin berbeda. Disarankan untuk selalu merujuk ke masing-masing rumah sakit/laboratorium. Kebanyakan info terbaru juga mudah didapatkan melalui profil Instagram.
Sekali lagi, sangat disarankan untuk menghubungi penyedia layanan terlebih dahulu untuk memastikan. Jika ada informasi yang kurang sesuai, atau ada tambahan data, akan dicoba diperbarui dalam artikel ini.
Selama pandemi, salah satu tempat publik (tertutup) yang sering saya kunjungi adalah supermarket untuk keperluan berlanja, baik yang lokasinya berdiri sendiri atau menjadi satu dengan area lain seperti yang ada di dalam mall.
Khusus untuk area seperti hotel, saya hampir tidak pernah mengunjungi. Apalagi selama pandemi ini saya juga tidak pernah melakukan perjalanan ke luar kota, yang mengharuskan saya harus menginap di hotel. Setelah berbulan, dengan berbagai perkembangan, pelaku bisnis sudah banyak melakukan adaptasi kebiasan baru — saya lebih suka istilah “kebiasaan baru” dibandingkan dengan new normal sebenarnya.
Hotel sebagai salah satu komponen penting dalam dunia pariwisata juga melakukan adaptasi. Tentu, ini tidak mudah, tapi kalau tidak beradaptasi, mau jadi apa?
Karena sebuah keperluan, beberapa hari lalu saya mengunjungi Prime Plaza Hotel Jogjakarta, sebuah hotel bintang 4 yang ada di Jl. Affandi. Sudah sangat lama sejak terakhir kali saya menginap di tempat ini. Dan, kunjungan terakhir saya kesana kalau tidak salah tahun lalu, sebelum pandemi untuk sebuah acara yang saat itu hanya memakai lokasi resto saja.
Walaupun tidak sampai menginap, tapi karena kunjungan kemarin saya jadi sedikit menyempatkan untuk melihat bagaimana protokol kesehatan berjalan di hotel ini.
Ketika memasuki area pintu masuk utama, langsung disambut dengan informasi yang terpampang cukup jelas mengenai beberapa protokol kesehatan yang perlu ditaati oleh setiap penunjung. Ada juga automatic dispenser hand sanitizer, yang bisa digunakan secara contactless. Terakhir, ada QR Code yang perlu dipindai yang setelah saya coba, isinya adalah tautan untuk mengisi beberapa data terkait kedatangan.
Hal ini untuk mempermudah perncatatan siapa saja yang masuk ke area hotel, yang tentu saja akan nantinya bermanfaat untuk melakukan contact tracing jika diperlukan. Walaupun, semoga saja tidak perlu ada contact tracing ya… Persis sebelum masuk pintu, ada screening pengecekan suhu tubuh.
Oh ya, kenapa tidak ada tempat cuci tangan secara langsung, ya hal semacam ini selain memenuhi protokol juga secara estetika lebih baik.
Setelah melewati pintu masuk utama lalu belok ke kanan, ada lokasi resepsionis. Selain ada cairan pembersih tangan, alat tulis yang akan digunakan oleh tamu sudah dipisahkan antara yang bersih dan yang yang telah dipakai. Jadi langsung dipisahkan. Jadi, setiap alat tulis yang dipakai otomatis memang selalu dibersihkan. Ini cocok karena alat tulis, selama pengalaman saya check-in di hotel merupakan salah satu benda yang paling sering dipakai bergantian.
Masih di area resepsionis, ada informasi lain bagi tamu terkait beberapa persyaratan/protokol bepergian dengan menggunakan transportasi publik. Selain itu, ada lagi juga QR Code lain yang ternyata isinya mengarahkan ke laman untuk mengisi informasi riwayat perjalanan oleh tamu yang akan menginap. Sedikit berbeda dengan yang ada di pintu masuk, karena ketika sudah di resepsionis, besar kemungkinan yang adalah tamu yang menginap. Jadi, formulir ini lebih spesifik untuk tamu menginap.
Sofa tempat duduk yang ada di area lobi juga diubah pengaturannya, sehingga konsep social distancing atau jaga jarak bisa lebih mudah terpenuhi.
Walaupun posisi sudah berjauhan, tapi pengaturan supaya yang duduk tidak berhadapan layak untuk diapresiasi
Pengaturan jaga jarak untuk area sofa yang ukuran lebih besar.
Secara umum, walaupun memang cuma sebentar, bahkan tidak sampai melihat-lihat jauh ke area dalam seperti kolam renang, area gym, dan fasilitas lain, tapi saya cukup nyaman berada disana. Suasana berbeda mungkin bisa terjadi kalau tamu penuh. Tapi, menurut saya hotel merupakan salah satu tempat dimana layanan menjadi yang utama. Jadi, pengaturan dan protokol pasti akan sebaik dan sebisa mungkin untuk dilaksanakan.
Catatan
Walaupun secara umum saya merasa nyaman dan aman ketika berada di sana, ada beberapa detil kecil yang menurut saya pribadi mungkin bisa menjadi catatan. Tentu, ini pendapat pribadi saja.
Informasi jika ditampilkan dengan bahasa Indonesia mungkin akan lebih mudah dipahami oleh pengunjung. Faktanya, dalam kondisi saat ini mungkin pengunung atau tamu hotel mayoritas merupakan tamu lokal/domestik. Atau jika memang harus dua bahasa, terjemahan dalam Bahasa Inggris tetap bisa ditampilkan, tapi bahasa Indonesia tetap yang utama.
Karena saya memang benar-benar hanya berada di seputar area lobby, jadi yang saya lihat memang tidak banyak seperti bagaimana tempat publik seperti di kolam renang, atau pusat kebugaran, termasuk apakah ada perubahan atau tidak tentang kondisi kamar. Tapi, melihat dari bagaimana semuanya terlihat di area depan, sepertinya standar protokol kebersihan jelas menjadi perhatian khusus.
Video protokol keamanan dan standar kesehatan bisa juga diliaht melalui video di bawah ini. Dalam video ini juga terlihat kalau untuk sterilisasi kamar juga menggunakan lampu UV-C.
Kontak dan Lokasi
Karena berada di tengah kota dan di salah satu jalan utama di Jogjakarta, hotel ini dapat dengan mudah ditemukan. Akses masuk kendaraan juga sangat mudah.
Pemandangan kawasan Ledok Sambi dari daerah pintu masuk utama. Tali di atas adalah untuk flying fox. Harga untuk wahana flying fox adalah Rp20.000 (November 2020)
Akhir pekan ini, lagi-lagi tanpa begitu banyak rencana saya, istri, dan si bocah memutuskan untuk ke Ledok Sambi, sebuah kawasan wisata alam yang ada di daerah Jogja utara — di daerah Sleman. Sebenarnya sudah cukup lama melihat dan tahu lokasi ini, namun baru kali ini mengunjungi tempat tersebut.
Kawasan ini memang tidak persis terletak di pinggir jalan. Jalan masuk agak melewati daerah perkampungan/pedesaan. Beruntung, untuk kendaraan roda empat tidak ada masalah — dan sepertinya minibus juga bisa. Kami berangkat memang tidak terlalu pagi, sekitar 09.30 WIB kami sampai lokasi. Beruntung cuaca cerah, yang artinya memang agak panas.
Sepanjang perjalanan, lalu lintas cukup lancar. Tidak terlalu ramai. Mungkin, karena minggu lalu sudah puncaknya liburan. Kalau dari arah Yogyakarta, jalan masuk ada di sebelah sisi kanan (timur jalan). Ada papan besar bertuliskan DESA WISATA SAMBI. Dan tulisan penunjuk “Ledok Sambi” terlihat jelas juga.
Ikuti saja arah penunjuk yang sudah cukup jelas. Dan, perjalanan akan berakhir di area parkir yang cukup luas. Cukup banyak petugas pemandu yang mengarahkan, jadi seharusnya tidak perlu khawatir akan tersesat. Kalau mengandalkan Google Maps, lokasinya memang mengarah ke pinggir jalan besar. Jadi, perhatikan saja papan penunjuk jalan.
Menikmati Ledok Sambi
Saya tidak tahu saat itu Ledok Sambi memang ramai atau tidak, tapi pagi itu masih terasa cukup nyaman. Protokol kesehatan seperti anjuran selalu memakai masker, cek suhu tubuh, dan tempat cuci tangan beserta sabun juga tersedia. Jadi, lokasinya seperti hamparan taman alam yang luas, dengan ada aliran sungai yang membelah kawasan tersebut. Debit air saat itu tidak terlalu deras, jadi sangat nyaman dan aman untuk bermain.
Untuk social distancing, juga masih ideal untuk dilakukan. Ada area untuk memesan makanan juga yang menyajikan menu cukup lengkap untuk minuman, snack, bahkan makanan besar seperti nasi sayur. Untuk harga juga masih sangat wajar. Misalnya untuk segelas teh panas, harga hanya Rp4.000,- saja. Pembayaran juga mudah, karena bisa non-tunai menggunakan e-wallet yang dimiliki. Beruntung, pembayaran sudah mendukung QRIS.
Setelah berjalan-jalan sejenak, kami memutuskan untuk ke area yang cukup sepi dan teduh, dekat dengan camping ground. Rumput yang sangat terawat, jadi sangat nyaman. Kami akhirnya sempat juga memesanan minuman dan makanan kecil.
Catatan
Berikut beberapa hal yang mungkin bermanfaat untuk diketahui terlebih dahulu jika ingin mengunjungi Ledok Sambi berdasarkan pengalaman saya.
Ikuti protokol kesehatan yang dianjurkan, pakai masker, tetap jaga jarak, dan jaga satu sama lain.
Jaga kebersihan. Lalu, jaga kebersihan. Terakhir, jaga kebersihan. Banyak tempat sampah yang tersedia di sana.
Tidak ada biaya/tiket masuk. Kontribusi sifatnya juga sukarela.
Buka setiap hari pukul 08.00-17.00 WIB.
Untuk parkir kendaraan, diberlakukan tarif untuk mobil Rp5.000,- dan motor Rp3.000. Harga yang sangat wajar. Pengelolaan juga resmi, tidak perlu khawatir.
Karena kawasan ini berada di dataran yang lebih rendah, dari tempat parkir perlu berjalan meniti jalanan yang agak curam. Walaupun demikian, masih cukup aman karena ada pegangan dan pengaman. Berjalan tanpa berpeganan juga tidak masalah. Mungkin perlu berhati-hati ketika hujan atau kondisi basah, dan sambil menggandeng atau menggendong anak kecil. Dan, hanya ada satu jalan masuk/keluar. Jadi, berpapasan dengan pengunjung lain tidak bisa dihindari. Jalan cukup lebar untuk berpapasan.
Area food court menyajikan pilihan makanan yang cukup lengkap. Dan, pelayanan saya rasa cukup cepat, tapi mungkin tergantung dengan pilihan menu ya. Tapi, saya rasa harusnya cukup cepat, karena yang disajikan juga tidak terlalu rumit proses memasaknya.
Alamat dan Info Lokasi
Ledok Sambi Jl. Kaliurang KM 19, Pakembinangun, Kec. Pakem, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta 55582 (Google Maps) Website: ledoksambi.net Instagram: @ledoksambi Kontak: Yetti 0819 0426 2581 / Dini 0813 9232 2529
Hari ini, 2 November 2020, Presiden Joko Widodo mengesahkan UU Nomor 11 tentang Cipta Kerja yang selama ini sangat menjadi kontroversi. Saya memang belum pernah membaca secara langsung dokumen draft UU tersebut, namun hanya membaca rangkuman atau ringkasan yang bermunculan di media, termasuk lini masa media sosial.
Yang pasti, sangat banyak kontroversi. Bahkan, tak cuma soal isinya. Mengenai jumlah halaman dan draft mana yang versi resmi saja sepertinya juga susah untuk disepakati. Yang pasti, untuk versi final ini, UU Cipta Kerja ini tertuang dalam 1.187 halaman.
Selain poin-poin yang menjadi esensi dalam UU ini, kejanggalan juga masih banyak ditemukan, termasuk tentang redaksional.
Salah satunya, mengenai ketidakjelasan isi dari Pasal 6, yang menginstruksikan terlaksana sesuai Pasal 5 ayat (1) huruf a; sementara pada Pasal 5 tidak memiliki turunan. “Ini jelas kabur, yang akan membingungkan orang memahami UU. Padahal tidak ada ayat (1) dalam Pasal 5. Jadi bagaimana mungkin bisa dijalankan,” ujarnya kepada Tirto, Selasa (3/11/2020).
Publikasi, diunggahnya UU tersebut itu pun dilakukan jelang tengah malam melalui website resmi pemerintah, tanpa adanya penjelasan. Juru Bicara Presiden Bidang Hukum, Dini Purwono mengonfirmasi hal ini. “Sudah [ditandatangani dan dinomori],” kata dia kepada reporter Tirto, Selasa (3/11/2020) dini hari.
Saya ingin mengunduh salinan berkas UU di situs Jaringan Dokumenasi dan Informasi Hukum Kementerian Sekretariat Negara di alamat https://jdih.setneg.go.id/ tapi selalu gagal. Mungkin nanti akan dicoba lagi.
Saat ini, saya tidak menggunakan layanan internet dari Telkom di rumah, dan bahkan tidak lagi berlangganan Netflix. Tentu, ini kabar baik bagi mereka — yang koneksi ke Netflix terblokir — yang sebelumnya berusaha dengan berbagai macam cara supaya dapat menonton tayangan Netflix.
Khusus pelanggan Telkom IndiHome, masih ada FUP (Fair Usage Policy). Jadi, jika memutuskan untuk berlangganan Netflix, jangan lupa periksa juga FUP. Kalau menilik laman Telkom IndiHome tentang FUP, ketentuan/kebijakan adalah:
Telkom memperhatikan dan peduli terhadap penggunaan layanan Internet secara tidak wajar, oleh karena itu Telkom menerapkan Fair Usage Policy (FUP) untuk menjaga kualitas layanan Seluruh pelanggan IndiHome.
Ketentuan FUP ini berlaku bagi seluruh pelanggan IndiHome Fiber dengan minimal kecepatan 10 Mbps. Layanan IndiHome di bawah 10 Mbps tidak dikenakan FUP. Kecepatan internet setelah FUP tetap akan cukup nyaman bila digunakan secara wajar, sehingga dengan penerapan FUP tersebut, layanan akses internet IndiHome tetap unlimited.
Kebijakan FUP ini merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Ketentuan dan Syarat Berlangganan IndiHome
Telkom berhak untuk mengubah ketentuan kebijakan FUP setiap saat tanpa adanya pemberitahuan sebelumnya kepada pelanggan. Informasi terkait kebijakan FUP akan ditampilkan di website indihome.co.id
Pelanggan akan mengalami penurunan kecepatan Internet apabila mencapai FUP dalam periode 1 bulan. Penghitungan FUP berbasis bulanan. Usage yang dipergunakan untuk menghitung FUP akan direset (di-nol-kan kembali) setiap awal bulan, sehingga diawal bulan usage pelanggan dihitung mulai dari 0 GB.
FUP hanya diberlakukan untuk layanan Internet sehingga pengguna UseeTV dibebaskan dari FUP.
Tidak ada penambahan biaya apabila penggunaan melampaui FUP.
In my opinion, these are some key points about HEY. It’s not about my personal preference, but more about ‘what I — or probably you — should now by having a @hey.com account.
It’s NOT an email client. So, it’s not like Gmail for Android/iOS. It’s not Outlook you can have on your Android, Mac, or iOS devices. It’s not even close to Spark, Postbox, or Newton.
It’s an email service provider, with — currently — @hey.com domain for the email address created. That’s right, it’s like Gmail by Google, or Yahoo Mail, or Outlook. It’s also like how you have your email address, powered by your cPanel-based hosting, or maybe you have it installed yourself and having Roundcube as the interface. Creating an account at HEY is like you open an account at Gmail, or having an email at Yahoo Mail service.
It’s not free. It’s a paid service. To enjoy the full service at the moment, with the upcoming features in the futures, we need to pay US$99/year minimum. We need to pay extra if for ‘shorter’ username. 2-characters of username costs US$999/year, and 3-character of username will cost US$349/year. And, we need to pay a year in advance.
It offers “better” privacy. Hint: Gmail.
It might change your workflow. It might be better for some people, but probably it’s not for everyone.
Reading some of those points above, I was curious about how it works. I mean about the interface, functionalities, workflows, and more. It’s 2020, and making working with email to become an enjoyable experience — for those who work a lot with emails — is still a big challenge.
I am a Gmail user — or Gmail-based email, because I also use Google App for Work — and I use lots of Google services. I signed up for my Gmail account when it was still ‘invite only’ period.
My first question about HEY was, “If HEY is that good, how the integration between services I currently use?”. I have an Gmail email, and once I signed up for it, I can use all the other services right away. The integration between those [Google] service is already that good.
I still believe that HEY is not ‘just another email provider’. Basecamp is a reputable company. I follow Signal vs Noise blog. I bought both REMOTE and REWORK. It’s built by people who know what they do, and who want to make the idea of working to become something efficient and fun at the same time. If we’re talking about productivity, Basecamp should be mentioned here.
I already logged-in to my email account. I have HEY app installed on my iPad and Android phone. I also already sent my first email to it.
Di tempat baru ini, saya berencana hanya akan berlangganan internet kurang dari dua tahun. Informasinya adalah kalau berhenti berlangganan kurang dari dua tahun, maka akan ada semacam penalti — kalau tidak salah — senilai sekitar Rp2.700.000,-.
Setelah mencari tahu lebih lanjut, penalti ini akan dibebankan kalau pelanggan menyewa alat. Tapi, biaya penalti itu bisa diabaikan kalau kita membeli modemnya, bukan sewa senilai kurang lebih Rp900.000,-.
Karena proses registrasi sudah dijalankan, untuk mempercepat saya diberitahu untuk aktivasi dulu — dengan menyewa modem — baru nanti diubah menjadi pembelian. Yang secara otomatis juga, invoice akan disesuaikan. Di minggu kedua Maret, saya mendapatkan invoice untuk pembayaran koneksi internet, namun masih dalam status sewa alat. Di hari itu juga saya langsung konfirmasikan untuk perubahan bahwa saya ingin membeli modemnya.
Di bulan Februari 2019 ini, saya ada keperluan terkait dengan transaksi kartu kredit CIMB saya. Jadi, saya ingin mengubah transaksi kartu kredit yang sebelumnya dengan cicilan menjadi pembayaran tagihan penuh. Sebenarnya, awalnya memang sudah tagihan penuh, tapi karena salah perhitungan setelah mengubahnya menjadi cicilan, saya putuskan untuk kembali bayar dengan tagihan penuh.
Intinya: bunga cicilan kartu kredit (dalam hal ini dalam hitungan saya di Bank CIMB) yang diubah dari transaksi penuh itu bunganya tinggi! Jauh lebih tinggi daripada membayar biaya konversi. Mungkin ada yang memilih kondisi ini karena beberapa alasan, tapi hal ini bukan menjadi opsi untuk saya saat itu. Walaupun, di Bank CIMB proses mengubah tagihan penuh menjadi cicilan menang sangat mudah, karena bisa dilakukan melalui situs CIMB CLICK.
Saya hubungi melalui Call Center CIMB di 14041 karena setelah tanya melalui fitur chat di website, saya diarahkan untuk ke Call Center. Saya sering kali berada dalam antrian. Bahkan, saking lamanya saya menunggu, saya kadang batalkan saja dan coba lagi. Ternyata sama saja. Ketika menyambung, telepon terputus karena saya kehabisan pulsa.
Google delisted 1.75 billion websites. “Around 40 million takedown requests were rejected, which is 2.1 percent of the total requests. Another 16 million requests were duplicates.”
Dalam kesempatan yang lain, salah satu rekan kerja saya juga pernah mendapatkan kompensasi. Namun, kompensasi ini tidak berjalan dengan otomatis. Artinya, kita yang secara proaktif harus mengurus dengan mendatangi Plasa Telkom terdekat. Saya sendiri tidak mencoba untuk mengurus melalui Telkom 147. Ya, daripada bingung menghitung sendiri.
Hari ini, Selasa, 21 Juni 2016, saya mencoba untuk mengurus perihal pembayaran. Karena beberapa minggu terakhir memang cukup disibukkan dengan pekerjaan, dan beberapa kali harus pergi ke Jakarta.
Antri
Baru sekitar pukul 11:50 WIB saya sampai di Plasa Telkom, Kotabaru, Yogyakarta. Saat itu — dan mungkin seperti biasanya — antrian terlihat sangat banyak. Saya mendapatkan antrian nomor 1741. Dan, kalau merujuk ke informasi antrian, maka ada 71 antrian di depan saya. Akhirnya, saya tunggu. Karena sudah pasti lama, saya sempatkan untuk makan siang juga.
Sepertinya, kalau mau menghindari antrian, lebih baik datang lebih pagi. Bahkan, sekitar pukul 15:00 WIB, loket antrian untuk pengambilan nomor antrian juga sudah ditutup karena banyaknya yang perlu dilayani.
Penyesuaian Tagihan
Akhirnya tiba giliran saya. Saya dilayani oleh petugas Customer Service bernama Putri di meja Nomor 2 sekitar pukul 14:30 WIB. Saya jelaskan maksud kedatangan saya, dan tidak berselang lama, saya mendapatkan tagihan yang telah disesuaikan. Detil sebagai berikut:
Untuk pembayaran, saya lakukan dengan tunai langsung melalui petugas yang membantu saya. Kalau berdasarkan pengalaman bagaimana permasalahan saya dengan IndiHome yang saya alami, saya rasa memang salah satu syarat menjadi pelangganan Telkom IndiHome salah satunya adalah sabar.
Last year, I mentioned that I used Telegram and I enjoyed it. Been using for more than a year, I feel that it’s much better than the other messaging platforms. Well, I’m not using that many platforms to connect with other friends or colleagues if I consider the other options like LINE, Facebook Messenger, WhatsApp, and many more. But, why Telegram?
Since I do not experience all messaging apps, I know that some other apps might be better. For now, I’m still considering that Telegram is the perfect option (for me) for some reasons.
Cross-platform and Multiple Sessions
Currently, I have multiple devices I use on my daily basis. Well, not really daily, but I usually switch between devices. I have 15-inch MacBook Pro Retina, iPhone 5, iPad 3rd generation, and Oppo Find 7. I have Telegram installed in those devices. It makes me stay connected. I can easily be in the conversation with friends, and especially colleagues. It’s flexibility to have multiple active session is my favorite!
File sharing made easy. I can share various types of files, not only photos, videos, but also PDFs, Android packages (yes, I use this a lot at work), spreadsheets, or any other document types.
API. It can be integrated easily to make useful tools. I will give some examples in the bottom part of this article.
Simple, fast, and lightweight
I like it’s simplicity. It helps me a lot in communication. I feel that it’s fast, a core feature that a messaging app needs. Of course, there are some extended features like stickers — even we can make our own stickers, bots (hello, @BotFather), event animated GIF.
Bots are simply Telegram accounts operated by software — not people — and they’ll often have AI features. They can do anything — teach, play, search, broadcast, remind, connect, integrate with other services, or even pass commands to the Internet of Things.
With the new inline mode, bots become omnipresent and can be used as a tool in any of your chats, groups or channels – it doesn’t matter, whether the bot is a member or not. Inline bots can help you with dozens of different tasks, like quickly sending relevant GIFs, pictures from the Web, YouTube videos, Wikipedia articles, etc.
At work, some of my colleagues made some handy tools based on this platforms.