Tapi kebiasaan itu sudah mulai saya kurangi, bahkan tinggalkan dengan menggunakan pilihan non-kartu, jika memungkinkan. Untuk transaksi pembayaran, jika ada pilihan menggunakan e-wallet atau QRIS, saya akan pilih opsi itu. Pilihan yang gampang, cepat, dan aman.
Penarikan tunai, saya lebih sering lakukan tetap di mesin ATM, namun menggunakan pilihan transaksi non-tunai.
Beberapa aktivitas transaksi yang saya masih mengandalkan kartu (debit atau kredit) adalah ketika di SPBU. Walaupun, tetap saja ada kemungkinan terjadi potensi keamanan di sini, namun saya merasa masih cenderung cukup aman. Paling tidak masih di mesin EDC yang diakses secara terbatas oleh pihak SPBU.
BPOM RI merilis daftar obat sirop yang aman untuk dikonsumsi anak dan dewasa. Indikasi aman adalah terkait tidak mengandung senyawa kimia Propilen Glikol, Polietilen Glikol, Sorbitol, dan/atau Gliserin/Gliserol serta memiliki kandungan Etilen Glikol (EG) dan Dietilen Glikol (DEG) yang masih di bawah angka ambang batas.
Hal pertama yang saya lakukan ketika mendapati kondisi bahwa saya terpapar COVID-19 adalah mencari obat atau vitamin yang membantu penyembuhan. Walaupun, kondisi sudah vaksinasi lengkap dan booster akan membantu, namun kalau memang ada tambahan obat atau vitamin, kenapa tidak?
Saya hanya pernah membaca pengalaman mereka yang pernah mencoba mendapatkan paket layanan telemedisin dari Kementerian Kesehatan RI. Ada yang bilang lancar, ada yang bilang lambat. Dan, saya putuskan untuk mencoba mendapatkannya.
Berbekal NIK ini, akan ditentukan apakah hasil pemeriksaan sudah ada ada dalam database layanan ini atau belum. Saya masukkan NIK saya, ternyata NIK saya ditemukan, lengkap dengan status bahwa saya masuk dalam kriteria untuk mendapatkan layanan telemedisin.
Sesuai instruksi, saya lakukan konsultasi secara daring melalui aplikasi. Saya pakai aplikasi Halodoc, karena beberapa opsi yang sudah ada, Halodoc memang cukup sering saya gunakan.
Akhirnya, di awal November 2022 ini, saya menjadi salah satu yang pernah terkena COVID-19. Dan, tidak hanya saya sendiri, tapi beserta seluruh penghuni rumah lainnya yaitu istri saya, ART, dan anak saya yang berumur 3,5 tahun.
Kami juga tidak terlalu tahu persis kapan, dimana, atau siapa yang terlebih dahulu terpapar. Tapi, dugaan terkuat memang karena terkait mobilitas, apalagi mobilitas beberapa waktu kemarin memang banyak ke tempat berisiko, yaitu ke dokter dan rumah sakit.
Sebelum Terpapar
Di tengah cuaca yang juga sedang tidak terlalu menyenangkan — hujan dan memang diiringi dengan banyak yang saya kenal juga mengalami gejala batuk/pilek walaupun ringan — aktivitas saya di luar rumah agak tinggi.
Agak bergantian secara rute tapi, beberapa kami sempat ke dokter dan rumah sakit. Ada pernah kami bertiga tanpa ART ke IGD salah satu rumah sakit swasta untuk mengantar anak saya yang demam tinggi. Saat itu, untuk IGD juga sedang penuh.
Puji Tuhan, langsung dapat penanganan. Ini kami ke IGD karena saat itu sedang ramai kasus gagal ginjal akut pada anak. Walaupun kondisi anak saat itu untuk buang air kecil tidak ada masalah sama sekali.
Saat itu, semua masih bisa dikatakan sehat-sehat saja, hanya anak saja yang memang demam.
Kemudian, saya sempat juga antar ART untuk berobat ke dokter umum. Saat itu juga pasien sangat banyak, dan walaupun saya menunggu di luar (area terbuka), sesekali ada di ruang tunggu untuk mengecek saja. Sedangkan ART saya otomatis selalu berada di ruang tunggu, ruang periksa, dan ke ruangan lain yang saat itu memang harus dikunjungi karena prosedur pemeriksaan.
Satu atau dua hari berikutnya, ART saya juga sempat bepergian ke tempat saudaranya. Dan, beberapa hari berikutnya mengeluhkan sakit lagi. Kami pikir karena memang proses pengobatan mungkin masih berlangsung.
Semua berjalan beberapa hari. Istri saya akhirnya ada kena demam juga, yang membedakan adalah ini disertai dengan pusing yang luar biasa, yang tidak pernah dirasakan dalam beberapa tahun terakhir. Jadi, istirahat total. Bisa jadi karena kemarin memang kecapaian dan kondisi badan sedang kurang fit saja.
Tapi, setelah minum obat ringan kondisi cenderung lebih baik. Dan, sampai akhirnya di hari Kamis sekitar jam makan siang, saya mengalami sakit kepala yang sangat berat. Disertai dengan demam. Badan saya saat itu terasa cukup kedinginan.
Jadilah hari Kamis dari siang saya langsung istirahat total setelah makan dan minum. Saat itu, hal paling nyaman adalah tidur dan mengurangi pergerakan. Gejala tambahan yang kemudian juga muncul saat saya istirahat adalah nyeri pada persendian di tangan dan kaki.
Positif
Jumat pagi, kondisi saya sedikit lebih baik, tapi masih sangat tidak nyaman rasanya di badan.
Dua hari sebelumnya, di hari Rabu, saya melakukan tes antigen secara mandiri menggunakan alat tes yang saya beli. Hasilnya, negatif. Jadi saya sedikit lega.
Hari Kamis menjelang siang, sebelum saya mengalami gejala sakit kepala dan demam hebat, saya juga lakukan lagi tes mandiri dengan alat antigen, dan hasilnya negatif. Istri saya melakukan hal yang sama, dan hasilnya juga negatif.
Tapi, hari Jumat pagi saya memutuskan untuk tes antigen di lab. Saya melakukan tes sekitar pukul 12.00 WIB. Dan, akhirnya dari sekian banyak tes antigen yang pernah saya lakukan, saat itu untuk kali pertama saya mendapatkan hasil positif.
Sebenarnya, ini cenderung sudah diperkirakan. Istri saya juga demikian. Karena, alarm tubuh sepertinya kurang bisa bohong. Setelah saya mdenpatkan hasil positif dalam perjalanan pulang dari lab, saya hubungi istri saya.
Sorenya, kami memutuskan untuk melakukan tes antigen ke lab yang sama. Langsung tiga orang. Hasilnya, sesuai yang diperkirakan.
Tiga orang dewasa dan satu anak balita usia 3,5 tahun terkonfirmasi positif COVID-19.
Jadilah, kami akhirnya mengabari beberapa kerabat terdekat, termasuk ke tetangga perumahan, dan juga ke pihak sekolah, untuk kemudian memulai proses isolasi mandiri dan usaha penyembuhan — usaha negatif dari COVID-19.
Jadi lebih berhati-hati saja saat ini, karena selain kabar mengenai maraknya kasus gagal ginjal akut pada anak, kebetulan anak saya juga sedang “mendapat kesempatan” sakit dalam tiga minggu terakhir.
Mulai dari demam, kemudian sedikit batuk, dan terakhir diare. Ketika sudah sembuh, dan masuk sekolah, baru saja masuk sekolah satu hari, sekolah harus diliburkan dulu karena ada anak dari kelas sebelah yang kena COVID-19.
Dan, setelah masuk lagi, kena demam yang cukup serius. Bedanya, demam kali ini ketika pemberitaan dan penarikan obat sirop sudah gencar dilakukan. Sempat dibawa ke IGD dan mendapatkan perawatan serta obat penurun panas dari dubur. Sekarang tinggal batuk saja, yang agak berdahak.
Karena yang menjadi acuan aman atau tidaknya obat adalah dari BPOM, jadi salah satu yang sering dilihat adalah daftar obat terbaru yang masuk dalam kategori “aman” dan “tidak aman”.
Untuk catatan pribadi saja, daftar ditulis di sini.
Dari puluhan — atau bahkan mungkin ratusan — transaksi yang saya lakukan di Tokopedia, mungkin baru minggu kemarin saya mengalami kasus dimana saya harus melakukan pengembalian barang karena alasan barang tidak sesuai dengan deskripsi produk.
Terakhir kali melakukan pengembalian barang tahun lalu, lebih karena produk dalam kondisi tidak sempurna. Dan, prosesnya waktu itu cukup lancar. Pengalaman kurang mengenakkan sedikit terobati karena penjual memberikan jawaban yang baik. Andai saja saat itu pengecekan barang bisa dilakukan lebih teliti. Pun demikian, bisa saja terjadi ketika proses ekspedisi.
Proses transaksi sebenarnya OK saja, dan barang diterima dengan baik tanpa masalah. Ketika melakukan unboxing, barang dalam kondisi baik. Hanya saja, barang yang dikirim berbeda dengan deskripsi order. Bahkan, isi barang juga berbeda dengan label pengiriman yang tertera dalam deskripsi resi.
Saya hubungi penjual melalui fitur chat di aplikasi Tokopedia. Kurang lebih begini diskusinya.
Saya: “Selamat siang, mau update terkait pemesanan. Jadi, barang sudah saya terima, tapi yang dikirim barangnya beda, saya ada video unboxing juga. apakah dapat dibantu?” Penjual: “Iya adanya itu saja gan.Maaf stok kita adanya (ukuran yagn salah di sini)”
Percakapan melalui chat di Tokopedia
Lha! Iya, tetap dikirim walaupun (sebenarnya) stoknya berbeda. Jadi harapannya apa? Pembeli tidak komplen? Duh!
Saya tentu tidak memilih ganti barang, karena toh sudah jelas stok tidak ada. Andai saja penjual sejak awal menginfokan kalau stok (ternyata) tidak tersedia. Jadinya kan tidak perlu ribet mengirim kembali.
Saya lalu coba kembali ke penjual yang lain. Ternyata ada beberapa opsi. Belajar dari pengalaman sebelumnya, saya tanyakan mengenai stok terlebih dahulu. Dan, dapat dua informasi penting:
Barang ready stock, ketika saya tanyakan ketersediaan barang sesuai tautan produk;
Tipe dan seri barang tersedia, ketika saya tanyakan dengan detail.
Proses transaksi lancar saja, dan ketika barang sampai, kembali barang tidak sesuai pesanan juga!
Dan, ketika menghubungi penjual, jawaban tidak kalah lucu, “Emang gak bisa ya gan? Salah kirim kek nya. Dituker aja deh”
Sebagai salah satu nasabah CIMB Niaga, beberapa bulan ini saya banyak menggunakan aplikasi OCTO Mobile. Secara umum ya lancar saja. Tapi, ketika saya sedang tidak berada di rumah, saya hanya menggunakan OCTO Clicks transaksi internet banking.
Sederhana saja, karena transaksi utama masih melalui BCA Mobile, dan juga e-wallet. Setelah saya pikir-pikir kembali, sepertinya mengaktifkan OCTO Mobile kembali tidak ada salahnya, kali saja butuh, dan ini akan bisa jauh lebih praktis dibandingkan saya harus transaksi melalui internet banking.
Dulu aplikasi mobile banking CIMB Niaga ini sudah saya gunakan di ponsel Android. Lalu, karena sudah sangat lama tidak pakai, dan pernah juga aktivasi kembali, tapi nyatanya proses reaktivasi akses ke aplikasi tidak kunjung saya selesaikan.
Penyebabnya sederhana: saya lupa empat digit nomor kartu ATM saya. Saya lupa kapan terakhir kali saya pegang kartu ATM CIMB Niaga milik saya. Jadi, ketika sudah melakuan otentikasi, dengan username dan PIN di OCTO Mobile, proses berhenti karena saya benar-benar tidak tahu nomor kartu ATM saya. Padahal, ini proses yang tidak bisa dilewati.
Harusnya sih urus kartu ATM memang di kantor cabang. Tapi, saya pikir lagi, sepertinya saya hampir tidak butuh kartu ATM.
Mendapatkan empat digit nomor kartu ATM
Ternyata caranya cukup mudah. Tinggal masuk ke OCTO Clicks, lalu masuk menu Rekening, pilh salah satu rekening. Dalam sebuah nomor rekening tabungan, ada informasi “Nomor Kartu” di sana.
Untuk beberapa layanan daring yang saya gunakan, hampir semua saya mengaktifkan fitur 2FA (Two-Factor Authentication) atau autentikasi dua faktor. Alasannya cukup sederhana: untuk menambah sedikit lapisan keamanan. Alih-alih hanya menggunakan kombinasi username dan sandi, ketika kombinasi autentikasi sudah dapat digunakan, saya perlu memasukkan kode autentikasi.
Ribet? Mungkin iya. Tapi, sebenarnya tidak ribet juga.
Sebelumnya, saya menggunakan Google Authenticator sebagai aplikasi 2FA. Cukup lama saya menggunakannya. Google Authenticator sudah berhasil menjalankan fungsinya dengan sangat baik.
Ada sedikit masalah ketika ponsel yang saya gunakan tidak dapat saya akses, misal karena kehabisan baterai, atau tidak sedang berada bersama saya. Dalam kondisi seperti ini, cukup merepotkan.
Karena, Google Authenticator hanya dapat digunakan dalam 1 piranti bergerak (mobile) untuk Android atau iOS Lebih merepotkan lagi kalau ternyata piranti yang digunakan sampai hilang. Sedangkan, saya kebetulan menggunakan lebih dari satu ponsel, kadang bekerja dengan tablet, dan paling sering bekerja dengan laptop.
Aplikasi 2FA yang dapat mendukung lebih dari satu piranti tentu menjadi pilihan yang paling masuk akal dan memudahkan. Dan, pilihan saya jatuh ke Authy. Sebenarnya, ada beberapa alternatif aplikasi yang dapat digunakan sebagai ‘pengganti' Google Authenticator, namun dapat menjalankan fungsi 2FA dengan cukup baik. Beberapa diantaranya:
Kalau dari sisi cara menggunakan, menambahkan akun dan lainnya aplikasi yang ada rata-rata akan sama. Kalau sudah pernah menggunakan satu aplikasi autentikasi, berpindah aplikasi saya rasa tidak akan rumit.
Authy menawarkan satu fitur yang sangat membantu saya yaitu dukungan multi piranti. Dari sekian banyak fitur yang ditawarkan, fitur ini bagian paling berguna menurut saya.
Jadi, saya bisa sedikit tidak khawatir apabila saya sedang membutuhkan fungsi autentikasi, karena saya bisa mengakses dari piranti yang sedang saya gunakan, atau yang terdekat dengan saya.
Beberapa waktu lalu, saya ada keperluan untuk melakukan penarikan tunai di ATMBCA dengan pecahan Rp50.000. Dan, karena saya memang sudah sangat jarang bawa kartu ATM, penarikan tunai yang saya lakukan lebih sering melalui transaksi non-kartu/cardless.
Saat itu, kebetulan mesin ATM yang saya gunakan bisa untuk melakukan penarikan pecahan Rp50.000 dan Rp100.000.
Ternyata, untuk penarikan tanpa kartu, tidak ada opsi preferensi mengenai pecahan yang ingin digunakan. Ketika saya lakukan penarikan sejumlah Rp500.000, yang keluar adalah lima lembar pecahan Rp100.000.
Saya coba lakukan penarikan lagi senilai Rp250.000, yang keluar adalah dua lembar Rp100.000 dan satu lembar Rp50.000.
Solusinya? Gunakan kartu ATM. Ketika transaksi akhirnya saya pakai menggunakan kartu, jadi ada pilihan mengenai preferensi pecahan penarikan.
Secara umum, tentu performa tidak mengecewakan sama sekali. Istri saya sebenarnya lebih sering menggunakannya, karena selain saya lebih sering bekerja di luar, pekerjaan saya masih sangat memungkinkan untuk saya selesaikan dari Macbook Pro saya — yang tahun ini sudah berusia 9 tahun.
Ulasan ini mungkin akan mengecewakan kalau ingin mendapatkan ulasan dari sisi teknis. Namun, kalau dari sisi bagaimana membantu pekerjaan dan juga kenyamanan, Mac Mini ini bisa dikatakan salah satu best buy.
Senyap. Kalau sebelumnya suara kipas dari laptop — kadang dari dua laptop sekaligus — terdengar cukup jelas, sekarang bisa dikatakan tidak ada lagi. Ya, tentu saja masih ada kalau saya sedang bekerja di Macbook Pro lama milik saya. Hehe…
Cepat. Untuk poin ini, istri saya sepertinya punya definisi yang sesuai: “Jadi terasa lebih pintar ketika kerja dan coding“.
Selain itu, sepertinya belum ada yang perlu dikeluhkan.
Selain nomor utama dari XL Axiata yang sudah menemani saya lebih dari 20 tahun, saya memiliki memiliki nomor dari provider lain yaitu Telkomsel. Nomor Telkomsel ini, walaupun jarang saya gunakan, tapi sudah digunakan untuk pembuatan akun, atau terhubung dengan beberapa layanan.
Jadi, memastikan bahwa nomor ini selalu dalam masa aktif menjadi penting. Pengisian pulsa secara berkala memang masih saya lakukan, karena belum berpindah ke paska bayar. Ini termasuk apabila kadang harus terhubung ke internet, dan nomor XL saya bermasalah — walaupun sangat jarang — Telkomsel bisa menjadi alternatif.
Dengan Rp30.000,- saya sudah bisa mendapatkan tambahan masa aktif selama 90 hari. Ada juga sebenarnya paket lain mulai dari Rp2.000 untuk masa aktif 5 hari. Tapi, paket tertinggi yang ditawarkan sepertinya lebih cocok untuk kebutuhan saat ini.
Aktivasi Paket Masa Aktif Telkomsel juga mudah, melalui UMB (USSD Menu Browser) langsung *500*05# atau *888#. Atau,bisa juga melalui aplikasi My Telkomsel.
Pemerintah melonggarkan syarat pelaku perjalanan domestik. Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan, pemerintah menghapus syarat tes Covid-19Polymerase Chain Reaction (PCR) dan antigen bagi pelaku perjalanan darat, laut, dan udara di dalam negeri yang sudah menerima vaksincorona dosis lengkap.
Masih terkait dengan kebjiakan tersebut, dari sumber artikel yang sama ada beberapa hal lainnya:
Kapasitas kompetisi olahraga dilonggarkan. Seluruh kegiatan kompetisi olahraga dapat menerima penonton yang sudah menerima vaksinasi Covid-19 dosis tambahan atau booster.
Terkait dengan kegiatan tersebut, pengunjung wajib menggunakan aplikasi PeduliLindungi.
Kapasitas penonton/pengunjung akan didasarkan pada penerapan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) di masing-masing wilayah.
Sebagian diri saya menyetujui kebijakan ini, tapi sebagian lagi juga kurang setuju karena walaupun prosentase vaksinasi semakin meningkat — termasuk pemberian dosis ketiga/booster — tapi angka kematian cukup tinggi.
Saya setuju dalam konteks supaya pergerakan masyarakat terutama untuk roda perekonomian tetap berjalan. Bukan hanya bagi mereka yang punya usaha, tapi bagi karyawan/pekerja ini juga sebuah ‘kemudahan'. Dalam melakukan perjalanan yang membutuhkan tes PCR atau antigen, tentu jadi ada penambahan biaya, dan jumlahnya otomatis tidak kecil.
Beruntung kalau biaya ini bisa dibebankan kepada pihak lain (perusahaan, misanya), kalau tidak?
Sedikit kurang setuju dengan kebijjakan ya mungkin karena kasus masih cukup tinggi. Bagi yang sudah mendapatkan vaksinasi dua dosis, efek apabila terkena COVID-19 cenderung tidak terlalu parah. Namun, bisa jadi kebijakan ini memiliki peran penambahan kasus menjadi signifikan.
Artinya, jumlah kasus naik, lebih banyak masyarakat yang perlu isolasi mandiri, yang otomatis bisa jadi kegiatan perekonomian akan terpengaruh kembali.
Sepertinya, hidup berdampingan dengan COVID-19 ini sudah semakin terasa. Semoga kondisi tetap untuk saling jaga dan waspada dengan protokol kesehatan di level pribadi tetap berjalan.
Beberapa waktu lalu, saya bersama salah seorang teman memutuskan untuk memasang kembali sebuah unit AC yang sebelumnya dibongkar dari tempat lama. Untuk pemasangan kembali, saya menggunakan jasa tukang AC yang biasa digunakan oleh teman saya tersebut.
Setelah dilakukan percobaan pemasangan, ternyata ada beberapa masalah. Mengenai unit, pembongkaran sebelumnya ternyata dilakukan dengan cara-cara yang kurang proper. Saya tidak tahu, tapi istilahnya dari cara bongkarnya mengakibatkan unit jadi tidak dalam kondisi ideal. Pipa asal potong, ada bagian yang harusnya ditutup atau dikosongkan.
Sebagai orang awam, tentu ini sesuatu yang saya juga tidak tahu. Tahunya ya hanya jasa bongkar saja.
Efeknya, ya ada unit yang jadinya tidak bisa digunakan. Tapi, masih beruntung masih ada satu unit outdoor dan indoor yang masih bisa dipakai, walaupun perlu tambah freon saja.
Saya memilih untuk melakukan registrasi di tempat yang sama yaitu di RS Siloam Yogyakarta. Tidak ada alasan khusus, tapi karena saya mendapatkan pengalaman yang baik sebelumnya di sana.
Saat ini sudah melakukan registrasi, dan menurut informasi, untuk jadwal akan menunggu pemberitahuan/undangan. Semoga dalam waktu dekat sudah mendapatkan giliran. Menurut informasi, rencana akan mendapatkan setengah dosis Pfizer.
Update: Informasi terbaru, vaksinasi dosis ketiga dapat diterima setelah 3 (tiga) bulan sejak dosis kedua. (Sumber: Kementerian Kesehatan RI)
Kalau merujuk kepada rekomendasi dari Kementerian Kesehatan RI, saya berpotensi untuk mendapatkan 1/2 dosis Moderna atau Pfizer, atau 1 dosis AstraZeneca kembali.
Semoga di akhir Maret 2022 nanti, dapat menerima booster ini. Dan, semoga semua selalu diberikan berkat kesehatan.