Tentang adanya program booster untuk vaksinasi COVID-19, saya termasuk yang menantikannya. Mungkin sama seperti waktu kali pertama saya menantikan dosis pertama vaksinasi, yang saat itu akhirnya saya mendapatkan AstraZeneca. Puji Tuhan, sampai dengan saat ini masih diberikan kesehatan. Dosis kedua AstraZeneca saya terima di akhir Agustus 2021 lalu.
Kalau merujuk kepada rekomendasi dari Kementerian Kesehatan RI, saya berpotensi untuk mendapatkan 1/2 dosis Moderna atau Pfizer, atau 1 dosis AstraZeneca kembali.
Semoga di akhir Maret 2022 nanti, dapat menerima booster ini. Dan, semoga semua selalu diberikan berkat kesehatan.
Melalui program BI Fast Payment (BI-Fast), Bank Indonesia akan menurunkan biaya tranfer antarbank yang saat ini sebesar Rp6.500 menjadi Rp2.500. Rencananya, tahap pertama penyesuaian biaya akan dimulai pada minggu kedua Desember 2021.
BI FAST sendiri merupakan sistem baru yang akan menggantikan Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI).
Tahap pertama untuk penyesuaian biaya akan berlaku untuk PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk, PT Bank DBS Indonesia, PT Bank Permata, PT Bank Mandiri (Persero) Tbk, PT Bank Danamon Indonesia, PT Bank CIMB Niaga, PT Bank Central Asia Tbk, PT Bank HSBC Indonesia, PT Bank UOB Indonesia, PT Bank Mega Tbk, PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk, PT Bank Syariah Indonesia, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, PT Bank OCBC NISP, Bank Tabungan Negara UUS, Bank Permata UUS, Bank CIMB Niaga UUS, Bank Danamon Indonesia UUS, Bank BCA Syariah, PT Bank Sinarmas, Bank Citibank NA, PT Bank Woori Saudara Indonesia.
Sedangkan tahap kedua yang rencananya akan mulai berlaku Januari 2022 akan berlaku untuk PT Bank Sahabat Sampoerna, PT Bank Harda International, PT Bank Maspion, PT Bank KEB Hana Indonesia, PT Bank Rakyat Indonesia Agroniaga, PT Bank Ina Perdana, PT Bank Mandiri Taspen, PT Bank Nationalnobu, Bank Jatim UUS, PT Bank Mestika Dharma, PT Bank Jatim, PT Bank Multiarta Sentosa, PT Bank Ganesha, Bank OCBC NISP UUS, Bank Digital BCA, Bank Sinarmas UUS, Bank Jateng UUS, Standard Chartered Bank, Bank Jateng, BPD Bali, Bank Papua, dan Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI).
Kalau selama ini saya lebih sering menggunakan Flip untuk transaksi transfer antar bank, saya rasa perubahan biaya antar bank secara konvensional juga akan bermanfaat.
Publik perlu tahu. Publik berhak tahu. Itu pikir saya.
Tapi ternyata, keadaan berkata lain. Jabatan Menteri Kesehatan sudah diisi dengan sosok baru, Budi Gunadi Sadikin. Jujur saja, awalnya saya berpikir ini bagaimana Menteri Kesehatan kok bukan/tidak memiliki latar belakang dunia kedokteran atau kesehatan masyarakat. Tapi, pemikiran saya tidak bertahan lama setelah ternyata banyak negara yang memiliki menteri kesehatan bukan dengan latar belakang kedokteran.
Dan, kinerja mereka sudah cukup membuktikan bahwa hal seperti ini bisa berhasil. Belum tentu pasti gagal, tapi bisa saja menteri memiliki performa yang lebih baik. Toh, pada akhirnya bagaimana menteri dapat mengorkestra dan bersinergi untuk tujuan utama yang ingin dicapai, menjadikan kerja bersama untuk mencapai keberhasilan bersama/kolektif?
Kembali ke bagaimana Pak Budi Gunadi Sadikin menjawab begitu banyak pertanyaan yang terwakilkan di program Mata Najwa hari Rabu lalu. Saya secara pribadi seperti mendapatkan pemahaman, pengertian, dan informasi yang cukup mencerahkan. Saya juga paham, ini bukan sebuah kerja ringan. Tapi, bagaimana pertanyaan dijawab dan direspon, termasuk bahwa dikatakan jika memang tidak/kurang tahu, ada sebuah harapan.
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin
Yang saya jelas tangkap, bagaimana semuanya dikomunikasikan kepada publik oleh Kementerian Kesehatan melalui acara Mata Najwa kemarin perlu untuk diapresiasi.
Walaupun sebaiknya memang tidak perlu membandingkan, tapi sulit untuk tidak membandingkan bagaimana model komunikasi Budi Gunadi Sadikin dan Pak Terawan. Kalau melihat bagaiman pernyataan atau hal-hal dikomunikasikan atau dikomentari oleh Pak Terawan, arsip di internet dan media sudah sangat banyak.
Untuk video wawancara Menteri Kesehatan di Mata Najwa hari Rabu lalu, bisa dilihat di kanal YouTube. Berikut tautan seluruh episodenya.
Secara total, kita membutuhkan waktu 15 bulan, mulai Januari 2021 hingga Maret 2022, untuk menuntaskan program vaksinasi COVID-19 di 34 provinsi dan mencapai total populasi sebesar 181,5 juta orang
dr Siti Nadia Tarmizi, Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung Kemenkes (Sumber: kumparan)
Mengutip kumparan:
Nadia menjelaskan, pemberian vaksin corona selama 15 bulan ini terdiri dari 2 periode. Periode pertama yaitu Januari hingga April 2021. Pada periode ini prioritas penerima vaksin adalah 1,3 juta tenaga kesehatan dan 17,4 juta petugas publik yang ada di 34 provinsi. Kemudian, periode kedua berlangsung selama 11 bulan yaitu April 2021 hingga Maret 2022. Penerima vaksin adalah sisa masyarakat yang belum divaksin pada periode pertama.
Kemenkes: Vaksinasi Corona untuk 181 Juta Warga Hanya 15 Bulan, Bukan 3,5 Tahun
Kenaikan sampai 400%, walaupun tidak sampai 100 wajib pajak.
Membayar Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) merupakan salah satu agenda rutin yang (sebaiknya) jangan dilewatkan. Tahun ini, seperti tahun sebelumnya, saya dan keluarga juga harus bayar pajak.
PBB tahun 2020 yang menjadi kewajiban kebetulan ada di kota yang berbeda: Sleman dan Yogyakarta. Untuk Sleman, pajak dikenakan atas lahan kosong tanpa bangunan.
Yang kedua, adalah PBB untuk sebidang tanah dengan ada bangunan di atasnya yang lokasinya ada di Yogyakarta. Adik saya yang awalnya kaget karena nominalnya terasa sangat tinggi. Usut punya usut, ternyata untuk tahun 2020 ini,
Tidak mengalami perubahan: 30,4% atau 28.985 wajib pajak
Kenaikan kurang dari 100%: 54,8% atau 52.229 wajib pajak
Kenaikan sampai 200%: 11,93% atau 11.369 wajib pajak
Kenaikan sampai 300%: 1,7% atau 1.619 wajib pajak
Kenaikan sampai 400%: 0,16% atau 150 wajib pajak
Kenaikan lebih dari 400%: 0,05% atau 51 wajib pajak
Tentu kenaikan ini sangat terasa, apalagi di masa pandemi sekarang ini. Adik saya menghubungi saya perihal ini, dan setelah saya hitung, ternyata kenaikan sekitar 100% lebih sedikit dibanding tahun lalu.
Duh.
Program Permohonan Keringanan
Walaupun pemerintah kota Yogyakarta punya program permohonan keringanan, tapi kami melewatkan kesempatan ini. Ya, karena melewatkan informasi ini. Padahal ini sudah berlangsung cukup lama, dan baru berakhir pada Agustus 2020. Saya sendiri sekarang tinggal di Sleman, jadi berita semacam ini agak luput dari perhatian.
Dengan berbagai pertimbangan, karena juga mobilitas juga penuh risiko, dan memang kewajiban harus dilaksanakan, jadilah kami putuskan untuk membayarnya saja.
Membayar Pajak
Sedikit beruntung karena pembayaran PBB untuk kota Yogyakarta (dan propinsi DIY) dapat dilakukan dengan lebih mudah. Membayar ke Bank BPD DIY sepertinya bukan opsi yang menarik saat ini. Pilihan antara Tokopedia atau Gojek.
Dan, saya putuskan untuk melakukan pembayaran melalui Tokopedia. Kenapa tidak melalui Gojek? Karena — setahu saya — riwayat pembayaran di Tokopedia lebih baik dariipada di Gojek. Bukti transaksi di Tokopedia terkirim ke surel secara langsung, jadi lebih mudah diarsipkan. Ini salah satu pertimbangan saya.
Kalau kenaikan PBB di Yogyakarta seperti itu? Bagaimana dengan kenaikan Upah Minimum Kota (UMK) di Yogyakarta atau Upah Minum Propinsi (UMP) Daerah Istimewa Yogyakarta di tahun 2020?
Pertama, saya mengisi formulir Perubahan Daya/Migrasi di situs PLN. Data-data yang perlu disediakan tidak terlalu banyak. Rumah yang saya tempati masih menggunakan nama pemilik/pelanggan sebelumnya, jadi saya hanya perlu mengisi untuk Data Pemohon. Setelah mengisi semuanya, akan langsung terlihat berapa total biayanya.
Kali ini saya memanfaatkan diskon dari PLN yang sedang memberikan diskon 50% untuk biaya penambahan daya listrik. Tentu saja, diskon ini sangat lumayan! Sebenarnya, PLN juga ada program lain dimana ada diskon penambahan daya apabila memiliki/membeli kompor/motor listrik (diskon 75%) dan bahkan diskon 100% apabila membeli mobil listrik. Karena saya tidak masuk dalam dua kriteria diatas, diskon 50%-pun tak selayaknya ditolak.
Tahun 2016 ini adalah tahun ke-4 saya ikut sedikit berkontribusi dalam sebuah program shared adoption yang dilakukan oleh Borneo Orangutan Survival Foundation. Kontribusi saya terakhir bersama Cinta sudah selesai di bulan Januari 2016 ini. Dan, dengan senang hati ingin berkontribusi lagi. Sebenarnya, awal tahun ini sudah ingin juga melanjutkan kontribusi, namun belum tahu dengan siapa. Kemarin (25 Januari 2016), ketika sedang berada di Jakarta saya mendapatkan informasi tentang salah satu orangutan yang ikut dalam program adopsi ini.
Namanya Yordanka (atau biasa dipanggil juga “Yoyo”), yang di akhir Januari 2016 ini akan merayakan ulang tahun yang ketiga. Ah, waktu yang tepat!
Pertengahan bulan Juli 2015 lalu, setelah libur Lebaran, saya memutuskan melakukan (kembali) hal sederhana untuk sedikit berkontribusi dalam program adopsi orangutan. Kali pertama saya mengikutnya dulu setelah Natal, dengan berbagi adopsi seekor orangutan bernama Miko.
iPhone 5 Battery Replacement Program –Apple offers free battery replacement for iPhone 5 sold during September 2012 and January 2013. This is a worldwide program and Indonesia is on the list.
Di tahun 2011 yang lalu, saya memutuskan untuk ikut program shared adoption orangutan melalui BOSF (the Borneo Orangutan Survival Foundation). Saat itu, saya memberikan kado kecil — saya sebenarnya lebih suka untuk menyebut kontribusi ini sebagai “kado” kepada salah satu orangutan yang bernama Miko. Saat itu, kado kecil saya untuk periode satu tahun.
Tak ada harapan untuk mendapatkan balasan apapun. Yang pasti, lebih sekadar ingin ikut berpartisipasi untuk sesuatu hal yang bertujuan baik. Itu saja.
Dan, saya melupakan momen tersebut. Ada beberapa kesibukan yang membuat saya lupa agenda kecil saya tersebut. Karena tiba-tiba teringat di bulan Maret 2013 ini, saya putuskan untuk melakukannya kembali.
Dan, saya jatuh hati kepada tatapan mata salah satu orangutan yang bernama Ruthie. Dari informasi seputar profil Ruthie yang saya dapatkan, berikut sedikit latar belakang:
Because Ruthie is so aggresive she’s missing out on the best medicine there is… a little laughter. Poor Ruthie, she looks too tough to admit it, but all she needs is a little love. She can’t go back to school and get a chance of being release into the wild like this.
Ruthie doesn’t only bite other orangutans, she also harms herself, but she can hardly be blamed for this. After her mother was killed, Ruthie was ill-treated as a pet, which left her physically and mentally scarred.
Oh ya, apakah saya pernah melihat langsung Miko atau Ruthie? Belum. Walaupun keinginan itu ada. Tapi, saya lebih melihatnya kalaupun tidak bisa melihat langsung itu pasti dengan alasan yang sangat kuat. Orangutan memang lebih baik berada di tangan yang tepat (dokter, perawat, atau pelatih), dan kontak dengan manusia lebih diminimalkan.
Saya kadang kepikir ingin sekadar foto bareng. Hahaha! Walaupun foto hanya dengan latar belakang salah satu orangutan tersebut. Tapi, daripada hal tersebut malah mengganggu — membawa efek yang kurang baik — lebih baik saya “meninggalkannya” untuk berada ditangan yang lebih tepat.
Semoga kado kecil ini bisa bermanfaat — walaupun memang kebutuhan perawatan orangutan ini sangat besar.
Sepanjang tahun 2012 ini, banyak sekali produsen telepon pintar yang meluncurkan produk barunya, termasuk salah satunya peluncuran iPhone 5.
Saya menginginkannya, dan mungkin ribuan orang lainnya yang menggunakan produk dari Apple (baik itu MacBook Pro, iPad, iPad Mini, dan iPhone). Seperti kehadiran produk iPhone sebelumnya, penjualan iPhone ini bersama dengan beberapa perusahaan telekomunikasi yang menawarkan banyak pilihan paket.
Untuk menggaet para calon pengguna, perusahaan telekomunikasi melakukan beberapa bentuk kampanye/promo. Salah satunya adalah XL Axiata yang melakukan promo penjualan iPhone 5 melalui kampanye #AntriLikeAKing. Sudah diprediksikan bahwa animo untuk mendapatkan iPhone 5 di hari pertama — dan sudah terjadi di banyak negara — kalau antrian pasti ada. Cuma, tidak semua orang suka dengan antri.
#AntriLikeAKing (antrilikeaking.com) yang diselenggarakan oleh XL ini ada di dua tempat di Jakarta yaitu Xplor Senayan City, dan Xplor Central Park. Konsep dari program ini adalah memberikan kemudahan bagi calon pembeli dalam melakukan antrian. Ya, karena antri memang bisa sangat membosankan. Yang paling sederhana adalah adanya “joki” untuk mengantri yang memang disediakan oleh pihak XL. Kedua “joki” inilah yang menggantikan antrian.
Akhir tahun 2011 yang lalu, orangutan menjadi salah satu topik berita yang menghiasi media. Sayangnya, bukan sebuah topik berita yang menggembirakan, namun malah sebaliknya. Ini mungkin bukan sebuah isu yang muncul begitu saja. Mungkin, apa yang diberitakan — pembunuhan terhadap orang hutan yang dianggap sebagai hama, maupun bentuk eksploitasi yang lainnya — sudah berlangsung lama.
Ada rasa kasihan, dan ada juga perasaan marah melihat apa yang ditayangkan. “Masa pemerintah tidak bisa melakukan apa-apa terkait hal ini?”, pikir saya. Tapi, mungkin ini bukan menjadi prioritas dari pemerintah saat ini. Entah, mungkin pemerintah sedang sibuk dengan yang lainnya.
Linimasa Twitter juga dihiasi dengan informasi-informasi seputar orangutan. Ingin rasanya saya melakukan sesuatu. Singkatnya, saya memutuskan untuk ikut dalam program Shared Adoption dari BOSF (the Borneo Orangutan Survival Foundation). Terus terang, saya baru tahu tentang program ini pertama kali. Setelah mencari tahu informasi melalui membaca dan juga bertanya secara terbuka di linimasa Twitter — dan mendapatkan jawaban yang cukup, saya putuskan untuk ikut program adopsi berbagi ini. Pilihan saya jatuh kepada seorang orangutan. Namanya Miko, yang menurut saya dia itu ganteng :)
Proses administrasi saya rasa tidak sulit. Beberapa kali berikirim email dengan perwakilan dari BOSF tersebut, dan sekitar satu minggu kemudian saya mendapatkan informasi bahwa bantuan saya — yang saya yakin masih sangat sedikit — sudah diterima.
Kenapa saya melakukan ini? Saya hanya berkeinginan untuk melakukan sebuah langkah nyata yang mungkin kecil. Sangat kecil. Tapi saya yakin, kalau banyak yang ikut berpartisipasi, hasilnya mungkin akan lebih besar lagi.
Tahun ini, masa donasi saya sudah akan habis. Dan, saya tidak ragu untuk melanjutkan ke periode berikutnya jika masih diberi kesempatan.
Ada sebuah pemandangan berbeda ketika minggu ini saya kembali ke Jogjakarta (dari Jakarta). Trotoar di sisi jalan besar dekat dengan rumah memiliki tambahan “aksesories” baru, sebuah area semacam pot tanaman dengan bentuk yang berbeda. Memang sudah sejak lama — saya lupa kapan tepatnya — di sisi jalan memang sudah ada pot-pot berukuran besar. Kali ini, ruang untuk taman, yang sepertinya akan diharapkan juga menambah ruang hijau dipinggir jalan memiliki ukuran yang lumayan luas.
Disatu sisi, saya senang juga karena makin banyak kawasan yang banyak ditumbuhi tanaman. Tapi di sisi yang lain, ini berarti mengurangi ruang untuk pejalan kaki. Lebar dari area ini adalah sekitar 100 sentimeter dari tepi trototar. Belum lagi dikurangi dengan dipakainya trotoar untuk fungsi lain seperti tempat parkir, warung tenda dan entah apalagi.
Sebelum adanya taman-taman kecil ini, kadang berjalan di trotoar — paling tidak dikawasan sekitar rumah — menjadi sebuah hal yang tidak menyenangkan. Ya karena hal-hal itu tadi: aktivitas lain yang memakan badan trotoar. Di beberapa tempat tertentu, ada juga yang memfungsikan trotoar sebagai perluasan dari warung, atau bahkan kegiatan usaha. Ah, toh bagi beberapa orang trotoar bisa juga dipandang sebagai sebuah lahan gratis. Mengganggu pejalan kaki? “Ah, toh masih bisa lewat badan jalan sedikit…”. Mungkin ini pembenarannya.
Kalau dulu ketika warung-warung tenda yang muncul di waktu sore hingga malam sudah memakan badan jalan, kadang tetap bisa juga sedikit ‘berkelit’ untuk berjalan di trotoar. Sekarang, perjalanan akan sedikit menantang. Saya sempat tanya ke beberapa orang yang kebetulan memiliki kepentingan untuk menggunakan trotoar. Ya beberapa tentu saja mengeluhkan hal yang kurang lebih sama: lahan semakin sempit.
Pemerintah kota tentu saja memiliki maksud — yang saya yakin baik — dengan program ini. Sebuah tata kota yang lebih hijau, lebih bersahabat. Tapi, lagi-lagi kadang harus ada yang dikorbankan. Atau, paling tidak ada yang perlu untuk mengalah. Semoga saja kedepannya hal ini bisa dilihat secara proporsional, baik oleh pejalan kaki, mereka yang berkepentingan dengan lahan trotoar ini, termasuk juga pemerintah kota. Yang juga penting, semua ini tidak sia-sia. Ya sekarang sih belum semua taman-taman kecil ini ditumbuhi oleh tanaman yang banyak. Beberapa malah masih terlihat masih baru ditanam. Di beberapa tempat juga saya lihat malah dalam tahap penyelesaian. Kita lihat saja nanti deh…