Categories
Umum

Membeli Obat di Apotek Secara Daring

Selain membeli obat atau vitamin secara daring melalui situs-situs niaga-el seperti Tokopedia atau Shopee, saya dan istri kadang juga membeli melalui apotek. Dan, sejak pandemi ini membeli secara daring sesekali kami lakukan. Kalau soal kesehatan, puji Tuhan, kami semua sehat, dan jarang sakit.

Kami banyak memanfaatkan Halodoc dan pesan langsung ke apotek-nya dan nanti kirim menggunakan. Tidak ada alasan khusus metode mana yang lebih kami sukai. Kadang, memang situasional saja.

Photo by Miguel Á. Padriñán from Pexels

Halodoc

Salah satu alasan menggunakan Halodoc adalah mengenai integrasinya — mulai dari pemesanan, pembayaran, sampai dengan pengiriman menggunakan layanan Gojek — yang sudah sangat baik. Beberapa kali saya memesan melalui aplikasi ini, dan semua mendapatkan pengalaman yang baik.

Soal harga, ketika secara acak saya bandingkan, memang kadang lebih mahal — misal ketika dibandingkan dengan harga di situs niaga-el. Tapi, jika ini untuk kebutuhan yang mendesak, Halodoc jelas sebuah solusi yang perlu dipertimbangkan.

Terakhir kali saya pesan beberapa bulan lalu ketika anak anak kami sakit, kami perlu beli Pedialyte. Pemesanan saat itu sekitar pukul 00.30 WIB. Semua diproses dengan baik sekitar satu jam. Waktu sampai obat sampai di rumah terkesan lama, namun lebih karena jarak yang jauh saja dari apotek yang punya stok.

Langsung Pesan dari Apotek

Salah satu kebiasaan saya ketika membeli sesuatu di toko adalah mencatat nomor kontak. Jadi, jika dibutuhkan tidak repot. Beberapa apotek yang tidak jauh dari rumah sudah ada dalam daftar kontak.

Jika Anda mungkin belum memiliki kontak-kontak apotek di ponsel, sepertinya tidak ada salahnya sekarang mulai mencatatnya.

Ada dua apotek yang menjadi pilihan kami selama ini. Pertama adalah Apotek K-24, dan yang kedua adalah apotek Unisia. Keduanya kebetulan tidak terlalu jauh dari tempat tinggal kami. Ada alasan mengapa beli langsung dari apotek — khususnya kedua apotek tersebut — menjadi pilihan:

  1. Bisa konsultasi atau bertanya terlebih dahulu mengenai obat yang diperlukan, aplagi kalau sedikit kurang yakin dengan kebutuhan.
  2. Soal harga, bisa langsung ditanyakan.
  3. Buka 24 jam. Walaupun selama ini saya belum perneah pesan lebih dari jam 21.00 WIB.

Seluruh pemesanan melalui apotek langsung hampir semuanya untuk kebutuhan yang tidak terlalu mendesak. Ketika saya butuh membeli perban elastis, saya tidak keberatan menunggu sekitar satu jam untuk dikirim dari apotek pilihan saya.

Apotek K-24

Ada beberapa apotek K-24 yang tidak terlalu jauh dari rumah. Namun, ada satu yang selalu jadi langganan dengan beberapa alasan:

  1. Bisa melakukan pembayaran secara non-tunai. Dulu, saat membeli di lokasi langsung dan melakukan pembayaran non-tunai menggunakan OVO, apakah bisa jika nanti pesan melalui WhatsApp, lalu saya bayar “jarak jauh”, kemudian saya kirim kurir (GoSend atau GrabSend). Ternyata bisa.
  2. Cara ini ternyata tidak bisa — kurang familiar oleh karyawan apotek — dengan apotek K-24 yang sebenarnya secara jarak lebih dekat dari rumah.

Tentu aplikasi K24Klik juga dapat digunakan jika diperlukan. Saat ini, metode yang saya pilih sudah sangat mencukupi dan nyaman.

Apotek Unisia 24

Apotek ini didirikan/dikelola oleh PT. Unisia Polifarma (UII Farma). Di Jogja, apotek ini ada di beberapa lokasi. Beberapa alasan pilihan:

  1. Lokasi tidak jauh dari rumah, jadi seandainya di ambil sendiri, atau dikirim melalui kurir, biaya tidak mahal. Namun, ada layanan antar gratis sampai jarak 5 km untuk pembelian minimal Rp50.000.
  2. Ada pernah obat yang rencana saya mau beli ada stok yang kosong. Tapi, karena itu tidak mendesak, jadi bisa diganti dengan merek lain.
  3. Pembayaran bisa dilakukan melalui transfer bank.

Sama dengan K-24, komunikasi dilakukan dengan WhatsApp. Soal respon, selama ini cukup cepat. Memang pernah saya menghubungi, namun tidak mendapatkan balasan, dan bahkan baru dibalas keeseokan harinya, dengan alasan chat yang tertumpuk/terlewat. Bisa dipahami karena melayanai dengan sistem WhatsApp potensi seperti ini bisa terjadi.

Categories
Umum

Menutup Akun Jenius BTPN

Tunggu, memang ada terpikir untuk menutup akun Jenius BTPN. Tapi, alih-alih langsung menutupnya, saya pastikan bahwa akun kemungkinan tidak akan dipakai, karena saldo nol.

Saya termasuk salah satu yang akhirnya ‘terjerumus’ untuk membuka akun Jenius dari BTPN. Walaupun registrasi pertama gagal di Februari 2019 lalu, tapi setelah mencoba kembali di Agustus 2019 proses pembukaan akun berhasil dilakukan.

Dalam periode hampir dua tahun memiliki rekening di Jenius, tapi Jenius belum menjadi aplikasi perbankan yang sering saya gunakan. Transaksi yang sering saya lakukan adalah menerima pengiriman dana dari beberapa teman, yang secara nominal tidak besar. Selebihnya, hampir tidak pernah saya gunakan. Saya memiliki beberapa Jenius cards yang saya minta. Dan, sepertinya ini tidak terlalu bermanfaat bagi saya, karena justru saya semakin jarang membawa kartu fisik.

Kebanyakan transaksi yang saya sering lakukan akhirnya menempatkan DANA, GoPay, Shopee Pay, dan OVO sebagai pilihan utama. Pun tidak, BCA Mobile dan OCTO Mobile saat ini masih sangat bisa diandalkan.

Menutup Akun Jenius

Selain karena memang hampir tidak pernah dipakai, saya juga agak kurang nyaman dengan mekanisme denda atas kekurangan dana apabila dana tidak mencukupi saat dilaksanakannya transaksi di merchant.

Saya coba cari informasinya di situs Jenius, saya tidak menemukan informasi yang cukup jelas termasuk ketika saya coba buka laman Support/FAQ. Pada laman Syarat dan Ketentuan, informasi seputar penutupan akun menyebutkan tentang “Penutupan rekening dapat dilaksanakan oleh Nasabah dengan menghubungi Layanan Nasabah (Contact Center) dan/atau Jenius Live.”

Walaupun sepertinya datang ke kantor BTPN terdekat juga bisa menjadi solusi, tapi dalam kondisi pandemi sepertinya hal ini bukan solusi yang baik. Belum lagi sepertinya tidak ada jaminan bahwa proses bisa berjalan dengan cepat seperti pengalaman saat membuka rekening dulu.

Untuk saat ini, walaupun belum memroses penutupan akun sepenuhnya, seluruh kartu saya sudah saya kosongkan saat ini. Dana yang ada di akun juga sudah saya kosongkan. Ada informasi tambahan bahwa akun Jenius akan menjadi nonaktif (dormant?) jika tidak digunakan selama 6 (enam) bulan.

Categories
Umum

Data Pembayaran di Situs Belanja. Simpan atau Hapus?

Foto oleh Avery Evans via Unsplash

Sebagai salah satu kegiatan bebersih akun, selain menghapus following akun di Instagram, saya juga melakukan penghapusan beberapa data pembayaran yang melekat di akun-akun saya, terutama di situs/layanan yang cukup sering saya gunakan untuk bertransaksi.

Tentu aja, dengan punya data pembayaran, proses akan sedikit lebih cepat, tapi di saat yang sama bisa juga ‘berbahaya’. Ya, terkait dengan adanya kemungkinan peretasan, tapi keputusan/proses membeli jadi lebih singkat. Jadilah saat ini seluruh data pembayaran (kartu kredit) di situs-situs niaga-el seperti Shopee, Tokopedia, Blibli, dan lainnya saya hapus semua.

Untuk Shopee dan Tokopedia, saya lebih suka menggunakan pembayaran langsung melalui saldo ShopeePay atau OVO. Untuk pembayaran lain secara daring, saya rasa juga sekarang sudah sangat fleksibel pilihannya. Pembayaran kartu kredit di kedua platform tersebut lebih sering ketika saya gunakan untuk transaksi yang agak besar, atau cicilan.

Untuk data-data di layanan lain yang sifatnya berlangganan atau tagihan rutin dan mengharuskan adanya metode/data pembayaran yang harus tersimpan, perubahannya hanya terkait dengan adanya cadangan metode pembayaran. Ada yang memang hanya satu alat pembayaran, ada pula yang lebih. Sebenarnya, bisa juga dengan konsep deposit, namun saya masih agak kurang nyaman dengan cara ini, apalagi deposit juga menarik dana dari kartu kredit.

Categories
Umum

Biaya Denda Kekurangan Dana di Layanan Jenius BTPN

Walaupun sudah lebih dari satu tahun saya memiliki akun Jenius, sampai saat ini Jenius masih belum menjadi pilihan utama untuk urusan terkait perbankan. Bagi saya, berpindah layanan perbankan bukan sebuah keputusan yang cukup mudah dilakukan. Ini juga terkait dengan perubahan pola/cara saya dalam bertransaksi yang makin hari ternyata makin banyak menggunakna e-wallet seperti GoPay, OVO, Dana, dan ShopeePay.

Untuk layanan perbankan, saya masih menggunakan BCA dan CIMB Niaga sebagai akun utama.

Bagaimana layanan Jenius?

Karena tidak terlalu aktif menggunakannya, bahkan sepertinya saya lebih banyak menggunakan karena beberapa rekan sudah cukup lama perlu melakukan transfer dana ke saya melalui Jenius. Untuk transaksi lain seperti pembayaran menggunakan kartu fisik, atau transaksi digital, hampir tidak pernah saya gunakan.

Beberapa kartu tambahan yang saya miliki hampir tidak pernah saya gunakan. Tentu saja ini efek dari bahwa saya cenderung lebih memilih untuk cardless.

Jadi, bukan berarti layanan atau fitur Jenius jelek, tapi memang sepertinya tidak cocok untuk saya. Kartu Jenius bisa langsung dipakai untuk pembayaran MRT di Singapura, atau memudahkan dalam penarikan uang tunai di ATM selama di luar negeri. Tapi, sejak saya punya kartu ini, otomatis hal tersebut saya tidak gunakan sama sekali karena memang tidak ada keperluan ke luar negeri.

Kalau tentang mobile application, saya cuma merasakan kalau kecepatan aplikasi Jenius belum dapat dibandingkan dengan aplikasi perbankan lain. Di linimasa Twitter — walaupun ini tidak sepenuhnya bisa dijadikan acuan — banyak keluhan kalau aplikasi lambat, dan tak jarang tidak dapat digunakan karena data tidak muncul dengan sempurna.

Categories
Umum

Tanpa Uang Tunai. Ya atau Tidak?

Di tahun 2019 ini, sepertinya saya semakin sering untuk melakukan transaksi non-tunai. Kebetulan, hampir semua kebutuhan harian (pribadi maupun pekerjaan) dapat dilaksanakan dengan transaksi non-tunai.

Saya belum pernah mencoba untuk melakukan aktivitas yang melibatkan transaksi pembayaran dalam jangka waktu tertentu, misalnya satu minggu penuh. Sepertinya ini menarik untuk dicoba. Paling tidak, jadi semakin terlihat di area mana transaksi yang bisa dilaksanakan dengan non-tunai, bisa non-tunai tapi (terpaksa) harus tunai, atau bahkan tidak bisa non-tunai sama sekali.

Tentu saja, hasil yang berbeda ketika dilaksanakan di kota/area lain. Saya berdomisili di Jogjakarta. Jadi, mari kita coba.

Saat ini, untuk mencoba tanpa uang tunai, saya menggunakan beberapa metode pembayaran berikut:

  1. Kartu debit (ada dari beberapa bank, namun mayoritas saya gunakan BCA)
  2. Kartu e-money (Flazz dan Mandiri)
  3. Akun GoJek (dengan GoPay) dan OVO.
  4. Kartu kredit

Saya juga memiliki akun LinkAja dan Jenius, namun keduanya hampir belum saya gunakan secara aktif. Untuk layanan perbankan, utama saya masih menggunakan BCA (internet banking dan BCA Mobile). Jadi, seri untuk tulisan mengenai tanpa uang tunai akan dibagi menjadi beberapa kategori utama.

Categories
Umum

Pembayaran Auto Debet BPJS Kesehatan yang Terlambat

Beberapa hari lalu, ketika saya dan istri ingin mendapatkan rujukan dari faskes untuk mendapatkan layanan BPJS Kesehatan, ada sedikit permasalahan gagal proses karena status pembayaran yang menurut sistem ternyata belum bayar, bahkan dua bulan.

Sedangkan, sejak proses pendaftaran saya sudah melengkapi seluruh berkas untuk auto debet pembayaran. Apalagi memang aturannya demikian. Bank yang saya gunakan adalah Bank BCA.

Pihak faskes tentu saja tidak dalam kapasitas membatnu kondisi ini. Akhirnya, kami mencoba mencari informasi dari kenalan kami yang paham mengenai BPJS Kesehatan ini dan disarankan untuk langsung saja melakukan pembayaran menggunakan kanal pembayaran yang ada. Kami pilih menggunakan Go-Pay dari Go-Jek — walaupun bisa juga pakai OVO.

Setelah terkonfirmasi pembayarannya, tinggal menunggu sebentar sebelum status berubah. Kurang dari lima menit kami coba tanyakan kepada petugas faskes, ternyata belum berubah status masih belum bayar.

Petugas faskes tersebut menyampaikan untuk menunggu terlebih dahulu saja beberapa menit. Akhirnya, sekitar lima menit kemudian, petugas memanggil kami karena statusnya sudah terbayar dan dapat digunakan.

Categories
Umum

Gagal Isi Saldo OVO dari CIMB Niaga

Untuk top-up saldo OVO — saya memiliki akun OVO Premiere, saya hampir selalu transfer dari rekening BCA melalui BCA Mobile. Dan, tidak pernah gagal sama sekali. Saldo OVO langsung bertambah secara instan. Begitu juga ketika saya top-up saldo Go-Pay.

Beberapa hari lalu, saya mencoba untuk top-up saldo OVO dari CIMB Clicks. Prosesnya cukup sederhana, yaitu dengan melakukan transfer ke nomor 8099 diikuti dengan nomor ponsel yang terdaftar di akun OVO.

Proses transfer berhasil. Namun, ternyata saldo OVO tidak secara instan bertambah. Saya pikir, mungkin perlu waktu. Jadi saya tunggu saja.

Sekitar satu jam, ternyata tidak bertambah juga saldo OVO saya. Akhirnya saya tanyakan kepada pihak CIMB melalui layanan pesan (chat). Saya berikan juga tangkapan layar transaksi saya ketika diminta. Oleh petugas layanan konsumen, saya diminta untuk menghubungi Call Center CIMB Niaga.

Pengalaman saya sebelumnya menghubungi Call Center CIMB Niaga tidak terlalu baik. Oh ya, saat itu saya juga ‘hanya’ melakukan top-up Rp100.000,-. Akhirnya, saya putuskan untuk meminta bantuan melalui surel ke bantuan konsumen. Saya kirimkan surel ke [email protected]. Dalam surel saya sertakan juga bukti transaksi yang saya lakukan.

Hari berikutnya — karena saya mengirim surel setelah pukul 17.00, jadi baru mendapatkan balasan di hari berikutnya — saya mendapat respon:

Menindaklanjuti email Bapak, kami informasikan bahwa proses tindak lanjut telah dilakukan dengan hasil sebagai berikut:

Mohon maaf atas kendala yang Bapak alami. Setelah kami lakukan pengecekan untuk transaksi yang di lakukan tidak berhasil, dan dana Bapak saat ini berada di rekening penampung bank CIMB Niaga. Kami informasikan dana akan di kembalikan ke rekening dalam 10 hari kalender. Mohon kesediaan Bapak menunggu prosesnya hingga akhir hari pada tanggal 20 Juni 2019.

Bapak dapat memberikan balasan melalui email ini dalam kurun waktu 3 (tiga) hari kerja apabila terdapat hal yang ingin disampaikan.

Terima kasih atas kepercayaan Bapak kepada kami. Melayani Bapak merupakan kebanggaan bagi kami.

Jadi, singkatnya proses top-up ke akun OVO gagal. Dan, beruntung saya hanya mengisi dalam nominal yang tidak terlalu besar. Apa jadinya kalau nominal besar yang ditransfer dan harus dalam kondisi seperti di atas?

Repot.

Update: Dana yang dijanjikan untuk dikembalikan ke rekening akhirnya saya terima pada 20 Juni 2019 sesuai dengan informasi yang dijanjikan.

Categories
Umum

Menggunakan dan Meng-Upgrade Akun Ovo Menjadi Ovo Premier

Sekitar satu bulan terakhir ini, saya cukup sering menggunakan OVO sebagai salah satu metode pembayaran. Dan, lebih digunakan lagi karena saya lebih sering menggunakan Grab daripada Go-Jek terutama untuk layanan transportasi.

Namun, baru minggu lalu saya melakukan upgrade akun OVO saya dari OVO Club menjadi Ovo Premier. Saya melakukannya di outlet OVO yang berada di salah satu pusat perbelanjaan di Jogjakarta. Prosesnya sendiri cukup mudah yaitu menyiapkan kartu identitas saja. Yang mungkin agak sedikit menjadi pertanyaan, saat itu agen yang melayani saya “meminjam” ponsel saya untuk masuk dalam akun agen tersebut melalui peramban. Saya sendiri tidak terlalu keberatan sebenarnya, karena memang cuma mengakses peramban saja.

Salah satu alasan saya upgrade sebenarnya untuk mendapatkan fitur transfer antara akun OVO, dan kebetulan istri saya juga punya akun OVO. Dibandingkan dengan akun Ovo Club yang memiliki batas dana/saldo dalam OVO Cash sebesar Rp2.000.000, akun Ovo Premier dapat menyimpan dana/saldo dalam OVO Cash sampai sebesar Rp10.000.000. Ya, walaupun seingat saya saldo terbesar yang pernah ada dalam OVO Cash saya sekitar Rp500.000. Saldo OVO Cash saya paling sering juga saya top-up dari kartu debit.

Mengenai keuntungan dari cashback, saya sendiri jarang menggunakannya. Paling sering, selain untuk pembayaran Grab, saya gunakan untuk pembayaran ketika berbelanja di Hypermart. Sayangnya, dua kali pembelanjaan terakhir di Hypermart gagal menggunakan OVO karena adanya kesalahan teknis. Rata-rata sih seingat saya karena faktor sinyal saja.

Oh ya, saat saya selesai melakukan proses upgrade di outlet, ternyata status akun saya tidak secara otomatis berubah. Informasi yang saya dapatkan, saya harus menunggu sekitar dua jam. Setelah sekitar dua jam saya coba keluar dari aplikasi dan masuk lagi, ternyata akun saya masih belum berubah status. Baru keesokan harinya, saya mendapati kalau akun saya sudah berubah. Fitur yang saya coba kali pertama adalah transfer dana ke istri saya.

Dan, berhasil.

Categories
Umum

Top-up Saldo OVO dari Kartu Debit

Setelah dulu menggunakan OVO untuk membayar parkir, saya menggunakannya untuk beberapa transaksi lain walaupun tidak sering. Akhir-akhir ini, OVO lebih sering saya gunakan untuk pembayaran transaksi Grab. Kenapa? Di Grab, ini adalah salah satu pilihan untuk cashless (selain kartu kredit) dan juga memanfaatkan promonya juga.

Ternyata, sudah saatnya menambah saldo. Ada beberapa pilihan untuk tambah dana yaitu melalui ATM/Internet Banking, Minimarket, atau menggunakan kartu debit.

Melalui internet banking mungkin paling mudah. Sayangnya, token KeyBCA saya sedang tidak dapat digunakan. Setelah beberapa hari lalu mencari, hari ini baru ketahuan kalau ternyata masuk ke mesin cuci. Ke ATM, sedikit ribet karena harus pergi keluar, apalagi ke minimarket.

Lalu, saya coba untuk pilihan kartu debit. Untuk kartu debit, tertulis “Saat ini kami hanya menerima kartu debit yang sudah aktif 3D Secure”. Jadi, selanjutnya hanya perlu memilih dari pilihan nominal (Rp100.000, Rp200.000 atau Rp500.000). Diikuti dengan memasukkan nomor kartu, masa berlaku kartu dan 3 angka keamanan (CVV).

Setelah saya lihat, ternyata kartu debit CIMB Niaga Master Card saya ada informasi tersebut. Saya coba memasukkan informasinya, dan selesai. Sama seperti kalau melakukan pembayaran menggunakan kartu kredit. Seluruh proses transaksi selesai, saldo langsung bertambah. Tidak ada biaya tambahan yang dibebankan untuk transaksi ini.

Categories
Umum

Membayar Biaya Parkir Menggunakan OVO

Walaupun saya sudah memiliki akun OVO yang menawarkan banyak sekali promosi, namun saya masih cukup jarang menggunakannya. Bahkan, ketika promo awal berupa biaya parkir sebesar Rp1 di salah satu mal di Jogjakarta, saya juga tidak menggunakannya.

Beberapa waktu lalu, akhirnya saya sempat menggunakannya. Awalnya agak tidak terlalu mengerti cara penggunaannya. Namun, karena memang ada saldo di akun OVO saya, jadi tak ada salahnya mencoba. Saat itu, untuk biaya parkir mobil biaya hanya Rp1.000 saja.

Ketika di gate keluar parkir, ketika akan membayar saya tanya kepada petugas, mekanisme bayarnya sebagai berikut:

  1. Saya hanya perlu scan barcode karcis parkir yang saya dapatkan ketika masuk menggunakan aplikasi OVO
  2. Konfirmasikan pembayaran
  3. Serahkan karcis kepada petugas, kemudian petugas akan men-scan di mesin parkir

Selesai. Cukup sederhana.

Satu hal yang menurut saya menarik adalah hasil transaksi parkir akan terkirim ke surel, dimana ini bisa menjadi arsip transaksi.