Meta, perusahaan di belakang produk teknologi seperti Facebook, Instagram, dan WhatsApp memutuskan untuk melepas 11.000 karyawannya. Jumlah ini setara sekitar 13% dari total karyawan. (Sumber: Entrepreneur.com)
Hari ini saya membagikan beberapa perubahan tersulit yang telah kami buat dalam sejarah Meta. Saya telah memutuskan untuk mengurangi ukuran tim kami sekitar 13% dan membiarkan lebih dari 11.000 karyawan berbakat kami pergi. Kami juga mengambil sejumlah langkah tambahan untuk menjadi perusahaan yang lebih ramping dan lebih efisien dengan memotong pengeluaran diskresioner dan memperpanjang pembekuan perekrutan kami hingga Q1.
Saya ingin bertanggung jawab atas keputusan ini dan bagaimana kami sampai di sini. Saya tahu ini sulit bagi semua orang, dan saya sangat menyesal kepada mereka yang terkena dampak.
Hal pertama yang saya lakukan ketika mendapati kondisi bahwa saya terpapar COVID-19 adalah mencari obat atau vitamin yang membantu penyembuhan. Walaupun, kondisi sudah vaksinasi lengkap dan booster akan membantu, namun kalau memang ada tambahan obat atau vitamin, kenapa tidak?
Saya hanya pernah membaca pengalaman mereka yang pernah mencoba mendapatkan paket layanan telemedisin dari Kementerian Kesehatan RI. Ada yang bilang lancar, ada yang bilang lambat. Dan, saya putuskan untuk mencoba mendapatkannya.
Berbekal NIK ini, akan ditentukan apakah hasil pemeriksaan sudah ada ada dalam database layanan ini atau belum. Saya masukkan NIK saya, ternyata NIK saya ditemukan, lengkap dengan status bahwa saya masuk dalam kriteria untuk mendapatkan layanan telemedisin.
Sesuai instruksi, saya lakukan konsultasi secara daring melalui aplikasi. Saya pakai aplikasi Halodoc, karena beberapa opsi yang sudah ada, Halodoc memang cukup sering saya gunakan.
Tulisan ini merupakan pengalaman pribadi menggunakan jasa layanan Ottoban Indonesia pada April 2022. Penulis tidak memiliki kerjasama dengan pihak Ottoban. Seluruh biaya merupakan biaya pribadi penulis. Pengalaman berbeda mungkin dapat dialami dan penulis merekomendasikan untuk mencari informasi atau referensi terbaru terkait artikel ini.
Awal April lalu, saya kembali melakukan perjalanan ke luar kota menggunakan kendaraan pribadi saya. Biasanya saya hanya bepergian untuk agenda ke Bogor, atau Jakarta saja. Namun, saat itu rute perjalanan agak sedikit berbeda. Bukan ke Jakarta dari Jogjakarta saja, bukan pula ke Semarang. Dan, ini kali pertama saya tidak melakukan pengecekan air aki, karena sudah ganti dengan aki kering.
Dari Jogjakarta, saya berangkat ke Bogor, kemudian ke Jakarta, lanjut ke Tangerang, kembali ke Jakarta, dan pulang lagi ke Jogjakarta. Total perjalanan hampir satu minggu penuh.
Puji Tuhan, perjalanan berjalan dengan lancar. Kendaraan Mobilio yang saya bawa juga dalam kondisi baik. Apalagi, seluruh perjalanan ini merupakan perjalanan solo, benar-benar sendiri. Cuaca selama perjalanan juga cukup bersahabat, kecuali ketika perjalanan malam dari Bogor menuju Jakarta, sempat hujan, namun beruntung tidak disertai angin.
Ban Belakang Tidak Nyaman
Sekembali dari perjalanan, saya masih menggunakan kendaraan untuk mobilitas. Ada yang sedikit terasa kurang nyaman, tapi saya pikir saat itu ban cuma kurang angin saja.
Seminggu setelahnya, saat saya melakukan perjalanan (agak jauh), ternyata benar terasa kurang nyaman. Istri saya yang saat itu lebih merasakan, karena dia duduk di kursi belakang bersama dengan anak saya.
Karena dugaan awal adalah ban yang kurang angin, jadi ketika perjalanan sempat kami pastikan tekanan ban dalam kondisi yang cukup. Lagi-lagi, puji Tuhan karena perjalanan malam itu dengan waktu tempuh pulang pergi total hampir 3 jam dapat dilewati dengan selamat.
Sesampai di rumah, akhirnya saya cek ban.Dan, benar saja. Ban belakang sisi sebelah kiri sudah dalam kondisi sudah aus, jadi permukaan ban sudah tidak rata lagi. Sedikit ada semacam “retakan”. Duh! Untuk ban belakang sisi kanan, beruntung masih dalam kondisi cukup aman.
Kondisi ini baru diketahui Sabtu malam. Jelas sudah masalah ada di mana, dan kesimpulannya cuma satu: ganti ban segera. Alasan utama tentu karena faktor keselamatan.
Ganti Ban
Hari Minggu pagi, saya coba cari-cari opsi dimana saya beli (dan ganti) ban mobil. Ada sebenarnya toko ban yang direkomendasikan. Saya beli ban untuk roda depan sekitar 1,5 tahun lalu. Secara harga lebih miring dibandingkan dengan toko ban lain. Masalahnya, hari Minggu tutup.
Jadi saya coba melihat-lihat kembali harga ban di situs niaga-el seperti Tokopedia. Hal ini sekadar untuk mencari tahu saja, berapa harga pasaran ban yang saya pilih yaitu GT Radial Champiro Ecotec 185/65 R15.
Selain itu saya juga coba kontak beberapa toko ban di Jogjakarta setelah mencari melalui Google Maps. Saya mendapatkan jawaban dan produk tersedia. “Masalahnya”, kebanyakan tutup karena hari Minggu. Ada pula yang toko tersedia di Tokopedia, bisa pesan melalui Tokopedia, lalu pemasangan dengan datang langsung ke toko. Harga juga cocok. Sayangnya, ketika saya mau order, saya diberitahu kalau akan cek stok dulu, dan baru dikabari Senin.
Saya agak memaksakan untuk bisa selesai urusan hari Minggu, untuk menghindari mengurus hal ini di hari dan jam kerja. Dan, supaya ban bisa segera ganti.
Istri saya juga sempat tanya di grup perumahan, dimana pada beli ban. Beberapa menyebutkan nama yang familiar seperti MARI BAN, BAH PETRUK, dan ada yang menyebutkan Ottoban. Nama terakhir ini sebenarnya agak asing, tapi katanya bisa beli lewat niaga-el Tokopedia. Jadi, saya malah penasaran mencari lebih lanjut.
Setelah saya mencari tahu lebih lanjut, sepertinya Ottoban — dengan nama merek Ottoban Indonesia (situs: https://ottobanindonesia.com) — ini cocok dengan kebutuhan di hari itu. Kenapa?
Hari Senin lalu, akhirnya saya mendapatkan AstraZeneca sebagai vaksin dosis ketiga saya. Bersama dengan istri saya, proses vaksinasi kami ikuti di RSUD Sleman.
Sebelumnya, saya pernah melakukan registrasi di RS Siloam, tapi di jadwal yang ditentukan, ternyata saya malah ada keperluan sehingga tidak dapat hadir sesuai jadwal. Waktu itu, saya juga dijadwalkan mendapat AstraZeneca.
Bersyukur sebenarnya karena cukup banyak pilihan tempat vaksinasi booster ini. Pilihan ke RSUD Sleman sebenarnya lebih karena lebih dekat dengan rumah saja. Kalau pilihan vaksin, yang banyak tersedia adalah AstraZeneca. Awalnya, saya dan istri berharap bisa dapat Pfizer atau Moderna. Tapi, tidak jelas juga kapan. Jadi, dengan alasan bahwa lebih cepat juga lebih baik, jadi yang ada saja.
Proses Vaksinasi
Proses registrasi saya laksanakan melalui WhatsApp ke 081548500500. Persyaratan membawa fotokopi KTP dan juga salinan sertifikat vaksin. Walaupun akhirnya ketika pendaftaran ulang, yang diperlukan hanya KTP saja. Pelaksanaan sendiri berjalan lancar saja tanpa kendala berarti. Saat itu, untuk setiap hari tersedia kuota 120 orang.
Kalau ingin langsung datang, juga bisa. Prosesnya akan sama. Datang ke loket informasi untuk mengambil nomor antrian vaksinasi, lalu naik ke lantai 4, datang ke meja registrasi, isi formulir, lalu tunggu prosesnya. Untuk layanan vaksinasi di jam 08.00-11.00 WIB.
Proses mungkin sedikit agak lama lebih karena saat itu hanya ada 1 petugas screening dan 1 petugas vaksinator. Ini mungkin juga disesuaikan dengan ketersediaan ruangan juga saya rasa. Tidak masalah.
KIPI
Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) masih terasa. Malam harinya, badan terasa agak meriang, tapi tidak parah. Sendiri terasa agak nyeri, tapi ringan saja. Efeknya lebih ke agak susah tidur saja sebenarnya.
Keesokan harinya, cuma terasa badan agak lemas — bisa jadi ini juga karena malamnya kurang tidur — dan kepala agak pusing. Jadi, banyakan dipakai untuk istirahat saja. Demam tidak terasa, suhu badan normal saja.
Tapi, sore harinya, kondisi badan jauh membaik dan sudah bisa beraktivitas normal. Istri saya, malam hari badan hanya terasa sedikit hangat saja, tapi lainnya normal. Bekas suntikan juga hanya terasa pegal ringan saja ternyata.
Selain membeli obat atau vitamin secara daring melalui situs-situs niaga-el seperti Tokopedia atau Shopee, saya dan istri kadang juga membeli melalui apotek. Dan, sejak pandemi ini membeli secara daring sesekali kami lakukan. Kalau soal kesehatan, puji Tuhan, kami semua sehat, dan jarang sakit.
Kami banyak memanfaatkan Halodoc dan pesan langsung ke apotek-nya dan nanti kirim menggunakan. Tidak ada alasan khusus metode mana yang lebih kami sukai. Kadang, memang situasional saja.
Salah satu alasan menggunakan Halodoc adalah mengenai integrasinya — mulai dari pemesanan, pembayaran, sampai dengan pengiriman menggunakan layanan Gojek — yang sudah sangat baik. Beberapa kali saya memesan melalui aplikasi ini, dan semua mendapatkan pengalaman yang baik.
Soal harga, ketika secara acak saya bandingkan, memang kadang lebih mahal — misal ketika dibandingkan dengan harga di situs niaga-el. Tapi, jika ini untuk kebutuhan yang mendesak, Halodoc jelas sebuah solusi yang perlu dipertimbangkan.
Terakhir kali saya pesan beberapa bulan lalu ketika anak anak kami sakit, kami perlu beli Pedialyte. Pemesanan saat itu sekitar pukul 00.30 WIB. Semua diproses dengan baik sekitar satu jam. Waktu sampai obat sampai di rumah terkesan lama, namun lebih karena jarak yang jauh saja dari apotek yang punya stok.
Langsung Pesan dari Apotek
Salah satu kebiasaan saya ketika membeli sesuatu di toko adalah mencatat nomor kontak. Jadi, jika dibutuhkan tidak repot. Beberapa apotek yang tidak jauh dari rumah sudah ada dalam daftar kontak.
Jika Anda mungkin belum memiliki kontak-kontak apotek di ponsel, sepertinya tidak ada salahnya sekarang mulai mencatatnya.
Ada dua apotek yang menjadi pilihan kami selama ini. Pertama adalah Apotek K-24, dan yang kedua adalah apotek Unisia. Keduanya kebetulan tidak terlalu jauh dari tempat tinggal kami. Ada alasan mengapa beli langsung dari apotek — khususnya kedua apotek tersebut — menjadi pilihan:
Bisa konsultasi atau bertanya terlebih dahulu mengenai obat yang diperlukan, aplagi kalau sedikit kurang yakin dengan kebutuhan.
Soal harga, bisa langsung ditanyakan.
Buka 24 jam. Walaupun selama ini saya belum perneah pesan lebih dari jam 21.00 WIB.
Seluruh pemesanan melalui apotek langsung hampir semuanya untuk kebutuhan yang tidak terlalu mendesak. Ketika saya butuh membeli perban elastis, saya tidak keberatan menunggu sekitar satu jam untuk dikirim dari apotek pilihan saya.
Apotek K-24
Ada beberapa apotek K-24 yang tidak terlalu jauh dari rumah. Namun, ada satu yang selalu jadi langganan dengan beberapa alasan:
Bisa melakukan pembayaran secara non-tunai. Dulu, saat membeli di lokasi langsung dan melakukan pembayaran non-tunai menggunakan OVO, apakah bisa jika nanti pesan melalui WhatsApp, lalu saya bayar “jarak jauh”, kemudian saya kirim kurir (GoSend atau GrabSend). Ternyata bisa.
Cara ini ternyata tidak bisa — kurang familiar oleh karyawan apotek — dengan apotek K-24 yang sebenarnya secara jarak lebih dekat dari rumah.
Tentu aplikasi K24Klik juga dapat digunakan jika diperlukan. Saat ini, metode yang saya pilih sudah sangat mencukupi dan nyaman.
Apotek Unisia 24
Apotek ini didirikan/dikelola oleh PT. Unisia Polifarma (UII Farma). Di Jogja, apotek ini ada di beberapa lokasi. Beberapa alasan pilihan:
Lokasi tidak jauh dari rumah, jadi seandainya di ambil sendiri, atau dikirim melalui kurir, biaya tidak mahal. Namun, ada layanan antar gratis sampai jarak 5 km untuk pembelian minimal Rp50.000.
Ada pernah obat yang rencana saya mau beli ada stok yang kosong. Tapi, karena itu tidak mendesak, jadi bisa diganti dengan merek lain.
Sama dengan K-24, komunikasi dilakukan dengan WhatsApp. Soal respon, selama ini cukup cepat. Memang pernah saya menghubungi, namun tidak mendapatkan balasan, dan bahkan baru dibalas keeseokan harinya, dengan alasan chat yang tertumpuk/terlewat. Bisa dipahami karena melayanai dengan sistem WhatsApp potensi seperti ini bisa terjadi.
Sudah sangat lama sejak kali terakhri saya menggunakan jasa untuk masalah saluran air yang mampet. Secara umum, semua lancar-lancar saja. Sudah beberapa minggu terakhir terpikir untuk memanggil jasa saluran mampet untuk saluran yang membawa air hujan dari area belakang ke depan.
Karena, ketika hujan lebat, kecepatan air mengalir keluar tidak secepat debit air yang masuk. Jadi, kadang air keluar dari saluran/parit kecil. Hasilnya sih lebih kepada kegiatan tambahan setelahnya, yaitu mengepel lantai. Aliran jadi kurang lancar karena sepertinya ada debu, pasir, atau kadang tanah yang masuk ke saluran. Termasuk, kadang ada daun dari pohon di dekat rumah yang terbang tertiup angin.
Dan, rencana tersebut akhirnya harus direalisasikan justru karena sebab lain. Sewaktu ART saya mencuci piring, air buangan wastafel ternyata sedikit meluap. Dugaannya cukup jelas: mampet. Karena ini bagian yang penting untuk kegiatan rumah tangga berjalan baik, jadi harus dibereskan sesegera mungkin.
Melalui mesin pencari, saya mencari alternatif layanan. Dan, saya menemukan salah satu layanan yang lokasinya tidak terlalu jauh dari rumah. Saya kirim pesan melalui WhatsApp, dan ternyata langsung dibalas. Setelah saya jelaskan beberapa hal yang perlu dibereskan, dan sepakat dengan harga jasa, penyedia layanan ini menyanggupi untuk datang keesokan harinya.
Pagi harinya, setelah dicek, ternyata memang benar cukup parah sumbatannya. Akhirnya sumbatan dibersihkan dan didorong dengan air. Parit juga dibersihkan. Sebenarnya pekerjaan cukup lancar, sampai pada kondisi air yang digunakan untuk mendorong melalui pompa habis. Kebetulan beberapa hari ini layanan PDAM di kompleks perumahan kurang begitu lancar. Jadi, air yang digunakan adalah air dari toren penampung.
Untunglah, bagian utamanya sudah selesai. Ini lebih kepada membilas kembali dengan air yang banyak saja. Saya cuma berharap hujan deras segera turun, dan air dari PDAM menyala lagi.
Kursi kerja di rumah yang saya pakai memang beberapa kali ganti. Tapi, bukan karena beli melainkan karena saya ada beberapa kursi. Jadi berusaha untuk menemukan kursi yang paling pas. Ada satu kursi dari IKEA yang cukup cocok. Bukan kursi yang empuk dan mewah, tapi secara desain lebih cocok.
Dan, rata-rata kursi memang kurang sesuai untuk saya karena kurang tinggi. Ya, ada sedikit tantangan memang untuk saya yang memiliki tinggi hampir 180cm.
Selain kursi dari IKEA tadi, ada satu buah kursi dengan pegas/hidrolik di rumah, yang dalam kondisi cukup bagus. Masalahnya, pegas/hidrolik tidak berfungsi lagi. Dengan segala hal alasan yang membuat malas untuk mencari solusi, akhirnya kemarin memutuskan untuk mereparasi kursi ini. Targetnya, pegas bisa berfungsi kembali, sehingga kursi bisa lebih tinggi lagi. Walaupun, saya yakin pasti akan tetap kurang tinggi.
Kenapa tidak beli atau mengubah tinggi meja? Saat ini, ini bukan solusi.
Mencari Jasa Reparasi Kursi di Jogjakarta
Catatan
Tulisan ini merupakan pengalaman pribadi pada awal Maret 2021. Pengalaman/hasil mungkin berbeda, namun saya mendapatkan pengalaman dan layanan yang baik, dan dengan senang hati merekomendasikannya.
Setelah melakukan pencarian melalui internet, saya menemukan beberapa opsi. Saya kontak beberapa layanan melalui WhatsApp/nomor yang tersedia. Dan, hanya satu yang membalas. Saya memang memilih untuk jasa yang tersedia tidak terlalu jauh dari tempat saya.
“Service & sparepart kursi kantor” adalah nama yang saya temukan di mesin pencarian. Lokasinya ada di sisi barat ring road Yogyakarta, dan tidak jauh dari tempat saya. Ketika saya hubungi melalui WhatsApp, saya langsung sampaikan apakah bisa dilakukan servis, dengan sedikit menjelaskan masalah di kursi saya.
Alih-alih memberikan jawaban untuk ganti pegas/hidrolik, saya diberi opsi apakah mau “dikunci tingginya” saja. Jadi, tidak bisa naik turun lagi. Solusi ini jauh lebih murah, kalau mau diambil. Dan, pengerjaannya juga lebih cepat. Harganya Rp40.000,- saja kalau service ini. Kalau ganti hidrolik, ada di kisaran Rp180.000,- — tapi ini mungkin bisa berbeda bergantung jenis kursinya.
Tanpa tunggu lama, saya langsung saja janjian untuk datang ke lokasi. Lokasinya agak masuk ke gang, tapi mobil bisa parkir di dekat lokasi atau bahkan kalau agak berat, bisa drop langsung di depannya.
Ternyata yang berkomunikasi di saya adalah pemiliknya langsung, yang belakangan baru saya tahu namanya Mas Hendra. Orangnya ramah, dan memberikan layanan dan informasi yang oke sekali. Ketika datang menjelang jam makan siang, saya memang hanya bertemu dengan dua orang pegawainya. Dan, diminta untuk meninggalkan kursi, untuk diambil nanti. Sebenarnya, saya inginnya langsung dikerjakan, saya tunggu. Tapi, mungkin karena ada antrian, atau yang mengerjakan belum siap.
Sekitar dua jam berselang, saya dihubungi kembali melalui WhatsApp kalau kursi saya sudah siap. Agak sore, saya datang ke lokasi kembali dan langsung ketemu dengan Mas Hendra.
Saya sampaikan saja sebenarnya saya ini butuh kursi ini “lebih tinggi” dari kursi normal. Kondisinya saat saya datang, kursi memang sudah sesuai kondisi aslinya, dan sepertinya sedikit lebih tinggi. Saya tanya, apakah bisa lebih tinggi lagi, ya? Dengan kondisi tetap saja tidak perlu hidrolik, karena lagi-lagi saya tidak perlu terlalu disesuaikan tingginya. Akhirnya diganti lagi besi penyokong kursinya dengan yang lebih tinggi. Setelahnya, saya diminta untuk mencobanya. “Sepertinya ini cukup tinggi, semoga pas,” pikir saya.
Karena ini adalah sparepart terpisah, jadi ada biaya tambahan yang murah juga. Sebenarnya tidak ada patokan, tapi Mas Hendra bilang, Rp10.000,- juga tidak apa-apa. Saya tidak mau, saya akhirnya bayar Rp20.000,-. Kenapa lebih tinggi? Ya, karena saya tidak hanya bayar untuk harga sparepart, tapi juga atas jasanya. I'm buying the good service also!
Jadilah, sore itu saya mengeluarkan biaya total Rp60.000,-. Kalau tanpa ada modifikasi tambahan, total Rp40.000,-. Jadi, kalau memang ini sudah mencukupi, ya harganya sekian. Harga yang sangat oke untuk saya. Apalagi, dengan layanan yang sangat baik.
Sesampai di rumah, saya coba sandingkan dengan meja yang saya miliki. Dan, pas! Posisi duduk lebih nyaman, dengan posisi tangan terhadap meja juga lebih ideal untuk kegiatan bekerja.
Jika tertarik menggunakan layanan ini — bukan hanya servis kursi, tapi termasuk sofa, bahkan kursi barber — silakan langsung ke lokasi di bawah ini.
Service & sparepart kursi kantor Jalan Sadewo, Gang Sencaki Barat No.85, RT.06/RW.12, Area Sawah, Nogotirto, Kec. Gamping, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta 55292 Telepon/WhatsApp: 0823-4997-1874 (Mas Hendra)
Pada awal Februari 2021 lalu, BPOM mengeluarkan persetujuan penggunaan darurat (emergency use authorization)vaksin CoronaVac untuk usia 60 tahun ke atas dengan dua dosis suntikan vaksin, yang diberikan dalam selang waktu 28 hari.
Ya, tentu saja ini kabar baik. Saya tidak terlalu mengikuti perkembangan bagaimana mekanismenya. Tapi, saya justru tertarik tentang bagaimana proses pendataannya. Jadi, beredar beberapa info dan tautan melalui kanal komunikasi di grup WhatsApp mengenai mekanismenya dengan mengisi data… melalui Google Form.
Google Form tentu memiliki fitur yang dibutuhkan untuk dapat menginput data dengan mudah bagi publik. Data yang masuk bahkan sudah sangat mudah untuk dikelola, karena bisa langsung dapat tersedia dalam format spreadsheet.
Tapi, kenapa menggunakan Google Form ya? Maksud saya lebih kepada bukankan ini — pengisian menggunakan Google Form — akan cukup mudah untuk disalahgunakan? Sesulit apa untuk menyalahgunakan formulir semacam ini? Apalagi, informasi seperti ini sangat “menarik” bagi banyak orang. Bayangkan saja, tautan yang ‘ilegal' dengan format formulir yang sama persis beredar di masyarakat, lalu data terisi, lalu siapapun yang memiliki formulir itu memegang data.
Bayangkan juga, bahwa ini lalu tidak dibuat hanya terkait pendataan data untuk vaksinasiCOVID-19 bagi lansia. Entah mengapa proses input data ini tidak dilaksanakan terpusat di situs Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Atau, di situs Satgas Penanganan COVID-19. Kalaupun di tingkat yang lebih kecil, bisa ada di situs dinas kesehatan kota/kabupaten. Apa iya tidak bisa membuat sebuah mekanisme mandiri, sehingga data-data yang masuk dapat lebih terlindungi?
Sehingga, peluang untuk mekanisme pengisian data untuk disalahgunakan bisa paling tidak sedikit dikurangi.
Data yang perlu diisi berdasarkan “formulir resmi” terkait pendataan ini seperti NIK (Nomor Induk Keluarga), tanggal lahir, nomor ponsel, dan alamat. Semoga saja, tidak perlu banyak beredar “formulir palsu” nantinya.
Selama hampir satu tahun berada dalam masa pandemi — dan entah sampai kapan pandemi ini akan berakhir — saya memang beberapa kali memutuskan untuk berada di luar rumah, untuk bekerja. Tentu, dibandingkan dengan masa sebelum pandemi, aktivitas ini sangat berkurang.
Saya coba hitung, kalau tidak salah, secara total saya hanya pernah empat kali duduk di tempat yang memungkinkan saya untuk bekerja — membuka laptop. Namun, itupun belum tentu saya bekerja dan dalam periode waktu yang tidak terlalu lama (tidak sampai seharian).
Selain di warung kopi — yang didesain dan dikelola untuk sekaligus menjadi coworking space — saya akhirnya juga kadang bekerja dari hotel. Agak berbeda memang, karena bagi saya hotel dari dulu bukan opsi utama jika ingin sekadar duduk, membuka laptop, lalu bekerja.
Seluruh cerita terkait dengan pengalaman menggunakan layanan/area di Prime Plaza Hotel Yogyakarta (PPH Yogyakarta) merupakan pengalaman pribadi, dan tidak memiliki afilitasi/kerjasama dengan pihak hotel. Semua biaya yang muncul merupakan biaya pribadi. Pengalaman berbeda mungkin terjadi, dan saya mendorong untuk mengkonsultasikan dengan pihak hotel, jika diperlukan. Semua foto merupakan koleksi pribadi.
Paket “Work From Hotel” ini sebenarnya merupakan sebuah alternatif terkait dengan pemesanan makanan di hotel. Secara prinsip, tanpa harus menggunakan opsi paket “Work From Hotel (WFH)” , tetap bisa saja memesan makanan dari resto, untuk dinikmati di area resto, dan mulai bekerja di tempat yang tersedia.
Untuk kunjungan pertama, saya coba paket seharga Rp55.000. Secara umum, ada beberapa pilihan “paket” yang dapat dipilih sesuai selera, yaitu:
Harga tersebut adalah harga termasuk pajak. Dan, ini dapat digunakan selama jam operasional hotel yaitu setiap hari (termasuk Sabtu dan Minggu), mulai pukul 07.00-23.00 WIB. Informasi lebih lengkap bisa dilihat di https://work-from-hotel.web.app, tapi tetap ada baiknya juga menghubungi narahubung melalui WhatsAppp.
Jam operasional hotel ini lebih memberikan fleksibilitas. Walaupun saya memanfaatkan di jam kerja saja, dan tidak seharian penuh juga pada akhirnya.
Setelah memarkir kendaraan saya, saya menuju ke area lobi untuk pemeriksaan suhu, menggunakan hand sanitizer dan memindai QR Code yang perlu saya isi sebagai tamu. Pengisian data ini menggunakan Google Form. Area parkir roda dua dan empat tersedia di bagian depan dan sangat luas menurut saya. Oh ya saya masuk melalui pintu masuk utama di Jl. Affandi.
Oleh petugas di lobi, saya ditanyai ada keperluan apa/mau kemana, saya sampaikan mau ke restoran. Dan, selanjutnya lancar saja. Saya sempatkan ke resepsionis, dan diarahkan untuk langsung saja ke area Colombo Pool Terrace, yaitu restoran yang semi outdoor, yang lokasinya ada di samping kolam renang.
Petugas restoran menyambut saya dengan ramah, dan sepertinya cukup well-informed bahwa ada tamu yang datang untuk “Work From Hotel”. Saya ambil tempat duduk agak di pinggir. Saya amati sekilas untuk akses ke colokan listrik juga tersedia di bawah meja.
Saya tidak punya ekspektasi untuk minuman atau snack yang saya dapatkan untuk harga Rp55.000 yang saya bayarkan. Jadi ya tunggu saja. Setelah saya duduk, beberapa saat kemudian saya diinformasikan mengenai akses internet yang bisa digunakan, dan selanjutnya saya ditawarkan apakah mau minum teh atau kopi. Siang itu, saya merencanakan mungkin akan berada disana sekitar 2-3 jam saja. Jadi apapun yang disajikan saya perkirakan cukup untuk menemani saya siang itu.
Akhirnya saya tidak jadi membuka laptop, dan bekerja dari iPad saya. Untuk minuman, saya memilih kopi — yang akhirnya kopi ini bisa untuk porsi dua gelas. Kopinya sendiri merupakan black coffee, dimana ini sesuai dengan ekspektasi saya. Mungkin jika ingin yang selain kopi, bisa memilih teh, yang sepertinya penyajian juga hampir sama. Snack dan sedikit cemilan cukup untuk menemani kopi dan waktu bekerja.
Pengalaman pertama saya untuk mencoba alternatif tempat bekerja di hotel kali ini cukup menarik. Saat saya datang, ada beberapa tamu hotel atau pengunjung yang sedang ada di area restoran. Tapi, karena area cukup luas dan penataan meja/kursi cukup lapang, jadi ya tidak masalah juga. Oh ya, karena area ini semi outdoor, jadi untuk yang mungkin membutuhkan tempat merokok, area ini cukup baik. Ya, walaupun saya sudah tidak merokok juga. Ada sebenarnya pilihan untuk area restoran yang indoor dengan AC. Tapi, saat itu saya memagn lebih tertarik yang semi outdoor.
Karena sebelumnya sudah melakukan pemesanan dan komunikasi melalui WhatsApp, untuk kedatangan kedua saya langsung kirim pesan ke WhatsApp sekitar pukul 09.30 WIB. Awalnya saya mau datang di hari Sabtu, tapi Jumat malam benar-benar kondisinya terasa sakit sekali. Bahkan, seolah lebih sakit dari sebelumnya. Saya paham, bahwa paska penanganan memang biasanya tidak langsung sembuh, memar juga saya sudah pahami efek dari penanganan sebelumnya juga.
Tapi, karena memang saya bisa datang lagi, kenapa tidak? Dan, kebetulan untuk jadwal paling cepat bisa di jam 10.30 WIB. Karena hari Jumat ada waktu sholat Jumat, jadi saya berharap semoga waktunya mencukupi.
Catatan
Saya tidak mendapatkan imbalan ataupun memiliki kerjasama dengan pemberi layanan. Semua yang saya tulis merupakan pendapat dan pengalaman pribadi. Biaya atas jasa yang muncul merupakan biaya pribadi. Hasil dan pengalaman berbeda mungkin bisa terjadi. Saya sarankan untuk mencari informasi terbaru terkait pemberi layanan. Tulisan ini berdasarkan pengalaman pada Oktober 2020.
Terapi Kedua
Seperti sebelumnya, saya sampaikan apa keluhan saya, rasanya bagaimana, termasuk apabila ada aktivitas berat yang saya lakukan. Yang melakukan terapi kali ini berbeda. Jadi ada satu terapis wanita, dan satu terapis laki-laki.
Minggu lalu, untuk kali pertama saya merasakan kondisi badan yang tidak nyaman karena (sepertinya) ada cidera otot. Saya lupa tepatnya karena apa, tapi bagian bahu dan punggung atas sebelah kanan rasanya sakit sekali. Ditambah dengan leher — terutama di bagian kanan — juga sakit luar biasa ketika dipakai untuk menunduk atau menengok.
Catatan
Saya tidak mendapatkan imbalan ataupun memiliki kerjasama dengan pemberi layanan. Semua yang saya tulis merupakan pendapat dan pengalaman pribadi. Hasil dan pengalaman berbeda mungkin bisa terjadi. Saya sarankan untuk mencari informasi terbaru terkait pemberi layanan. Tulisan ini berdasarkan pengalaman pada Oktober 2020.
Ada beberapa dugaan penyebab. Mungkin karena saya dalam posisi salah ketika mengangkat barang — karena kadang geser-geser meja atau angkat galon — atau mungkin juga ketika mau menggendong anak saya.
Saya sendiri banyak bekerja di depan meja menggunakan laptop, sangat bisa jadi ini juga memengaruhi kondisi badan terutama bagian atas.
Hari Selasa malam terasa cukup sakit. Ketika tidur, bahu sangat tidak nyaman. Apalagi ketika mau bangun dari posisi berbaring. Saya cukup kepayahan untuk bangun, karena mungkin memang ada bagian otot yang harus bekerja. Ketika berada di depan komputer, juga sudah sangat tidak nyaman.
Sempat terpikir untuk ke tukang pijat atau tukang urut. Tapi, karena saya yakin ini cidera, akhirnya saya putuskan untuk ke tempat fisioterapi saja di Jogja. Saya pernah baca, sebenarnya tidak masalah kalau ke tukang pijat atau tukang urut, tapi mungkin ketika untuk kasus badan capek, biar lebih segar, namun bukan untuk kondisi cidera. Jadi, bukannya tukang pijit/tukang urut itu jelek atau tidak direkomendasikan, kali ini soal pilihan saya saja.
Mencari tempat fisioterapi di Jogjakarta
Sebelumnya, saya sering dengar bahwa di Jogja memang ada beberapa tempat untuk fisioterapi. Mulai dari yang ada di rumah sakit, atau yang berpraktik secara mandiri. Di Universitas Negeri Yogyakarta, ada juga tempat semacam ini, namanya Physical Therapy Clinic FIK UNY.
Saya coba di internet, ada juga beberapa rumah sakit yang memiliki layanan fisioterapi. Semakin mencari, semakin banyak pilihan. Jadilah saya bertanya ke teman saya yang sebelumnya pernah juga melakukan fisioterapi di Fakultas Ilmu Keolahragaan (FIK) UNY.
Setelah berdiskusi, saya mendapatkan opsi lain kalau mau, dan dia juga sudah mencobanya, dan merekomendasikan ke saya untuk coba ke Jogja Orthopaedic Sport Clinic (JOSC). Saya tanya kapan kali terakhir ke sana, katanya sekitar dua bulan lalu.
Booking appointment
Saat itu, saya lebih perlu untuk segera mendapatkan pertolongan. Saya buka dulu situs Jogja Orthopaedic Sport Clinic (JOSC) di jogjaorthosportclinic.com. Saya baca profil singkatnya, dan saya lakukan booking appointment. Sejujurnya, agak ragu apakah saya segera mendapatkan balasan atau tidak. Jadi, saya langsung coba kontak melalui WhatsApp.
Sekitar jam 09.00 WIB saya terhubung melalui WhatsApp dan saya langsung melakukan booking appointment untuk pukul 11.00 WIB hari itu juga.
Jadi, JOSC ini lokasinya ada di Jalan Colombo No. 6C, di kompleks ruko sebelah sisi selatan kampus Universitas Negeri Yogyakarta. Lokasi persisnya ada di sebelah Pizza Hut Delivery. Lokasi yang cukup menguntungkan untuk yang bawa kendaraan roda empat, karena parkir bisa langsung di depan lokasi.
Perbaruan info (Desember 2021): Lokasi JOSC yang baru berada di Jl. Pakuningratan No. 32A, tidak jauh dari Tugu Yogyakarta.
Terapi di JOSC
Saya datang sekitar pukul 11.00 (agak mepet dari jadwal) karena lalu lintas yang agak padat ketika menuju ke sana. Pertama untuk protokol kesehatan, ada tempat cuci tangan dan sabun yang tersedia di dekat pintu masuk. Ketika sampai di meja resepsionis, saya juga diperiksa suhu badan. All good.
Karena baru pertama kali datang, saya diminta untuk mengisi data melalui formulir yang disediakan. Data yang diisi juga data-data umum saja.
Bukan Oktober ini, akhirnya memutuskan untuk melakukan perawatan berkala kendaraan roda empat milik kami. Perawatan ini ini untuk servis 50.000 km. Mobil ini memang bukan mobil baru, namun mobil tangan kedua menggantikan mobil sebelumnya — dari merek yang sama yaitu Honda — tapi dengan model yang berbeda. Sewaktu beli, saat itu angka kilometer masih menunjukkan sekitar 27.000 km.
Di servis sebelumnya tahun 2019 lalu (ketika ambil servis rutin per 10.000 km), saya mendapatkan opsi apakah akan langsung mengambil paket perawatan untuk servis berikutnya. Dengan pertimbangan bahwa secara hitungan memang lebih murah — saya lupa tepatnya berapa selisihnya, tapi nominalnya cukup lumayan juga — dan karena juga memang untuk servis kendaraan sebisa mungkin dilakukan rutin, jadi saya ambil penawaran tersebut.
Saat itu, saya membayar Rp2.770.000,- untuk total dua kali servis. Dan, saya bisa menggunakan “jatah” servis ini sampai satu tahun berikutnya, atau di kilometer di jadwal service berikutnya. Saya pikir, dengan mobillitas saya yang sebenarnya juga tidak banyak dengan mobil, tapi satu tahun untuk menempuh jarak sekitar 10.000 km sepertinya bisa jadi.
Karena di TB Murah Jaya ini ada divisi penjualan yang berbeda, jadi pengambilan barang bisa harus ke dua tempat berbeda. Hasilnya, kalau tidak diambil langsung oleh pembeli — misal menggunakan jasa kurir–, bisa jadi barang tidak terambil semua, karena asumsinya ambil dari satu tempat/orang saja. Sebaiknya melakukan pengecekan ulang kepada kurir, memastikan bahwa kurir sudah mengambil seluruh pesanan.
Sudah beberapa kali saya membeli kebutuhan renovasi rumah atau alat-alat di Toko Besi/Bangunan Murah Jaya yang ada di daerah Tajem, Maguwoharjo. Selama ini, dari pengalaman saya, pelayanan bagus. Saya tidak ada keluhan.
Beberapa kali juga saya pesan menggunakan WhatsApp, lalu membayar melalui transfer bank, dan mengambil menggunakan jasa kurir ojek online. Semua berjalan lancar saja. Jadi, tidak ada alasan lain, walaupun secara ongkos kirim lumayan mahal juga. Bisa sampai Rp24.000. Kalau semua lancar, kenapa tidak?
Tapi, tidak kali ini…
Hari ini, saya pesan beberapa barang dengan total belanjaan sekitar Rp118.000. Setelah nota — yang jumlahnya ada dua — saya melakukan pembayaran melalui transfer bank. Pembayaran saya terkonfirmasi, lalu saya pesan kurie menggunakan Grab Delivery.
Dalam diskusi dengan layanan konsumen, saya diberitahu bahwa “untuk pengambilan nanti ketemu dengan Mbak A dan Mas B”. Yang saya kira, ini tidak terlalu pengaruh apakah kurir ketemu dengan Mbak A, atau Mas B.
Yang pasti, bangun lebih pagi. Apalagi setelah tidak menggunakan jasa asisten rumah tangga. Bangun setiap hari sekitar pukul 05.30-06.00. Begitu bangun, beberes bentar, lalu ke dapur. Kalau hari kerja, biasanya sebelum jam 09.00 beberapa rutinitas pagi — berdua bersama istri — sudah harus beres seperti: memandikan bayi, bikin sarapan buat bayi dilanjut menyuapi, buka korden di lantai bawah, buka jendela kamar, masak, bikin teh, sarapan, menyapu, dan mandi.
Sesiangan aktivitas seperti biasa dan dibagai sama istri. Kalau siang mungkin cukup normal saja. Paling beli dari tukang sayur yang lewat — kalau ada yang mau dibeli — atau pesan dari warung sembako depan untuk kebutuhan harian. Saya sendiri akan banyak di depan komputer karena memang bekerja. Walaupun, kadang pas jam makan siang atau istirahat bentar saya kadang saya pakai untuk kegiatan di dapur seperti mencuci atau bahkan memasak untuk makan siang. Memasaknya yang sederhana saja tentunya.
Menjelang sore dan jam bekerja, lanjut dengan memandikan bayi, bikin makan malam, memasak (kadang jika pas ingin masak), mandi, makan malam, dan akan berlanjut agak malam. Biasanya ditutup dengan melipat cucian, membersihkan semua cucian di dapur, dan pel lantai.
Kadang, ada juga kegiatan lain, yang kebanyakan adalah tentang beberesih dan merapikan rumah. So far so good, I guess.
Aktivitas di atas sebenarnya tidak terlalu berubah dari biasanya. Bedanya, cuma tidak ada asisten rumah tangga saja yang dulu ikut kebanyakan memang untuk baby sitting jika diperlukan, walaupun ikut bebersih juga.
Baru-baru ini, Instagram melalui perbaruan aplikasinya merilis fitur “Last Activity Status”. Fitur ini kurang lebih seperti WhatsApp, dimana kita bisa melihat kapan terakhir kali seorang dalam kontak terlihat aktif. Bedanya, di Instagram, fitur ini untuk melihat kapan terakhir kali seorang pengguna ‘terlihat' menggunakan/membuka aplikasi Instagram.
Informasi tersebut terlihat melalui fitur Direct Message. Dibawah username, terlihat kapan terakhir kali pengguna tersebut menggunakan Instagram.
Jadi, semua follower akan dapat melihat informasi ini? Tidak. Informasi ini hanya terlihat oleh akun yang kita follow, atau yang sebelumnya telah mengiriman pesan pribadi (direct message).
Tentu saja ini bukan fitur yang diingikan semua orang. Apalagi fitur ini secara default dalam status diaktifkan. Namun, kita bisa menonaktifkan fitur ini jika tidak menginginkannya.
Menonaktifkan fitur ‘Last Activity'
Cara menonaktifkan fitur ini cukup mudah, baik di aplikasi Instagram berbasis Android atau iOS.
Buka aplikasi Instagram
Masuk ke Profil, kemudian sunting profil
Pada pilihan “Show activity status”, ubah pengaturan menjadi Off (Tidak aktif)
Pengaturan ini akan menonaktifkan fitur ini sepenuhnya, sehingga kita juga tidak bisa melihat status aktivitas pengguna lain juga.