Sampai saat ini, saya memang belum pernah secara spesifik melakukan pengecekan informasi keuangan pribadi saya yang dapat dilihat spesifik melalui dokumen SLIK (Sistem Layanan Informasi Keuangan).
Selama ini, pengecekan memang dilakukan oleh bank atau pihak yang memerlukan. Terakhir kali seingat saya saat saya melakukan pengajuan kredit pemilikan rumah. Karena memang dari catatan pribadi memang status kredit (credit scoring) memang ‘harusnya’ status lancar.
Supaya tidak bingung, Sistem Layanan Informasi Keuangan (SLIK), Informasi Debitur (iDeb), credit scoring, atau BI Checking ini sebenarnya istilah yang sama. Jadi ini merupakan informasi/dokumen untuk melihat bagaimana performa status laporan informasi keuangan kita, ketika kita memiliki pinjaman atau tanggung jawab pengembalian atas kredit/pinjaman kita.
Pinjaman ini bisa dari mana saja, mulai dari bank (misal KPR, kartu kredit, atau produk pinjaman lain), dan juga dari lembaga lain termasuk e-wallet dengan fitur paylater-nya.
Untuk melakukannya, sekarang seharusnya lebih mudah karena Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sudah memiliki aplikasi khusus untuk ini. Namanya iDebku.
PERHATIAN Tulisan ini merupakan pengalaman pribadi menggunakan jasa layanan Ottoban Indonesia pada April 2022. Penulis tidak memiliki kerjasama dengan pihak Ottoban. Seluruh biaya merupakan biaya pribadi penulis. Pengalaman berbeda mungkin dapat dialami dan penulis merekomendasikan untuk mencari informasi atau referensi terbaru terkait artikel ini.
Awal April lalu, saya kembali melakukan perjalanan ke luar kota menggunakan kendaraan pribadi saya. Biasanya saya hanya bepergian untuk agenda ke Bogor, atau Jakarta saja. Namun, saat itu rute perjalanan agak sedikit berbeda. Bukan ke Jakarta dari Jogjakarta saja, bukan pula ke Semarang. Dan, ini kali pertama saya tidak melakukan pengecekan air aki, karena sudah ganti dengan aki kering.
Dari Jogjakarta, saya berangkat ke Bogor, kemudian ke Jakarta, lanjut ke Tangerang, kembali ke Jakarta, dan pulang lagi ke Jogjakarta. Total perjalanan hampir satu minggu penuh.
Puji Tuhan, perjalanan berjalan dengan lancar. Kendaraan Mobilio yang saya bawa juga dalam kondisi baik. Apalagi, seluruh perjalanan ini merupakan perjalanan solo, benar-benar sendiri. Cuaca selama perjalanan juga cukup bersahabat, kecuali ketika perjalanan malam dari Bogor menuju Jakarta, sempat hujan, namun beruntung tidak disertai angin.
Ban Belakang Tidak Nyaman
Sekembali dari perjalanan, saya masih menggunakan kendaraan untuk mobilitas. Ada yang sedikit terasa kurang nyaman, tapi saya pikir saat itu ban cuma kurang angin saja.
Seminggu setelahnya, saat saya melakukan perjalanan (agak jauh), ternyata benar terasa kurang nyaman. Istri saya yang saat itu lebih merasakan, karena dia duduk di kursi belakang bersama dengan anak saya.
Karena dugaan awal adalah ban yang kurang angin, jadi ketika perjalanan sempat kami pastikan tekanan ban dalam kondisi yang cukup. Lagi-lagi, puji Tuhan karena perjalanan malam itu dengan waktu tempuh pulang pergi total hampir 3 jam dapat dilewati dengan selamat.
Sesampai di rumah, akhirnya saya cek ban.Dan, benar saja. Ban belakang sisi sebelah kiri sudah dalam kondisi sudah aus, jadi permukaan ban sudah tidak rata lagi. Sedikit ada semacam “retakan”. Duh! Untuk ban belakang sisi kanan, beruntung masih dalam kondisi cukup aman.
Kondisi ini baru diketahui Sabtu malam. Jelas sudah masalah ada di mana, dan kesimpulannya cuma satu: ganti ban segera. Alasan utama tentu karena faktor keselamatan.
Ganti Ban
Hari Minggu pagi, saya coba cari-cari opsi dimana saya beli (dan ganti) ban mobil. Ada sebenarnya toko ban yang direkomendasikan. Saya beli ban untuk roda depan sekitar 1,5 tahun lalu. Secara harga lebih miring dibandingkan dengan toko ban lain. Masalahnya, hari Minggu tutup.
Jadi saya coba melihat-lihat kembali harga ban di situs niaga-el seperti Tokopedia. Hal ini sekadar untuk mencari tahu saja, berapa harga pasaran ban yang saya pilih yaitu GT Radial Champiro Ecotec 185/65 R15 (link di Tokopedia).
Selain itu saya juga coba kontak beberapa toko ban di Jogjakarta setelah mencari melalui Google Maps. Saya mendapatkan jawaban dan produk tersedia. “Masalahnya”, kebanyakan tutup karena hari Minggu. Ada pula yang toko tersedia di Tokopedia, bisa pesan melalui Tokopedia, lalu pemasangan dengan datang langsung ke toko. Harga juga cocok. Sayangnya, ketika saya mau order, saya diberitahu kalau akan cek stok dulu, dan baru dikabari Senin.
Saya agak memaksakan untuk bisa selesai urusan hari Minggu, untuk menghindari mengurus hal ini di hari dan jam kerja. Dan, supaya ban bisa segera ganti.
Istri saya juga sempat tanya di grup perumahan, dimana pada beli ban. Beberapa menyebutkan nama yang familiar seperti MARI BAN, BAH PETRUK, dan ada yang menyebutkan Ottoban. Nama terakhir ini sebenarnya agak asing, tapi katanya bisa beli lewat niaga-el Tokopedia. Jadi, saya malah penasaran mencari lebih lanjut.
Setelah saya mencari tahu lebih lanjut, sepertinya Ottoban — dengan nama merek Ottoban Indonesia (situs: https://ottobanindonesia.com) — ini cocok dengan kebutuhan di hari itu. Kenapa?
Lalu bagaimana cara mengambil uang kalau tidak bisa masuk ke aplikasi sama sekali?
Walaupun jarang menggunakan Jenius untuk transaksi, tapi saya memang masih kadang pakai, sekadar untuk menerima pembayaran. Setelah dana masuk, saya yang akan mentransfer ke rekening bank lain. Ini untuk memfasilitasi beberapa pihak yang memilih menggunakan Jenius untuk mengiriman donasi dari kegiatan berbagi bersama yang saya lakukan.
Ketika selama ini saya gagal terus masuk ke aplikasi Jenius di iPhone, saya dapat melakukan transaksi melalui website Jenius. Setelah otentikasi di aplikasi mobile, saya dapat OTP, saya masukkan OTP, mengeset PIN, lalu saya gagal masuk ke aplikasi, dengan pesan session expired.
Apakah ini terkait dengan kondisi terakhir saya masih terotentikasi di ponsel Android? Tidak tahu juga. Yang pasti, ponsel Android saya memang tidak bisa dipakai saat ini. Akses transaksi melalui web yang sebelumnya berhasil, saat ini juga tidak bisa.
Solusi satu-satunya apakah menghubungi layanan nasabah, untuk sesuatu yang mungkin terkait dengan permasalahan di sistem?
Update: Sepertinya memang satu-satunya solusi adalah menghubungi pihak Jenius — sebelum akses melalui situs sudah kembali normal. Saya lihat di Twitter, ada yang mengeluhkan kondisi yang sama.
@jeniushelp mohon bantuannya, saya tidak bisa login aplikasi jenius diandroid. padahal sudah input password, email dan otp dengan benar pic.twitter.com/EWM05T6q8M
Dan, jawaban dari @JeniusHelp di Twitter ini saya rasa sudah cukup jelas.
Hi, Robeth. Mohon maaf atas ketidaknyamanannya. Demi kenyamanan dan keamananmu, mulai tanggal 11 Juni 2021 akun Jenius hanya bisa login pada satu device atau perangkat yang sudah terhubung sebelumnya. (1/2)
I was not sure when Microsoft AutoUpdate did not work for the first time. I could not update all my Microsoft softwares like Microsoft Word, Microsoft Excel, Power Point, and also Microsoft Edge as my primary browser.
Checking available updates always gave me this alert.
After searching for solutions, I found that the easiest way to fix it is by re-downloading Microsoft AutoUpdate (MAU) from Microsoft site.
I have been using password manager since 2017 since I think there should be an easy, secure, and handy mechanism to deal with passwords. Of course, by using password manager, life is a little bit easier.
Most “popular” password manager applications also offer similar subscription price, around US$36/year. My LastPass subscription will end next April, and I am thinking of moving to other application that does its basic jobs like storing password (of course!), generating good passwords, and managing credentials in categories/folders. Also, it should be also work on multiple devices and browsers.
After reading many articles, I decided to give Bitwarden a try. And, I read pretty much information about Bitwarden. One of the big differences with other password managers is that Bitwarden is open source. The other reason is on the pricing. It’s only US$10/year for personal use, or US$40/year for personal (family/organization).
My decision is not related to LastPass’ upcoming plan regarding the limitation for the free account since I was a paying customer since day one. According to a blog post:
We’re making changes to how Free users access LastPass across device types. LastPass offers access across two device types – computers (including all browsers running on desktops and laptops) or mobile devices (including mobile phones, smart watches, and tablets). Starting March 16th, 2021, LastPass Free will only include access on unlimited devices of one type
From the interface point of view, it’s not that beautiful — at least compared to LastPass. But hey, it’s about the features. As long as it works for me, I am fine with the interface.
Dengan adanya kebijakan bagi mereka yang melakukan perjalanan dari/ke beberapa daerah seperti Jakarta, Bali, dan Yogyakarta mengenai persyaratan untuk melakukan swab antigen, otomatis pemeriksaan harus upgrade dari yang biasanya rapid test juga sudah cukup.
Kebijakan ini sebenarnya berlaku secara nasional mulai 18 Desember 2020 sampai dengan 8 Januari 2021. Beberapa minggu lalu, saya melihat belum terlalu banyak tempat yang melayani pemeriksaan swab antigen. Namun, beberapa hari terakhir ini, keadaan sudah cukup berubah. Banyak rumah sakit dan laboratorium di Yogyakarta yang akhirnya menyediakan layanan pemeriksaan swab antigen ini.
Berikut beberapa informasi terkait lokasi dan biaya pemeriksaan swab antigen di Yogyakarta.
Perhatian!
Informasi yang tertulis berasal dari berbagai sumber dan valid saat dituliskan. Sangat disarankan untuk selalu melakukan pengecekan informasi/data terbaru dengan menghubungi narahubung rumah sakit, klinik, atau laboratorium tujuan.
Rumah Sakit
RS DKT Dr Soetarto Yogyakarta Alamat: Jl. Juadi No.19, Kotabaru, Kec. Gondokusuman, Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta 55224 (Google Maps) Telepon: (0274) 2920000 Surel: [email protected] Instagram: @rsdktdrsoetarto
Laboratorium Kimia Farma Jalan Adisutjipto Alamat: Jl. Laksda Adisucipto No.63A, Ambarukmo, Caturtunggal, Kec. Depok, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta 55281 (Google Maps) Telepon: 0274-489135 Website: labkimiafarma.co.id Instagram: @kimiafarmajogja
Laboratorium Kimia Farma Jalan Parangtritis Alamat: Jl. Parangtritis No.130, Mantrijeron, Kec. Mantrijeron, Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta 55143 (Google Maps) Telepon: 0274-419745 Website: labkimiafarma.co.id Instagram: @kimiafarmajogja
Laboratorium Kimia Farma Jalan Kaliurang Km. 6 Alamat: Jl. Kaliurang KM.6 No.48, Purwosari, Sinduadi, Kec. Mlati, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta 55582 (Google Maps) Telepon: 0274-885220 Website: labkimiafarma.co.id Instagram: @kimiafarmajogja
HI-LAB Yogyakarta Alamat: Jl. Yos Sudarso No.27, Kotabaru, Kec. Gondokusuman, Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta 55224 (Google Maps) Telepon: 0274-557722 Website: hilab.co.id / Surel: [email protected] Instagram: @hilabjogja
Yogyakarta International Airport (YIA) Alamat: Jl. Wates – Purworejo No.Km, RW.42, Area Kebun, Glagah, Kec. Temon, Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta 55654 (Google Maps) Telepon: 082220178484 Instagram: @bandarayogyakarta
Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Laboratorium Kesehatan Sleman Alamat: Purwosari, Sinduadi, Kec. Mlati, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta 55284 (Google Maps) Website: labkes.slemankab.go.id / Telepon: 081215083297 Instagram: @uptdlabkessleman
Biaya dan Ketersediaan Layanan
Untuk biaya, berdasarkan ketetapan Pemerintah Pusat dalam Surat Edaran No HK. 02.02/I/4611/2020 yang dikeluarkan per tanggal 18 Desember 2020, batasan tarif tertinggi pemeriksaan Rapid Test Antigen-Swab sebesar Rp 250.000 untuk Pulau Jawa dan 275.000 untuk di luar Pulau Jawa.
Harga di setiap rumah sakit atau laboratorium mungkin berbeda. Disarankan untuk selalu merujuk ke masing-masing rumah sakit/laboratorium. Kebanyakan info terbaru juga mudah didapatkan melalui profil Instagram.
Sekali lagi, sangat disarankan untuk menghubungi penyedia layanan terlebih dahulu untuk memastikan. Jika ada informasi yang kurang sesuai, atau ada tambahan data, akan dicoba diperbarui dalam artikel ini.
Selama pandemi, salah satu tempat publik (tertutup) yang sering saya kunjungi adalah supermarket untuk keperluan berlanja, baik yang lokasinya berdiri sendiri atau menjadi satu dengan area lain seperti yang ada di dalam mall.
Khusus untuk area seperti hotel, saya hampir tidak pernah mengunjungi. Apalagi selama pandemi ini saya juga tidak pernah melakukan perjalanan ke luar kota, yang mengharuskan saya harus menginap di hotel. Setelah berbulan, dengan berbagai perkembangan, pelaku bisnis sudah banyak melakukan adaptasi kebiasan baru — saya lebih suka istilah “kebiasaan baru” dibandingkan dengan new normal sebenarnya.
Hotel sebagai salah satu komponen penting dalam dunia pariwisata juga melakukan adaptasi. Tentu, ini tidak mudah, tapi kalau tidak beradaptasi, mau jadi apa?
Karena sebuah keperluan, beberapa hari lalu saya mengunjungi Prime Plaza Hotel Jogjakarta, sebuah hotel bintang 4 yang ada di Jl. Affandi. Sudah sangat lama sejak terakhir kali saya menginap di tempat ini. Dan, kunjungan terakhir saya kesana kalau tidak salah tahun lalu, sebelum pandemi untuk sebuah acara yang saat itu hanya memakai lokasi resto saja.
Walaupun tidak sampai menginap, tapi karena kunjungan kemarin saya jadi sedikit menyempatkan untuk melihat bagaimana protokol kesehatan berjalan di hotel ini.
Ketika memasuki area pintu masuk utama, langsung disambut dengan informasi yang terpampang cukup jelas mengenai beberapa protokol kesehatan yang perlu ditaati oleh setiap penunjung. Ada juga automatic dispenser hand sanitizer, yang bisa digunakan secara contactless. Terakhir, ada QR Code yang perlu dipindai yang setelah saya coba, isinya adalah tautan untuk mengisi beberapa data terkait kedatangan.
Hal ini untuk mempermudah perncatatan siapa saja yang masuk ke area hotel, yang tentu saja akan nantinya bermanfaat untuk melakukan contact tracing jika diperlukan. Walaupun, semoga saja tidak perlu ada contact tracing ya… Persis sebelum masuk pintu, ada screening pengecekan suhu tubuh.
Oh ya, kenapa tidak ada tempat cuci tangan secara langsung, ya hal semacam ini selain memenuhi protokol juga secara estetika lebih baik.
Setelah melewati pintu masuk utama lalu belok ke kanan, ada lokasi resepsionis. Selain ada cairan pembersih tangan, alat tulis yang akan digunakan oleh tamu sudah dipisahkan antara yang bersih dan yang yang telah dipakai. Jadi langsung dipisahkan. Jadi, setiap alat tulis yang dipakai otomatis memang selalu dibersihkan. Ini cocok karena alat tulis, selama pengalaman saya check-in di hotel merupakan salah satu benda yang paling sering dipakai bergantian.
Masih di area resepsionis, ada informasi lain bagi tamu terkait beberapa persyaratan/protokol bepergian dengan menggunakan transportasi publik. Selain itu, ada lagi juga QR Code lain yang ternyata isinya mengarahkan ke laman untuk mengisi informasi riwayat perjalanan oleh tamu yang akan menginap. Sedikit berbeda dengan yang ada di pintu masuk, karena ketika sudah di resepsionis, besar kemungkinan yang adalah tamu yang menginap. Jadi, formulir ini lebih spesifik untuk tamu menginap.
Sofa tempat duduk yang ada di area lobi juga diubah pengaturannya, sehingga konsep social distancing atau jaga jarak bisa lebih mudah terpenuhi.
Walaupun posisi sudah berjauhan, tapi pengaturan supaya yang duduk tidak berhadapan layak untuk diapresiasi
Pengaturan jaga jarak untuk area sofa yang ukuran lebih besar.
Secara umum, walaupun memang cuma sebentar, bahkan tidak sampai melihat-lihat jauh ke area dalam seperti kolam renang, area gym, dan fasilitas lain, tapi saya cukup nyaman berada disana. Suasana berbeda mungkin bisa terjadi kalau tamu penuh. Tapi, menurut saya hotel merupakan salah satu tempat dimana layanan menjadi yang utama. Jadi, pengaturan dan protokol pasti akan sebaik dan sebisa mungkin untuk dilaksanakan.
Catatan
Walaupun secara umum saya merasa nyaman dan aman ketika berada di sana, ada beberapa detil kecil yang menurut saya pribadi mungkin bisa menjadi catatan. Tentu, ini pendapat pribadi saja.
Informasi jika ditampilkan dengan bahasa Indonesia mungkin akan lebih mudah dipahami oleh pengunjung. Faktanya, dalam kondisi saat ini mungkin pengunung atau tamu hotel mayoritas merupakan tamu lokal/domestik. Atau jika memang harus dua bahasa, terjemahan dalam Bahasa Inggris tetap bisa ditampilkan, tapi bahasa Indonesia tetap yang utama.
Karena saya memang benar-benar hanya berada di seputar area lobby, jadi yang saya lihat memang tidak banyak seperti bagaimana tempat publik seperti di kolam renang, atau pusat kebugaran, termasuk apakah ada perubahan atau tidak tentang kondisi kamar. Tapi, melihat dari bagaimana semuanya terlihat di area depan, sepertinya standar protokol kebersihan jelas menjadi perhatian khusus.
Video protokol keamanan dan standar kesehatan bisa juga diliaht melalui video di bawah ini. Dalam video ini juga terlihat kalau untuk sterilisasi kamar juga menggunakan lampu UV-C.
Kontak dan Lokasi
Karena berada di tengah kota dan di salah satu jalan utama di Jogjakarta, hotel ini dapat dengan mudah ditemukan. Akses masuk kendaraan juga sangat mudah.
Pemandangan kawasan Ledok Sambi dari daerah pintu masuk utama. Tali di atas adalah untuk flying fox. Harga untuk wahana flying fox adalah Rp20.000 (November 2020)
Akhir pekan ini, lagi-lagi tanpa begitu banyak rencana saya, istri, dan si bocah memutuskan untuk ke Ledok Sambi, sebuah kawasan wisata alam yang ada di daerah Jogja utara — di daerah Sleman. Sebenarnya sudah cukup lama melihat dan tahu lokasi ini, namun baru kali ini mengunjungi tempat tersebut.
Kawasan ini memang tidak persis terletak di pinggir jalan. Jalan masuk agak melewati daerah perkampungan/pedesaan. Beruntung, untuk kendaraan roda empat tidak ada masalah — dan sepertinya minibus juga bisa. Kami berangkat memang tidak terlalu pagi, sekitar 09.30 WIB kami sampai lokasi. Beruntung cuaca cerah, yang artinya memang agak panas.
Sepanjang perjalanan, lalu lintas cukup lancar. Tidak terlalu ramai. Mungkin, karena minggu lalu sudah puncaknya liburan. Kalau dari arah Yogyakarta, jalan masuk ada di sebelah sisi kanan (timur jalan). Ada papan besar bertuliskan DESA WISATA SAMBI. Dan tulisan penunjuk “Ledok Sambi” terlihat jelas juga.
Ikuti saja arah penunjuk yang sudah cukup jelas. Dan, perjalanan akan berakhir di area parkir yang cukup luas. Cukup banyak petugas pemandu yang mengarahkan, jadi seharusnya tidak perlu khawatir akan tersesat. Kalau mengandalkan Google Maps, lokasinya memang mengarah ke pinggir jalan besar. Jadi, perhatikan saja papan penunjuk jalan.
Menikmati Ledok Sambi
Saya tidak tahu saat itu Ledok Sambi memang ramai atau tidak, tapi pagi itu masih terasa cukup nyaman. Protokol kesehatan seperti anjuran selalu memakai masker, cek suhu tubuh, dan tempat cuci tangan beserta sabun juga tersedia. Jadi, lokasinya seperti hamparan taman alam yang luas, dengan ada aliran sungai yang membelah kawasan tersebut. Debit air saat itu tidak terlalu deras, jadi sangat nyaman dan aman untuk bermain.
Untuk social distancing, juga masih ideal untuk dilakukan. Ada area untuk memesan makanan juga yang menyajikan menu cukup lengkap untuk minuman, snack, bahkan makanan besar seperti nasi sayur. Untuk harga juga masih sangat wajar. Misalnya untuk segelas teh panas, harga hanya Rp4.000,- saja. Pembayaran juga mudah, karena bisa non-tunai menggunakan e-wallet yang dimiliki. Beruntung, pembayaran sudah mendukung QRIS.
Setelah berjalan-jalan sejenak, kami memutuskan untuk ke area yang cukup sepi dan teduh, dekat dengan camping ground. Rumput yang sangat terawat, jadi sangat nyaman. Kami akhirnya sempat juga memesanan minuman dan makanan kecil.
Catatan
Berikut beberapa hal yang mungkin bermanfaat untuk diketahui terlebih dahulu jika ingin mengunjungi Ledok Sambi berdasarkan pengalaman saya.
Ikuti protokol kesehatan yang dianjurkan, pakai masker, tetap jaga jarak, dan jaga satu sama lain.
Jaga kebersihan. Lalu, jaga kebersihan. Terakhir, jaga kebersihan. Banyak tempat sampah yang tersedia di sana.
Tidak ada biaya/tiket masuk. Kontribusi sifatnya juga sukarela.
Buka setiap hari pukul 08.00-17.00 WIB.
Untuk parkir kendaraan, diberlakukan tarif untuk mobil Rp5.000,- dan motor Rp3.000. Harga yang sangat wajar. Pengelolaan juga resmi, tidak perlu khawatir.
Karena kawasan ini berada di dataran yang lebih rendah, dari tempat parkir perlu berjalan meniti jalanan yang agak curam. Walaupun demikian, masih cukup aman karena ada pegangan dan pengaman. Berjalan tanpa berpeganan juga tidak masalah. Mungkin perlu berhati-hati ketika hujan atau kondisi basah, dan sambil menggandeng atau menggendong anak kecil. Dan, hanya ada satu jalan masuk/keluar. Jadi, berpapasan dengan pengunjung lain tidak bisa dihindari. Jalan cukup lebar untuk berpapasan.
Area food court menyajikan pilihan makanan yang cukup lengkap. Dan, pelayanan saya rasa cukup cepat, tapi mungkin tergantung dengan pilihan menu ya. Tapi, saya rasa harusnya cukup cepat, karena yang disajikan juga tidak terlalu rumit proses memasaknya.
Alamat dan Info Lokasi
Ledok Sambi Jl. Kaliurang KM 19, Pakembinangun, Kec. Pakem, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta 55582 (Google Maps) Website: ledoksambi.net Instagram: @ledoksambi Kontak: Yetti 0819 0426 2581 / Dini 0813 9232 2529
Hari ini, 2 November 2020, Presiden Joko Widodo mengesahkan UU Nomor 11 tentang Cipta Kerja yang selama ini sangat menjadi kontroversi. Saya memang belum pernah membaca secara langsung dokumen draft UU tersebut, namun hanya membaca rangkuman atau ringkasan yang bermunculan di media, termasuk lini masa media sosial.
Yang pasti, sangat banyak kontroversi. Bahkan, tak cuma soal isinya. Mengenai jumlah halaman dan draft mana yang versi resmi saja sepertinya juga susah untuk disepakati. Yang pasti, untuk versi final ini, UU Cipta Kerja ini tertuang dalam 1.187 halaman.
Selain poin-poin yang menjadi esensi dalam UU ini, kejanggalan juga masih banyak ditemukan, termasuk tentang redaksional.
Salah satunya, mengenai ketidakjelasan isi dari Pasal 6, yang menginstruksikan terlaksana sesuai Pasal 5 ayat (1) huruf a; sementara pada Pasal 5 tidak memiliki turunan. “Ini jelas kabur, yang akan membingungkan orang memahami UU. Padahal tidak ada ayat (1) dalam Pasal 5. Jadi bagaimana mungkin bisa dijalankan,” ujarnya kepada Tirto, Selasa (3/11/2020).
Publikasi, diunggahnya UU tersebut itu pun dilakukan jelang tengah malam melalui website resmi pemerintah, tanpa adanya penjelasan. Juru Bicara Presiden Bidang Hukum, Dini Purwono mengonfirmasi hal ini. “Sudah [ditandatangani dan dinomori],” kata dia kepada reporter Tirto, Selasa (3/11/2020) dini hari.
Saya ingin mengunduh salinan berkas UU di situs Jaringan Dokumenasi dan Informasi Hukum Kementerian Sekretariat Negara di alamat https://jdih.setneg.go.id/ tapi selalu gagal. Mungkin nanti akan dicoba lagi.
I use WP-CLI to maintain my WordPress sites. It’s simple, it handy, and it works without any issues.
For example, I can updates all my plugins and themes (if updates are available) by executing wp theme update --all and wp plugin update --all. If WordPress core engine is available, I only need to run wp core update.
But there is a problem when I update WordPress plugins recently. Running wp plugin update --all to update all available plugin updates give me an error:
PHP Notice: Trying to access array offset on value of type null in phar:///usr/local/bin/wp/vendor/wp-cli/extension-command/src/Plugin_Command.php on line 663
Notice: Trying to access array offset on value of type null in phar:///usr/local/bin/wp/vendor/wp-cli/extension-command/src/Plugin_Command.php on line 663
But, all updatable plugins were updated successfully. I tried to find the solutions, but I found nothing. I also try to use the nightly version via wp update --nightly, but still no luck.
Here are my wp --info
OS: Linux 5.4.0-42-generic #46-Ubuntu SMP Fri Jul 10 00:24:02 UTC 2020 x86_64
Shell: /bin/bash
PHP binary: /usr/bin/php7.4
PHP version: 7.4.3
php.ini used: /etc/php/7.4/cli/php.ini
MySQL binary: /usr/bin/mysql
MySQL version: mysql Ver 8.0.21-0ubuntu0.20.04.4 for Linux on x86_64 ((Ubuntu))
SQL modes:
WP-CLI root dir: phar://wp-cli.phar/vendor/wp-cli/wp-cli
WP-CLI vendor dir: phar://wp-cli.phar/vendor
WP_CLI phar path: /home/path/to/my/directory/
WP-CLI packages dir:
WP-CLI global config:
WP-CLI project config:
WP-CLI version: 2.5.0-alpha-068c252
Saat ini, saya tidak menggunakan layanan internet dari Telkom di rumah, dan bahkan tidak lagi berlangganan Netflix. Tentu, ini kabar baik bagi mereka — yang koneksi ke Netflix terblokir — yang sebelumnya berusaha dengan berbagai macam cara supaya dapat menonton tayangan Netflix.
Khusus pelanggan Telkom IndiHome, masih ada FUP (Fair Usage Policy). Jadi, jika memutuskan untuk berlangganan Netflix, jangan lupa periksa juga FUP. Kalau menilik laman Telkom IndiHome tentang FUP, ketentuan/kebijakan adalah:
Telkom memperhatikan dan peduli terhadap penggunaan layanan Internet secara tidak wajar, oleh karena itu Telkom menerapkan Fair Usage Policy (FUP) untuk menjaga kualitas layanan Seluruh pelanggan IndiHome.
Ketentuan FUP ini berlaku bagi seluruh pelanggan IndiHome Fiber dengan minimal kecepatan 10 Mbps. Layanan IndiHome di bawah 10 Mbps tidak dikenakan FUP. Kecepatan internet setelah FUP tetap akan cukup nyaman bila digunakan secara wajar, sehingga dengan penerapan FUP tersebut, layanan akses internet IndiHome tetap unlimited.
Kebijakan FUP ini merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Ketentuan dan Syarat Berlangganan IndiHome
Telkom berhak untuk mengubah ketentuan kebijakan FUP setiap saat tanpa adanya pemberitahuan sebelumnya kepada pelanggan. Informasi terkait kebijakan FUP akan ditampilkan di website indihome.co.id
Pelanggan akan mengalami penurunan kecepatan Internet apabila mencapai FUP dalam periode 1 bulan. Penghitungan FUP berbasis bulanan. Usage yang dipergunakan untuk menghitung FUP akan direset (di-nol-kan kembali) setiap awal bulan, sehingga diawal bulan usage pelanggan dihitung mulai dari 0 GB.
FUP hanya diberlakukan untuk layanan Internet sehingga pengguna UseeTV dibebaskan dari FUP.
Tidak ada penambahan biaya apabila penggunaan melampaui FUP.
In my opinion, these are some key points about HEY. It’s not about my personal preference, but more about ‘what I — or probably you — should now by having a @hey.com account.
It’s NOT an email client. So, it’s not like Gmail for Android/iOS. It’s not Outlook you can have on your Android, Mac, or iOS devices. It’s not even close to Spark, Postbox, or Newton.
It’s an email service provider, with — currently — @hey.com domain for the email address created. That’s right, it’s like Gmail by Google, or Yahoo Mail, or Outlook. It’s also like how you have your email address, powered by your cPanel-based hosting, or maybe you have it installed yourself and having Roundcube as the interface. Creating an account at HEY is like you open an account at Gmail, or having an email at Yahoo Mail service.
It’s not free. It’s a paid service. To enjoy the full service at the moment, with the upcoming features in the futures, we need to pay US$99/year minimum. We need to pay extra if for ‘shorter’ username. 2-characters of username costs US$999/year, and 3-character of username will cost US$349/year. And, we need to pay a year in advance.
It offers “better” privacy. Hint: Gmail.
It might change your workflow. It might be better for some people, but probably it’s not for everyone.
Reading some of those points above, I was curious about how it works. I mean about the interface, functionalities, workflows, and more. It’s 2020, and making working with email to become an enjoyable experience — for those who work a lot with emails — is still a big challenge.
I am a Gmail user — or Gmail-based email, because I also use Google App for Work — and I use lots of Google services. I signed up for my Gmail account when it was still ‘invite only’ period.
My first question about HEY was, “If HEY is that good, how the integration between services I currently use?”. I have an Gmail email, and once I signed up for it, I can use all the other services right away. The integration between those [Google] service is already that good.
I still believe that HEY is not ‘just another email provider’. Basecamp is a reputable company. I follow Signal vs Noise blog. I bought both REMOTE and REWORK. It’s built by people who know what they do, and who want to make the idea of working to become something efficient and fun at the same time. If we’re talking about productivity, Basecamp should be mentioned here.
I already logged-in to my email account. I have HEY app installed on my iPad and Android phone. I also already sent my first email to it.
This site is hosted at Linode’s smallest package. Besides this blog, I have some other domains and small WordPress-based sites here. Most of them are not busy site. So, $5/mo is just gret. But, there is a small problem: storage.
Yesterday, I almost utilised 95% of the 25GB of storage limit. I was thinking of upgrading the to the higher specs. $10/mo is still a good deal. But, I only need the storage at this moment. Paying $10/mo will give me additional 25GB of storage.
I already knew that Linode also provides block storage, and I never looked up for this addons. So, I gave it try and tried to prove that the how-to works as written. So, from the panel, I chose to add 20GB of storage and follow the instruction in the input fields.
It took only less than a minute I think to create the disk storage.
Once the disk created, I only need to run some commands as instructed in the configuration page. It was that simple.
After that, I moved some of my files to the new partition, and changed some configurations. Also, I moved MySQL storage to this partition, because it utilises the most. the process also pretty straightforward.
And, I only need to pay extra $2/mo for 20GB additional storage.
According to the news, the new Yogyakarta International Airport will be operating in late April 2019. For the first phase, some airlines like Garuda Indonesia, Air Asia Indonesia, and Silk Air will have their inaugural flights.
I will not talk about the controversies, but one thing for sure: there will be a new airport to support the ‘current’ airport that is too small to handle millions of passengers per year.
Location
New Yogyakarta International Airport is located in Kulon Progo Regency. Yes, it’s still in Yogyakarta Special Region. See map below. “So, is near the city center?”, “Is it far from Adisutjipto International airport?”, you may be asking.
I personally haven’t visited this ‘new’ airport. As a citizen who lives not far from city center, — I define Malioboro area as the city center here — New Yogyakarta International Airport is quite far.
Leaving for your destination from Adisutjipto should not be difficult also as you can find taxies easily. Or, you can use ride sharing transportation like Go-Jek Indonesia or Grab. If your destination is also available using Trans Jogja bus, it might be a solution also. Even, if you need go to directly to Solo city for example, the train station is just outside the arrival area.
Compared to the above route, the distance from the ‘new’ airport is ‘only’ around 48km (I pick the ‘shortest’ route provided by Google Maps).
How far is the New Yogyakarta International Airport?
If you could not figure out yet how far is the new airport, let’s see some other contexts for comparisons. We will use the distance between Yogyakarta Tugu Monument as the starting point and Google Maps to measure the distance.
I think Damri as the bus operator will server the route to the new airport, and the train from PT KAI as well. But, I think it will take a little bit time. Renting a car might be little expensive. Taking Go-Car from Go-Jek or Grab is a reasonable option. Conventional metered-taxi, probably. It will cost more, I suppose. I checked the fare for Go-Car and Grab, it is around IDR 180,000-200,000.