Hari ini, 11 November 2022, Menteri Dalam Negeri Tito Karnavian meresmikan 3 provinsi baru hasil pemekaran Propinsi Papua, yakni Papua Selatan (Ibukota: Kabupaten Merauke), Papua Tengah (Ibukota: Kabupaten Nabire), dan Papua Pegunungan (Ibukota: Kabupaten Jayawijaya).
Peresmian ini juga ditandai dengan pelantikan 3 penjabat gubernur yang sudah ditunjuk Presiden RI Joko Widodo untuk memimpin 3 provinsi baru tersebut. Para penjabat gubernur itu adalah:
Apolo Safanpo untuk Penjabat Gubernur Papua Selatan
Nikolaus Kondomo untuk Penjabat Gubernur Papua Pegunungan,
Ribka Haluk untuk Penjabat Gubernur Papua Tengah.
Dengan pemekaran ini, jadi per 11 November 2022, total jumlah provinsi di Indonesia adalah sebanyak 37 provinsi.
Melalui surat Keputusan Presiden No. 22 Tahun 2020, hari Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) serentak pada Rabu, 9 Desember 2020 ditetapkan sebagai hari libur nasional. Yang pasti, per akhir November 2020, peningkatan jumlah kasus positif COVID-19 di Indonesia justru mengalami penambahan yang menjadikan jumlah kasus harian mencapai puncaknya.
Menetapkan hari Rabu tanggal 9 Desember 2020 sebagai hari libur nasional dalam rangka pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur, Bupati dan Wakil Bupati, serta Walikota dan Wakil Walikota secara serentak.
Keputusan Presiden No. 22 Tahun 2O2O tentnag HARI PEMUNGUTAN SUARA PEMILIHAN GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR, BUPATI DAN WAKIL BUPATI, SERTA WALIKOTA DAN WAKIL WALIKOTA TAHUN 2O2O SEBAGAT HARI LIBUR NASIONAL
Karena merupakan hari libur nasional, jadi daerah yang tidak melaksanakan pilkada juga tetap akan mendapatkan hari libur. Dan, pandemi tentu saja tidak mengenal libur.
Buruh di DIY sebenarnya sudah sangat kecewa dan hampir putus asa dengan pemerintah pusat dan pemerintah daerah (DIY), maka kita lakukan tapa pepe agar Sultan Hamengku Buwono X bisa membantu buruh menasihati Gubernur DIY dan Presiden RI
Mulai tanggal 1 Januari 2021, Upah Mininum Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta akan mengalami kenaikan sebesar 3,54% menjadi Rp1.765.000. Keputusan ini ditetapkan oleh Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X melalui Keputusan Gubernur DIY nomor 319/KEP/2020 tentang Penetapan UMP DIY 2021 pada hari Sabtu, 31 Oktober 2020.
Sebenarnya, kenaikan ini justru tidak sesuai dengan Surat Edaran Menteri Ketenagakerjaan nomor 11/HK04/X/2020 tentang Penetapan UMP tahun 2021 yang menganjurkan agar tidak ada kenaikan upah minimun di tahun 2021 karena pandemi COVID-19.
Kepala Dinas Ketenagakerjaan dan Transmigrasi sekaligus Ketua Dewan Pengupahan Provinsi DIY, Aria Nugrahadi, S.T., M.Eng. menyampaikan, rekomendasi ini merupakan hasil sidang pleno Dewan Pengupahan DIY. Sidang terdiri atas tiga unsur yaitu pemerintah, pekerja/buruh dan pengusaha. Pembahasan kenaikan UMP ini juga mempertimbangkan peningkatan perekonomian bagi pekerja dan kelangsungan usaha pada saat pandemi Covid-19. Selain itu untuk menjaga stabilitas dan menciptakan suasana hubungan industrial yang kondusif.
Hasil Rekomendasi Dewan Pengupahan DIY yang disepakati berupa saran dan pertimbangan kenaikan Upah Minimum, sebesar 3,33% berdasarkan kajian tenaga ahli menggunakan data BPS. Unsur pengusaha tidak berkeberatan atas kenaikan Upah Minimum sebesar 3,33%
Kenaikan akhir memang lebih tinggi dari rekomendasi. Sebagai perbandingan, untuk Jawa Tengah, kenaikan UMP untuk tahun 2021 adalah sebesar 3,27%. Oh ya, untuk tahun 2020, UMP DIY adalah sebesar 1.704.068.
Walaupun mengalami kenaikan, Daerah Istimewa Yogyakarta memiliki UMP paling rendah jika dibandingkan secara nasional. Angka tersebut sedikit lebih kecil dari UMP Jawa Tengah yakni Rp1.742.015 dan Jawa Timur Rp1.768.777.
… iya, 170 miliar rupiah, dengan menggunakan Dana Keistimewaan (danais) tahun anggaran 2020. Total anggaran tersebut untuk membeli lahan dan kedua bangunan tersebut. Rencananya, akan digunakan sebagai sentra UMKM, yang lokasinya berada di lokasi yang sangat strategis, di kawasan Malioboro. Mengutip berita dari krjogja.com:
Sultan mengatakan bagian bangunan yang ada di sebelah utara akan diubah menjadi sentra Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) di DIY. 43 kamar akan diubah menjadi gerai pamer sekaligus jual beli UMKM yang nantinya masih akan menjalani serangkaian renovasi.
“Ya bukan mall sebutannya ya, tapi sentra untuk UMKM begitu saja. Kami ingin meningkatkan kualitas UMKM DIY agar punya ruang di kawasan Malioboro, meski nanti sifatnya mungkin tetap menyewa”
Gubernur DIY, Sri Sultan HB X tentang pembelian dua bangunan Hotel Mutiara senilai 170 miliar.
Mengenai bagaimana pemanfaatan atau pengelolaannya, termasuk rencana lanjutannya sepertinya masih perlu dipikirkan dan direncanakan. Mengutip Kompas:
Sultan menyebut, pemilik UMKM yang ingin berjualan di sentra UMKM di kawasan Malioboro tersebut nantinya harus membayar uang sewa kepada Pemda DIY. Namun, besaran uang sewa itu belum bisa dipastikan. Selain itu, jumlah UMKM yang bisa ditampung di gedung sentra UMKM tersebut juga belum bisa dipastikan.
Aris — Kepala Paniradya Kaistimewan DIY — menjelaskan, proses pembelian dua bangunan Hotel Mutiara itu sudah dimulai sejak Februari 2020. Sementara itu, proses pembayaran kepada pemilik hotel tersebut dilakukan pada pertengahan September 2020.
Aris menambahkan, setelah pembelian dilakukan, Pemda DIY akan melakukan uji konstruksi dan kajian pengelolaan terhadap bangunan yang dibeli tersebut. Uji konstruksi dilakukan untuk mengetahui kualitas bangunan, sementara kajian pengelolaan dilakukan agar bangunan tersebut bisa dikelola secara baik. ”Kajian pengelolaan dan uji konstruksi dilakukan pada tahun 2020,” katanya.
Oh ya, bangunan Hotel Mutiara ini bukan termasuk cagar budaya, karena baru berdiri sejak tahun 1972. Sedangkan untuk masuk dalam kategori cagar budaya, bangunan sudah harus berusia minimal 50 tahun. Jadi, dua tahun lagi mungkin sudah masuk cagar budaya, kalau bangunan asli masih berdiri.
Walaupun tidak mengikuti secara rutin, mungkin sekitar satu atau dua tahun terakhir ini banyak beredar kabar mengenai pembangunan jalan tol di Yogyakarta, yang menghubungkan kota Solo dengan Yogyakarta.
Lokasi “kira-kira” juga banyak sering saya dengar. Terlepas dari nantinya proses pembangunan mulai dari pembebasan lahan dan lainnya, termasuk pro-kontra yang menyertainya, ada beberapa informasi yang mungkin menjawab beberapa pertanyaan mengenai lokasi pembangunan jalan tol tersebut.
Melalui surat keputusan Gubernur DIY No. 206 yang ditetapkan pada 10 Juli 2020 lalu, terlihat cukup jelas mengenai peta lokasinya.
Luas lokasi pembangunan jalan tol Solo-Yogyakarta sekitar 1.774.352 m2
Lokasi pembangunan akan berada/melewati Desa Bokoharjo, Kecamatan Prambanan, Desa Selomartani, Desa Tamanmartani, Desa Tirtomartani, Desa Purwomartani, Kecamatan Kalasan, Desa Maguwoharjo, Desa Condongcatur, Desa Caturtunggal Kecamatan Depok, Desa Sariharjo, Kecamatan Ngaglik, Desa Trihanggo, Kecamatan Gamping, Desa Sinduadi, Desa Sendangadi, Desa Tlogoadi, Desa Tirtoadi, Kecamatan Mlati, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta.
Lokasi penetapan berlaku 2 (dua) tahun sejak ditetapkan. Jadi, bisa saja nantinya ada perubahan.
Jangan sampai (Malioboro) saya tutup, jangan sampai terjadi Covid kedua, itu harus kita hindari. Jadi saya minta kesadaran mereka yang ada di Malioboro.
Gubernur DIY, Sri Sultan Hamengkubuwono X, tentang aktivitas warga Jogja yang berkumpul (terutama di kawasan Malioboro) tanpa masker. (Sumber: Kompas)
Semenjak angkutan berbasis daring seperti Go-Jek, Uber (walaupun sudah tidak beroperasi lagi), dan Grab beroperasi di Yogyakarta, saya hampir tidak pernah menggunakan jasa taksi. Berbeda ketika di Jakarta. Selain angkutan berbasis online, kadang saya memilih menggunakan taksi konvensional. Dan, Blue Bird menjadi salah satu pilihan.
Sekitar dua minggu lalu, saya sempat melihat taksi di Yogyakarta memiliki logo Blue Bird. Namun, dalam lambung armada tertulis Pataga, sebuah perusahaan taksi yang sudah lama beroperasi. Selain logo dan warna armada yang ‘Blue Bird banget', armada sendiri masih terlihat sangat baru. Mungkin telah dilakukan pengecatan ulang. Sebelumnya, armada taksi Pataga berwarna coklat gelap.
Ternyata, sudah sejak awal Januari 2019, Blue Bird melalui kerjasama bersama dengan Pataga hadir di Yogyakarta. Reputasinya yang sudah cukup baik mungkin menjadi jawaban mereka yang masih menggunakan jasa layanan taksi konvensional, terutama di Yogyakarta ini.
Dua minggu lalu, akun Uber for Business yang saya buat digunakan oleh seseorang dari Rusia. Penyebabnya bermula dari salah satu akun yang terdaftar dalam Uber for Business yang diretas seseorang. Pembayaran menggunakan kartu kredit saya total sekitar Rp2.000.000,-. Segera blokir kartu kredit, dan mengurus kasus ini ke Uber melalui surel. Setelah beberapa kali bertukar surel dalam beberapa jam. Dan, sekitar 5 hari kemudian, seluruh biaya transaksi dikembalikan ke kartu kredit saya. Untunglah tidak dikembalikan sebagai saldo.
When I visit Jakarta, I usually took Uber as for my ride. So far, I have good experiences with Uber, a company founded back in 2009. I have some basic considerations on taking Uber. First, it's cashless. This is a good point for my convinient. The second one is that it has applications that works. Last but not least, it's cheaper compared to the regular taxi. Even sometimes, during the busy hours, Uber has different price.
I like the way Uber keeps its service quality by its rating systems. In most of the time, I gave 4 or 5-star rating for the drivers. But, how do I rate my trip? I will give 5-star rating on these following conditions:
The driver contacts me first to confirm that he wants to pick me up. If I have the notification on my phone that a driver pick my order, I usually wait for one or two minutes while watching his location. Even if it's still 5-10 minutes, I don't mind waiting.
The driver greets me and make sure that we both ready to start the trip. “Good morning… Shall we start the ride?” is a simple and nice greeting.
The driver does not ask me for direction. Even I have GoogleMaps on my phone and I can see the route — and I know how to get to my destination, I prefer to the driver to start the trip without asking for route. But, if since there are many route alternatives, I appreciate if the driver give me suggestion for example due to the traffic.
After arriving on the destination, if the driver reminds me to check my belongings and says ‘thank you', I really appreciate that.
Sebenarnya saya cukup jarang menonton siaran televisi lokal. Selain karena memang saya lebih suka melihat tayangan melalui internet seperti di YouTube, Vimeo, atau sekadar membaca berita. Akhir-akhir ini saya kadang menikmati hiburan melalui Netflix, walaupun belum genap satu bulan dapat diakses oleh pengguna internet di Indonesia, Netflix sudah dalam status diblokir oleh Telkom Indonesia sebagai penyedia layanan internet yang saya pakai. Siaran televisi lokal sendiri memang ada beberapa yang kadang saya tonton seperti acara Kick Andy di MetroTV. Walaupun, kadang memang secara acak saja saya nyalakan televisi, atau melihat karena misalnya di rumah ada yang sedang menonton.
Dan, tak jarang beberapa acara televisi hanya berisi tentang kompilasi berita yang sumbernya juga dari internet. Benar, memang kalau dilihat dari sisi jumlah penonton, banyak yang mungkin belum melihat informasi yang salah satu sumbernya adalah internet. Dan, karena konten video adalah konten utama dari acara televisi, YouTube merupakan ladang konten bagi stasiun TV.
Acara On The Spot yang ditayangkan di Trans7 di hari Senin-Jumat pukul 19.15 WIB ini ‘menarik', karena berisi kompilasi video tentang sebuah topik. Dan, topiknya juga dibuat semenarik mungkin bagi penontonya. Sebut saja kompilasi video tentang “7 Kisah Kapal Hantu”, “7 Fakta Misterius di Dunia”, atau “7 Pengalaman Setelah Meninggal”. Sumber videonya? Kebanyakan dari YouTube (walaupun mungkin tidak semua).
Bagaimana atribusi penyebutan sumbernya? Sederhana saja, cukup ditulis dengan “Source: Youtube” seperti terlihat dalam contoh dua cuitan berikut yang diunggah melalui akun On The Spot di Twitter (@Trans7OnTheSpot).
Saya memang bukan kreator video di YouTube secara aktif. Namun, ada salah satu YouTuber bernama Martin Johnson yang videonya dipakai dalam acara On The Spot Trans7 yang menyampaikan pendapatnya. Saya rasa video berikut cukup mewakili kreator video di YouTube.
Di pertengahan Oktober 2015 ini, saya mendapatkan informasi melalui surel yang saya gunakan untuk akun saya di layanan Uber mengenai hadirnya fitur yaitu “Uber for Business”. Saya sendiri sudah menggunakan layanan ini beberapa bulan, dan secara keseluruhan mendapatkan layanan dan pengalaman yang baik. Walaupun, sampai sekarang saya baru menggunakan layanan ini kalau saya kebetulan ada keperluan pekerjaan di Jakarta.
Layanan Pribadi
Untuk keperluan pekerjaan, penggunaan Uber yang saya lakukan — atau rekan-rekan saya lakukan — menggunakan akun pribadi. Dengan kondisi ini, maka pembayaran dilakukan secara pribadi (dengan kartu kredit milik sendiri), untuk kemudian dapat dilakukan reimbursement. Sebuah mekanisme yang sepertinya cukup lazim digunakan oleh banyak perusahaan.
Fitur ‘Uber for Business'
Uber for Business yang diperkenalkan ini saya rasa memberikan beberapa keuntungan dan kemudahan, apalagi dalam konteks bahwa kebutuhan moda transportasi (menggunakan Uber) seharusnya dapat dikelola dengan lebih baik. Sejak menggunakan layanan Uber ini, memang saya merasakan bahwa biaya perjalanan cenderung berkurang — ketika membandingkan dengan mobilitas yang sama dengan layanan transportasi sejenis/taksi.
Secara sederhana, Uber for Business ini merupakan sebuah konsep yang memberikan kemudahan bagi perusahaan untuk mempermudah dalam hal pengelolaan perjalanan bagi karyawannya (ketika memilih menggunakan Uber). Berikut beberapa hal utama tentang layanan ini:
Perusahaan membuat sebuah akun bisnis/korporat
Seluruh pembayaran akan ditanggungkan ke akun perusahaan
Perusahaan mengatur karyawan yang dapat menggunakan pembayaran langsung oleh perusahaan
Perusahaan dapat mengatur kebijakan pemakaian terkait dengan pembayaran yang ditanggung oleh perusahaan
Aktivasi Uber for Business
Walaupun secara tim tempat saya bekerja belum terlalu banyak, namun saya rasa penggunaan fitur ini dapat membantu. Saya mendaftarkan akun untuk keperluan ini melalui https://www.uber.com/business. Prosesnya sendiri cukup mudah. Dan, saya sudah langsung dapat mulai melakukan pengaturan akun.
Untuk pengaturan awal, saya diminta untuk memasukkan beberapa informasi seperti metoda pembayaran (memasukkan informasi kartu kredit yang digunakan), melakukan pengaturan kebijakan bagi tim, dan tentu saja mengundang tim yang boleh menggunakan pembayaran melalui akun bisnis ini.
Informasi Pembayaran
Saya memasukkan informasi kartu kredit yang nantinya akan digunakan untuk pembayaran seluruh perjalanan baik bagi saya sendiri, atau bagi tim yang nanti akan saya undang. Menilik dari informasi pada penambahan informasi pembayaran, ada beberapa poin:
Sistem Uber akan melakukan proses otorisasi dengan melakukan penarikan sebesar US$250 dari kartu kredit. Menurut informasi, dana ini akan langsung dikembalikan jika proses ini berhasil.
Rekan kerja saya yang nantinya akan menggunakan pembayaran dari kartu kredit saya tidak akan dapat melihat informasi kartu kredit milik saya. Informasi yang terlihat hanya berupa label teks saja, misal “Nama Perusahaan”.
Pengaturan Kebijakan Perjalanan
Pengaturan kebijakan penggunaan ini dapat diatur sesuai dengan kebutuhan. Sehingga, penggunaan metoda pembayaran dapat pula dibatasi. Pengaturan ini misalnya:
Mengatur kapan saja metoda pembayaran dapat digunakan; di hari apa saja, dan dalam rentang waktu jam berapa saja.
Mengatur dimana saja bisa melakukan perjalanan, misalnya lokasi penjemputan, termasuk waktunya. Jika ditentukan batasan lokasi penjemputan, lokasi penjemputan hanya bisa dalam radius sekitar 400 meter saja.
Hari ini, 8 Oktober 2015, XL Axiata melakukan pembukaan secara resmi XL Center AdisutjiptoYogyakarta sebagai salah satu kanal pelayanan pelanggan produk dari XL Axiata. Saya sendiri kebetulan sudah menggunakan layanan dari XL Axiata sejak sekitar awal tahun 2000 sampai sekarang. Dulu, produk layanan lebih dikenal dengan ProXL. Jadi, mungkin sudah sekitar 15 tahun saya telah menjadi pelanggan.
Kebetulan pula, peresmian XL Center Adisutjipto Yogyakarta ini bertepatan dengan ulang tahun ke-19 — XL sendiri telah beroperasi sejak 8 Oktober 1996 — dari perusahaan ini. Acara ini sendiri dihadiri oleh Gubernur DIY Sri Sultan Hamengkubuwono X, Bambang Parikesit (VP XL Central Region), beberapa perwakilan dari XL Axiata, dan undangan lainnya.
Setelah beberapa kata sambutan, XL Center Adisutjipto Yogyakarta dibuka secara resmi dengan penandatanganan prasasti oleh Sri Sultan Hamengkubuwono X. Dan, itulah kali pertama juga saya mengunjungi gerai XL Center yang baru. Sebelumnya, saya memang pernah beberapa kali pula mendatangi XL Center yang berada di lokasi sebelumnya di Jl. Mangkubumi, Yogyakarta. Keperluan cukup standar yaitu melakukan penggantian kartu Micro SIM, dan juga kartu Nano SIM.
Perjalanan pulang ke Jogjakarta saya setelah beberapa hari urusan pekerjaan di Jakarta saya tempuh dengan Batik Air, maskapai yang sama dengan yang membawa saya ke Jakarta beberapa hari sebelumnya. Armada taksi Uber yang membawa saya ke Terminal keberangkatan 1C Bandara Soekarno-Hatta sampai sekitar pukul 16.00 WIB. Saya langsung melakukan check-in di konter yang Minggu sore itu terlihat tidak begitu ramai. Proses check-in berjalan dengan cepat dan lancar. Dari informasi di boarding pass, waktu boarding direncanakan pukul 17:50 WIB untuk jadwal penerbangan 18:20 WIB.
Sesampainya di Gate C7, saya menghabiskan waktu menunggu. Tidak terlalu ramai saat itu, tidak banyak kursi tunggu yang tidak terisi. Pukul 17:55, panggilan untuk boarding diumumkan. Dengan berjalan kaki menuju ke pesawat, saya langsung masuk melalui pintu bagian depan untuk menuju ke tempat duduk saya di nomor 5F.
Sekitar pukul 19:25, pesawat mendarat di Bandara Adisutjipto dalam kondisi cuaca yang cukup baik dan dengan waktu sesuai jadwal.
Secara keseluruhan, dua kali perjalanan yang saya tempuh bersama maskapai Batik Air minggu tersebut berjalan dengan baik. Penerbangan tepat waktu, dan layanan yang cukup baik.
Catatan: Tulisan diatas adalah tulisan pribadi berdasarkan pengalaman terbang pada tanggal yang tertulis. Koleksi foto adalah koleksi pribadi yang diambil selama perjalanan.
Walaupun sudah cukup lama layanan taksi Uber dapat dinikmati di Jakarta sebagai salah satu pilihan moda transportasi, namun saya baru saja mencobanya sendiri dalam satu bulan terakhir. Selain Jakarta, layanan Uber di Indonesia juga dapat dinikmati di kota lain seperti Bandung dan Bali.
Kalau dari melihat beberapa pengalaman dari pengguna Uber, sepertinya sangat banyak yang mendapatkan pengalaman positif (dibandingkan yang negatif). Saya sendiri berdomisili di Jogjakarta, dan cukup sering harus berada di Jakarta kebanyakan untuk urusan pekerjaan. Dan, sarana transportasi seperti taksi atau bis Transjakarta merupakan pilihan moda yang sering saya pakai.
Sebelumnya, saya sudah menginstal aplikasi Uber di ponsel saya. Saat ini, aplikasi Uber dapat diunduh untuk ponsel dengan sistem operasi Android, iOS, dan Windows Phone. Proses registrasi sendiri dapat dilakukan dengan mudah, dan bagian yang terpenting adalah bahwa penumpang perlu untuk memiliki kartu kredit. Ini karena konsep Uber yang cashless, atau tidak ada transaksi dengan menggunakan uang secara langsung. Seluruh transaksi langsung dibebankan ke kartu kredit.
Memesan taksi Uber melalui aplikasi
Pemesanan dengan menggunakan aplikasi dapat dilakukan dengan mudah. Saat membuka aplikasi, kita bisa melihat apakah ada armada Uber yang tersedia dalam area disekitar kita. Sebelum kita mengkonfirmasi pemesanan, berikut beberapa hal yang dapat kita lakukan:
Melihat ada atau tidaknya armada
Jika ada, maka akan diberikan informasi perkiraan kapan armada terdekat bisa sampai ke tujuan penjemputan
Mendapatkan informasi perkiraan tentang biaya perjalanan dari titik penjemputan sampai dengan tujuan akhir. Informasi perkiraan biaya ini bergantung kepada armada pilihan apakah uberX, atau UberBLACK
Fitur-fitur inilah yang bagi saya menjadi penentu apakah saya mau/dapat melakukan pemesanan armada Uber. Kadang, bahkan saya secara acak menggunakan fitur estimasi harga dari sebuah lokasi ke lokasi lainnya, sekadar untuk mengetahui perkiraan harga yang harus saya bayarkan.
Setelah menetukan lokasi penejemputan (dan tujuan), kita tinggal melakukan pemesanan. Aplikasi (dengan algoritma yang dimilikinya) akan mencoba mencariakan armada. Jika ada pengemudi yang merespon dan dapat melayani pesanan, maka pesan akan dikirimkan untuk memberitahu profil pengemudi.
Jika diperlukan, kita bisa langsung menghubungi pengemudi. Saya sendiri pernah menghubungi pengemudi setelah melakukan pemesanan, sekadar ingin mengkonfirmasi pesanan saya. Di lain kesempatan, pengemudi malah lebih dulu menghubungi saya dan memberitahukan tentang posisinya, walaupun saya bisa memantau juga posisi dari aplikasi Uber.
Perjalanan dan Tarif
Ketika membandingkan dengan moda lain seperti taksi dengan tarif biasa (misal: Bluebird, Express, atau yang lain), secara sekilas saya mendapati bahwa Uber lebih murah. Misalnya, dengan rute yang sama (dan kondisi lalu lintas yang sama), selisih total biaya perjalanan bisa mencapai sekitar Rp 20.000,- sampai Rp 30.000,-.
Konsep cashless (tanpa melibatkan transaksi dengan uang fisik secara langsung) juga merupakan hal yang saya sukai. Kalau melihat harga dari bukti transaksi yang diberikan, ada beberapa parameter yang mentukan harga yaitu: harga tarif dasar, jarak tempuh, waktu perjalanan, dan biaya tol (jika ada).
Kebetulan, salah satu perjalanan saya ada yang melewati gerbang tol. Dan, biaya tol langsung dibebankan (dan dideteksi) oleh aplikasi.
Karena informasi tersebut, ketika melewati pintu tol, saya tidak perlu menyiapkan uang untuk membayar. Pengemudi sudah menyiapkan sendiri uang pembayarannya. Saya hanya memberikan uang kepada pengemudi ketika meninggalkan area parkir dan ada biaya parkir yang harus dibayarkan.
Dari pemesanan yang pernah saya lakukan, saya mendapatkan dua jenis kendaraan yaitu Daihatsu Xenia dan Toyota Avanza.
Mobil Uber yang mengantarkan ke Bandara Soekarno-Hatta.
Jenis kendaraan baru diketahui setelah kita mendapatkan mobil pesanan. Namun, dari beberapa kali menggunakannya, saya mendapati kalau standar pelayanan, dan kebersihan kurang lebih sama baiknya.
Pak Santo yang pagi itu mengantarkan saya ke Alam Sutera, menyapa saya dengan ramah. Ketika kendaraan sudah mulai berjalan sekitar 5 menit, beliau menanyakan ke saya apakah AC mobil sudah cukup temperaturnya. Tak lama kemudian, beliau juga memberi tahu saya tentang rute yang akan diambil dan di gerbang tol mana kami akan masuk. Bahkan, di mobil beliau, sudah disiapkan air mineral dan permen. Saya sendiri tidak mengambilnya, karena saat itu saya sudah membawa sendiri.