Categories
Umum

Antisipasi Kebobolan Rekening Bank Melalui Kartu ATM

Sudah cukup lama saya mengurangi benar transaksi menggunakan kartu ATM. Dulu, kebanyakan aktivitas menggunakan kartu ATM untuk dua keperluan utama:

  1. Penarikan tunai (kadang di ATM atau di gerai minimarket seperti Indomaret atau Alfamart)
  2. Pembayaran melalui mesin EDC

Salah satu yang menjadi pertimbangan saya adalah adanya modus kejahatan

Photo by Liliana Drew

Tapi kebiasaan itu sudah mulai saya kurangi, bahkan tinggalkan dengan menggunakan pilihan non-kartu, jika memungkinkan. Untuk transaksi pembayaran, jika ada pilihan menggunakan e-wallet atau QRIS, saya akan pilih opsi itu. Pilihan yang gampang, cepat, dan aman.

Penarikan tunai, saya lebih sering lakukan tetap di mesin ATM, namun menggunakan pilihan transaksi non-tunai.

Beberapa aktivitas transaksi yang saya masih mengandalkan kartu (debit atau kredit) adalah ketika di SPBU. Walaupun, tetap saja ada kemungkinan terjadi potensi keamanan di sini, namun saya merasa masih cenderung cukup aman. Paling tidak masih di mesin EDC yang diakses secara terbatas oleh pihak SPBU.

Categories
Umum

Harga Minyak Goreng

Cuitan Presiden Jokowi mengenai pembukaan kembali ekspor miyak goreng dan harga yang sudah beranjak turun.

Walaupun, realitanya — paling tidak di area tempat tinggal saya — di supermarket atau warung belum terlihat juga penurunannya.

“Tiba-tiba Presiden (Jokowi) memerintahkan saya untuk mengurus minyak goreng. Jadi sejak tiga hari lalu, saya mulai menangani masalah kelangkaan minyak goreng”

Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan, 21 Mei 2022. (Sumber)
Categories
Umum

Renovasi Lantai

Di bulan Agustus 2021 lalu, untuk kali pertama setelah menempati rumah selama kurang lebih tiga tahun, renovasi agak besar dilakukan di rumah. Di awal menempati rumah, renovasi lebih kepada pengecatan total seluruh dinding (indoor dan outdoor), termasuk sedikit penggantian seluruh lantai kamar mandi.

Beberapa bulan sebelumnya — atau mungkin malah sekitar satu tahun — ada kendala lantai yang popping, tapi tidak parah dan hanya terjadi di dua keping lantai. Karena tidak terlalu mengganggu, jadi memang tidak langsung dilakukan penggantian. Kebetulan, lantai di rumah menggunakan granit ukuran 60×60 sentimeter.

Namun, seiring berjalannya waktu, masalah sejenis muncul di beberapa titik lain, dan sudah mulai mengganggu aktivitas sehari-hari. Dengan beberapa pertimbangan, akhirnya diputuskan untuk melakukan renovasi penggantian lantai granit. Untuk jasa tukang, saya menggunakan jasa tukang yang sebelumnya saya pakai untuk pekerjaan pembangunan lain.

Mengganti yang Rusak Saja dan Estimasi Waktu

Begitu rencananya. Dengan perkiraan bahwa bisa dilakukan penggantian di area yang rusak saja, dibuatlah rencana pembelian dan estimasi waktu pekerjaan yang diperkirakan bisa selesai dalam waktu sekitar 5-7 hari kerja.

Karena pekerjaan ini akan membuat rumah menjadi sangat berdebu, jadi kami memutuskan juga untuk mengungsi ke tempat saudara, paling tidak selama satu minggu, ditambah beberapa hari untuk nanti membersihkan sisa-sisa debu.

Karena ini termasuk kegiatan yang tidak ada dalam rencana, jadi soal anggaran semoga tidak terlalu banyak. Beberapa waktu sebelum pengerjaan, estimasi kebutuhan material sudah didapatkan dan langsung saja dibelanjakan.

Mencari Granit

Masalah pertama adalah mengenai material granit yang akan digunakan. Ternyata, merek dan seri granit yang dipakai saat ini tidak mudah untuk didapatkan. Beberapa toko bangunan yang ada di Jogja sudah dihubungi, dan hasilnya nihil.

Sempat melakukan pencarian melalui internet, dan hasilnya ada yang jual tapi lokasi di Jakarta. Stok sangat terbatas hanya sekitar 4 dus saja (total 16 keping), dan ternyata harganya lumayan mahal, sekitar Rp300.000/dus (ukuran 1,44 m2/dus).

Karena stok tidak bisa diharapkan, jadi kami ambil keputusan untuk mencari granit dengan merek dan seri lain, dan semoga warna mendekati yang ada saat ini. Dan, ternyata sangat tidak mudah.

Setelah melakukan beberapa kali pencarian di toko/supermarket bangunan, akhirnya ditentukan merek dan seri yang akan digunakan. Karena anggaran, jadi pilihan jath ke granit yang lebih murah dari sebelumnya. Sesuai dengan estimasi, akhirnya beli sebanyak 8 dus, termasuk semen instan perekat granit.

Pengerjaan Awal

Pekerjaan dimulai dengan lancar. Granit yang harus diganti dilepas dengan hati-hati dengan cara dipotong, supaya pengganti bisa dipasang. Tapi, ternyata ada beberapa yang diluar perkiraan. Ternyata granit lain yang masih terpasang dalam kondisi yang rawan popping juga. Bahkan, ketika terkena benturan, ada beberapa yang jadinya terlepas, yang otomatis jadi harus diperbaiki. Pilihannya: pakai granit yang sebelumnya, atau ganti dengan yang baru.

Proses ini cukup memusingkan juga. Karena, jika pakai granit lama, pasti sudah dalam kondisi yang tidak presisi sekali. Bentuk sudah sedikit berubah walaupun masih bisa dipakai. Jika dipaksakan, salah satu efeknya ya jadi kurang rata saja di beberapa titik.

Duh!

Selama proses pengerjaan awal, saya selalu pantau. Dan, beberapa hari makin ragu, apakah keputusan mengganti granit yang rusak saja merupakan keputusan yang tepat (saat itu).

Awalnya saya dan istri sempat terpikir apakah lebih baik diganti semua atau tidak. Kalau iya, artinya secara anggaran akan cukup besar. Kami sempat membuat estimasi perhitungan.

Akhirnya, Diganti Semua

“Pak, bagaimana kalau kita ganti semua saja?,” begitu kira-kira yang saya sampaikan ke tukang yang mengerjakaan pekerjaan ini. Pertimbangan kenapa akhirnya semua lantai granit diganti semua:

  1. Mengurangi potensi renovasi kembali di masa mendatang, karena mungkin kerusakan hanya soal waktu;
  2. Keamanan, karena risiko dari mengganti sebagian ada beberapa area yang jadi kurang aman/rapi. Apalagi, di rumah ada anak.

Membayangkan segala keribetan yang terjadi kalau renovasi lagi merupakan salah satu alasan. Mulai dari pindah sementara, membersihkan debu, mengamankan barang-barang, sampai dengan aktivitas pasca renovasi lainnya.

Yang akhirnya, keputusan untuk mengganti semua ini mengubah banyak sekali rencana seperti:

  1. Anggaran yang jadi jauh membengkak terutama material mulai dari granit, semen instan, semen biasa, pasir termasuk beberapa bahan lainnya. Kalau awalnya jumlah granit yang dibeli hanya sekitar 8 dus, akhirnya berakhir menjadi sekitar 80 dus;
  2. Anggaran jasa tukang juga jadi bertambah. Awalnya hanya sekitar 7 hari, akhirnya menjadi sekitar 5 minggu. Ini juga termasuk pada akhirnya ada anggaran untuk pembuangan brangkalan material;
  3. Karena harus berpindah tempat tinggal sementara, otomatis pengeluaran harian juga jadi bertambah.

Dengan segala proses yang terjadi, akhirnya selesai juga. Ada beberapa kondisi yang mungkin tidak sesempurna yang kami harapkan, tapi bahwa proses renovasi sudah selesai itu sudah sangat disyukuri.

Categories
Umum

Pengalaman Pengembalian dan Penggantian Pembelian Barang di Tokopedia

Dari sekian banyak transaksi pembelian barang di situs-situs niaga-el (marketplace) seperti Tokopedia, Shopee dan kadang Blibli (situs lain seperti Bukalapak, Lazada, dan niaga-el saya jarang gunakan), di awal tahun 2021 ini untuk kali pertama saya melakukan pengajuan penggantian barang.

Hal ini terjadi karena produk lampu yang saya beli di Tokopedia tidak berfungsi dengan baik. Ketika kali pertama saya buka, lalu menyalakan, tidak ada aliran listrik sama sekali. Saya langsung kontak penjual, dan agak pesimis kalau ini akan bisa dilakukan penggantian. Karena sejak kali pertama saya buka, saya memang tidak mendokumentasikannya.

Foto oleh Keagan Henman via Unsplash

Harga barangnya sendiri sekitar Rp60.000. Sempat terpikir untuk saya perbaiki sendiri saja. Namun, ada risiko kalau malah rusak sama sekali. Kondisi barang ketika saya terima sebenarnya dalam kondisi yang sangat baik. Bungkus sangat aman, bahkan dibungkus dengan semacam pipa karton tebal bekas gulungan kain. Ternyata, oleh penjual setelah saya kirimkan beberapa foto, penjual menawarkan untuk melakukan penggantian barang, dengan terlebih dahulu saya diminta untuk mengirimkan kembali barang tersebut.

Saya mengiyakan.

Semua proses ini saya lakukan melalui aplikasi Tokopedia, melalui menu adukan keluhan. Singkatnya, setelah mengirimkan barang melalui kurir, saya tinggal perlu menuliskan informasi resi, sebagai konfirmasi bahwa barang telah terkirim.

Barang pengganti

Saya cukup beruntung karena sejak awal penjual memberikan respon yang baik. Beberapa hari setelah saya kirimkan barang ke penjual, saya mendapatkan resi baru melalui pusat resolusi keluhan.

Secara umum, proses berjalan baik. Soal ongkos kirim, sebenarnya ada opsi untuk saya melakukan klaim ongkos kirim ke pihak Tokopedia, ada opsi untuk kebutuhan ini. Namun, saya ikhlaskan saya untuk ongkos kirim yang saya keluarkan, karena awalnya barang juga sudah saya terima tanpa ada biaya kirim.

Catatan

Walaupun menyebutkan Tokopedia, tulisan ini merupakan pengalaman pribadi, bukan artikel bersponsor. Walaupun, jika ada yang ingin menawarkan sponsored post, saya juga terbuka :)

Categories
Umum

Perjalanan ke Jakarta dari Yogyakarta Menggunakan Kendaraan Pribadi Melalui Tol Trans Jawa

Puji Tuhan, perjalanan dari Yogyakarta menuju Jakarta menggunakan kendaraan pribadi hari Minggu yang lalu berjalan dengan lancar. Untuk pertama kali, dengan menggunakan kendaraan pribadi saya merasakan perjalanan melalui tol.

Tarif Tol Yogyakarta – Jakarta

Saya masuk ke tol melalui Boyolali dan keluar di Cikampek, lalu masuk ke tol dalam kota dan keluar di Tomang. Bersyukur, sepanjang perjalanan, seluruh proses pembayaran dengan e-money berhasil dengan baik, tanpa kendala apapun.

Pintu masuk Tol Boyolali

Cuma, bukti pembayaran tidak bisa saya dapatkan semuanya. Karena kadang tidak muncul langsung — atau memang tidak ada — dan daripada terlalu menunggu sementara sering di belakang saya ada antrian kendaraan lain.

Kalau merujuk ke situs Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT) di bpjt.pu.go.id/tarif, tarif dari Yogyakarta ke Jakarta, masuk melalui pintu masuk Boyolali adalah Rp431.000

Restarea

Karena perjalanan kali ini saya tidak ada keharusan datang dengan segera, apalagi perjalanan juga hari Minggu, jadi saya tidak terlalu terburu-buru. Restarea yang ada di sepanjang jalan tol juga saya singgahi. Saya agak lupa berapa kali berhenti di restarea, tapi secara umum, kondisi restarea cukup baik dengan fasilitas yang baik pula.

Untuk setiap restarea, saya memutuskan untuk tidak keluar membeli makanan, karena sengaja saya sudah membawa bekal. Jadi sekadar untuk istirahat sebentar, berjalan-jalan sebentar.

Oh ya, untuk fasilitas umum, semua gratis. Secara umum gerai makanan, termasuk minimarket tersedia dengan lengkap. Jadi, kebutuhan istirahat dan juga makan jika diperlukan, dapat dengan mudah terfasilitasi di restarea yang tersedia. Untuk toilet juga tersedia cukup banyak, dengan kebersihan yang baik. Paling tidak, air terus mengalir. Untuk semua fasilitas umum seperti parkir dan toilet, tidak ada biaya sama sekali.

Bahan Bakar Kendaraan

Honda Mobilio dengan transmisi otomatis yang saya gunakan saya isi penuh dengan Pertalite dan dari Yogyakarta. Baru saya isi kembali ketika akan memasuki Jakarta dalam kondisi penanda bahan bakar sudah tersisa dua strip. Saya tidak tahu persisnya habis berapa, tapi sekitar full tank lebih sedikit. Mungkin tambahannya sekitar Rp80.000-an. Selama perjalanan juga, puji Tuhan kendaraan tidak ada masalah.

Kebutuhan bahan bakar ini dengan kondisi saya memang tidak mecu kendaraan saya selalu dengan kecepatan tinggi. Rata-rata saya hanya memacu kendaraan di kecepatan antara 100-120 km/jam. Ya, walaupun sesekali di kondisi tertentu karena jalanan sepi saya sempat melaju dengan kecepatan 140 km/jam selama beberapa menit.

Sampai di Jakarta

Saya sampai di tujuan akhir saya di daerah Jakarta Pusat sekitar pukul 14.30 WIB. Memang kalau dari hitungan jam berangkat, terasa perjalanan sangat panjang. Namun, hal ini karena saya memang sering berhenti di rest area untuk sejenak beristirahat, dan juga karena saya jalan agak santai.

Tapi, secara keseluruhan untuk perjalanan pertama kali ke Jakarta menggunakan kendaraan pribadi, sendiri tanpa ada pengemudi/teman yang menggantikan bawa kendaraan, perjalanan kemarin cukup menyenangkan.

Categories
Umum

Menengok Protokol Kesehatan COVID-19 di Prime Plaza Hotel Jogjakarta

Selama pandemi, salah satu tempat publik (tertutup) yang sering saya kunjungi adalah supermarket untuk keperluan berlanja, baik yang lokasinya berdiri sendiri atau menjadi satu dengan area lain seperti yang ada di dalam mall.

Khusus untuk area seperti hotel, saya hampir tidak pernah mengunjungi. Apalagi selama pandemi ini saya juga tidak pernah melakukan perjalanan ke luar kota, yang mengharuskan saya harus menginap di hotel. Setelah berbulan, dengan berbagai perkembangan, pelaku bisnis sudah banyak melakukan adaptasi kebiasan baru — saya lebih suka istilah “kebiasaan baru” dibandingkan dengan new normal sebenarnya.

Hotel sebagai salah satu komponen penting dalam dunia pariwisata juga melakukan adaptasi. Tentu, ini tidak mudah, tapi kalau tidak beradaptasi, mau jadi apa?

Karena sebuah keperluan, beberapa hari lalu saya mengunjungi Prime Plaza Hotel Jogjakarta, sebuah hotel bintang 4 yang ada di Jl. Affandi. Sudah sangat lama sejak terakhir kali saya menginap di tempat ini. Dan, kunjungan terakhir saya kesana kalau tidak salah tahun lalu, sebelum pandemi untuk sebuah acara yang saat itu hanya memakai lokasi resto saja.

Walaupun tidak sampai menginap, tapi karena kunjungan kemarin saya jadi sedikit menyempatkan untuk melihat bagaimana protokol kesehatan berjalan di hotel ini.

Ketika memasuki area pintu masuk utama, langsung disambut dengan informasi yang terpampang cukup jelas mengenai beberapa protokol kesehatan yang perlu ditaati oleh setiap penunjung. Ada juga automatic dispenser hand sanitizer, yang bisa digunakan secara contactless. Terakhir, ada QR Code yang perlu dipindai yang setelah saya coba, isinya adalah tautan untuk mengisi beberapa data terkait kedatangan.

Hal ini untuk mempermudah perncatatan siapa saja yang masuk ke area hotel, yang tentu saja akan nantinya bermanfaat untuk melakukan contact tracing jika diperlukan. Walaupun, semoga saja tidak perlu ada contact tracing ya… Persis sebelum masuk pintu, ada screening pengecekan suhu tubuh.

Oh ya, kenapa tidak ada tempat cuci tangan secara langsung, ya hal semacam ini selain memenuhi protokol juga secara estetika lebih baik.

Setelah melewati pintu masuk utama lalu belok ke kanan, ada lokasi resepsionis. Selain ada cairan pembersih tangan, alat tulis yang akan digunakan oleh tamu sudah dipisahkan antara yang bersih dan yang yang telah dipakai. Jadi langsung dipisahkan. Jadi, setiap alat tulis yang dipakai otomatis memang selalu dibersihkan. Ini cocok karena alat tulis, selama pengalaman saya check-in di hotel merupakan salah satu benda yang paling sering dipakai bergantian.

Masih di area resepsionis, ada informasi lain bagi tamu terkait beberapa persyaratan/protokol bepergian dengan menggunakan transportasi publik. Selain itu, ada lagi juga QR Code lain yang ternyata isinya mengarahkan ke laman untuk mengisi informasi riwayat perjalanan oleh tamu yang akan menginap. Sedikit berbeda dengan yang ada di pintu masuk, karena ketika sudah di resepsionis, besar kemungkinan yang adalah tamu yang menginap. Jadi, formulir ini lebih spesifik untuk tamu menginap.

Sofa tempat duduk yang ada di area lobi juga diubah pengaturannya, sehingga konsep social distancing atau jaga jarak bisa lebih mudah terpenuhi.

Walaupun posisi sudah berjauhan, tapi pengaturan supaya yang duduk tidak berhadapan layak untuk diapresiasi
Pengaturan jaga jarak untuk area sofa yang ukuran lebih besar.

Secara umum, walaupun memang cuma sebentar, bahkan tidak sampai melihat-lihat jauh ke area dalam seperti kolam renang, area gym, dan fasilitas lain, tapi saya cukup nyaman berada disana. Suasana berbeda mungkin bisa terjadi kalau tamu penuh. Tapi, menurut saya hotel merupakan salah satu tempat dimana layanan menjadi yang utama. Jadi, pengaturan dan protokol pasti akan sebaik dan sebisa mungkin untuk dilaksanakan.

Catatan

Walaupun secara umum saya merasa nyaman dan aman ketika berada di sana, ada beberapa detil kecil yang menurut saya pribadi mungkin bisa menjadi catatan. Tentu, ini pendapat pribadi saja.

  1. Informasi jika ditampilkan dengan bahasa Indonesia mungkin akan lebih mudah dipahami oleh pengunjung. Faktanya, dalam kondisi saat ini mungkin pengunung atau tamu hotel mayoritas merupakan tamu lokal/domestik. Atau jika memang harus dua bahasa, terjemahan dalam Bahasa Inggris tetap bisa ditampilkan, tapi bahasa Indonesia tetap yang utama.
  2. Karena saya memang benar-benar hanya berada di seputar area lobby, jadi yang saya lihat memang tidak banyak seperti bagaimana tempat publik seperti di kolam renang, atau pusat kebugaran, termasuk apakah ada perubahan atau tidak tentang kondisi kamar. Tapi, melihat dari bagaimana semuanya terlihat di area depan, sepertinya standar protokol kebersihan jelas menjadi perhatian khusus.

Video protokol keamanan dan standar kesehatan bisa juga diliaht melalui video di bawah ini. Dalam video ini juga terlihat kalau untuk sterilisasi kamar juga menggunakan lampu UV-C.

Kontak dan Lokasi

Karena berada di tengah kota dan di salah satu jalan utama di Jogjakarta, hotel ini dapat dengan mudah ditemukan. Akses masuk kendaraan juga sangat mudah.

Prime Plaza Hotel Jogjakarta
Kompleks Colombo, Jl. Affandi, Gejayan, Mrican, Caturtunggal, Kec. Depok, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta 55281 (Google Maps)
Telepon: 0274 584 222
Pemesanan: 0817 9575 292 atau surel [email protected]
Website: jogja.pphotels.com
Instagram: @primeplazahoteljogjakarta

Categories
Umum

Panen Pertama Sayuran Hidroponik dengan Sistem Wick

Ternyata, keinginan untuk bertanam kembali bulan Juli lalu malah berbelok kepada kegiatan mencoba untuk menanam sayuran secara hidroponik. Sebenarnya, keinginan ini sudah lama, bahkan di linimasa media sosial saya (termata Instagram), banyak teman-teman yang saya kenal juga mulai bertanam secara hidroponik.

Apakah tertarik? Tentu saja, tapi memulainya masih belum ada niatan. Niat makin besar justru ketika saya main ke tempat adik ipar, dan menjumpai langsung bagaiman instalasi hidroponik yang ada di halaman rumah. Jadi, untuk skala rumahan/konsumsi pribadi, hal tersebut sangat menarik.

Kalau adik ipar saya menggunakan sistem DFT, dan karena saya masih sangat pemula — baru tahap mencoba — saya akhirnya mencoba dengan menggunakan sistem Wick. Ini memenuhi kondisi bahwa sistem ini sederhana, dan mungkin bisa dikatakan anti gagal.

Singkatnya, setelah membaca dan melihat tutorial, saya beli seluruh peralatan/kebutuhan pemula (starter kit) hidroponik untuk sistem Wick melalui marketplace daring.

Dan, tibalah saat pertama panen sekitar minggu lalu. Karena masih pemula, sayuran yang saya tanam juga masih dari benih yang diberikan ketika beli: kangkung, pokcoy, dan bayam. Yang pertama saya panen adalah kangkung.

Tak butuh waktu lama bagi kangkung untuk langsung masuk dapur, ditumis, dan tersaji di piring.

Dan, ternyata karena ini kegiatan yang menyenangkan, saat ini justru saya mencoba untuk menggunakan sistem selain Wick. Sudah beli seluruh bahan, tinggal secara eksekusi. Dan, acuan saya sederhana: kalau bisa cukup murah, dan buat sendiri.

Ayo bertanam!

Categories
Umum

Pengisian Data Pajak untuk Layanan Amazon Web Service

Hari ini ada notifikasi masuk ke surel saya terkait layanan Amazon Web Service (AWS), yaitu mengenai pajak. Ini terkait dengan rencana beberapa layanan digital yang akan dikenai pajak mulai 1 Agustus 2020. Intinya menginformasikan terkait perubahan peraturan terkait PPN untuk pengguna layanan dari Indonesia.

Saya sendiri sudah mengiisikan informasi terkait nomor NPWP melalui halaman pengaturan pajak di laman panel konsumen. Beberapa informasi dalam surel dari Amazon adalah sebagai berikut:

  1. “Terhitung mulai 1 Agustus 2020, AWS diwajibkan untuk mengenakan PPN sebesar 10% kepada seluruh pelanggan di Indonesia. Perubahan ini akan berdampak pada tagihan yang Anda terima untuk setiap penggunaan layanan AWS Cloud, serta pembelian pada AWS Marketplace.”
  2. “Jika akun AWS Anda tidak seharusnya memiliki alamat di Indonesia, mohon perbarui detil informasi akun Anda dengan mengunjungi laman Alamat Penagihan dan Alamat Kontak pada perangkat penagihan AWS.”
  3. “Jika akun AWS Anda beralamat di Indonesia, dan Anda memiliki NPWP yang masih berlaku, mohon perbarui detil akun Anda dengan mengunjungi laman Pengaturan Pajak pada perangkat penagihan AWS. Efektif sejak Agustus 2020, faktur pajak cetak yang mencantumkan NPWP dan nama resmi usaha Anda akan kami keluarkan untuk memungkinkan Anda melakukan pengembalian PPN. AWS akan mengenakan PPN sebesar 10% dan membayarkannya kepada pihak yang berwenang. Apabila Anda merupakan rekanan atau memiliki beberapa akun yang terkait, pastikan untuk masuk dalam laman Pengaturan Pajak untuk memperbarui seluruh akun Anda dengan mencantumkan NPWP yang masih berlaku.”
  4. “Jika akun AWS Anda beralamat di Indonesia dan Anda tidak memiliki NPWP, Anda tidak perlu melakukan apa-apa. AWS akan mengenakan PPN sebesar 10%.”
Categories
Umum

Siap Kembali ke Normal Lagi?

Karena kebijakan pemerintah Indonesia yang melonggarkan aturan terkait pembatasan sosial, yang entah dengan parameter atau pertimbangan yang mana — mungkin pertimbangan ekonomi adalah faktor utamanya — sepertinya suka atau tidak tinggal bagaimana masyarakat menyikapinya.

Sulit sebenarnya untuk tidak membandingkan bagaimana penanganan pandemi Covid-19 di Indonesia dengan negara lain. Memang sih, ada hal-hal yang sebaiknya tidak perlu dibanding-bandingkan. Tapi, karena ini sifatnya global, agak sulit untuk tidak membandingkan.

Dua hari lalu, Selandia Baru mengumumkan untuk membuka diri dengan lebih luas. sejak mereka melakukan lockdown mulai 25 Maret 2020 lalu. Negara ini menurunkan sistem peringatan menjadi Tingkat 1 (Level 1) dari standar peringatan Tingkat 4 dari yang mereka punya.

Kegiatan ekonomi mulai berjalan dengan normal, tidak ada jaga jarak. Mungkin bisa dibilang mendekati normal.

Tapi, semua itu dilakukan setelah lebih dari dua minggu tidak ditemukan kasus positif baru Covid-19.

While we’re in a safer, stronger position, there’s still no easy path back to pre-Covid life, but the determination and focus we have had on our health response will now be vested in our economic rebuild.

Jacinda Ardern, Perdana Menteri Selandia Baru

Melihat video dan berita tentang Selandia Baru, rasanya kok senang ya. Walaupun, itu tidak terjadi di negara tercinta ini. Ada kepedulian dari negara, ada peran serta masyarakat yang begitu terasa. Suka saja gitu.

Kembali ke Indonesia…

Grafik penambahan kasus per hari sepertinya belum ada terlihat menurun atau melandai. Yang ada, malah tambah banyak. Di saat sudah mulai digadang-gadang untuk memasuki normal baru, pada 9 Juni 2020 jumlah kasus terkonfirmasi malah menunjukan angka tertinggi, 1.043 kasus.

Tentu saja, kondisi Selandia Baru tidak begitu saja dijadikan benchmark. Demografi berbeda, jumlah penduduk berbeda, pemahaman tentang kesehatan dan sanitasi juga berbeda, kebijakan politik berbeda, dan masih banyak “berbeda” yang lainnya.

Tidak semua orang memiliki kemewahan yang sama untuk dapat bekerja dari rumah. Bahkan, mungkin jumlah orang yang benar-benar bisa berada di rumah, dengan segala macam kebutuhan hidup “terkirim ke rumah” juga jumlahnya lebih banyak.

Kantor mulai buka walaupun terbatas. Tempat publik yang memicu keramaian, juga mulai dibuka, dengan protokol yang ada yang keberhasilannya ditentukan oleh masyarakat sendiri.

Menurut saya, siap atau tidak seiap dengan “normal baru” ini lebih kepada bagaimana kita mengelola risiko. Kalau dirasa ada risiko yang cukup besar, tentu hal yang bijaksana adalah bagaimana kita menghindari atau meminimalkan dengan sebaik-bainya.

Kalau memang tidak harus bepergian, untuk keperluan yang benar-benar penting, mungkin bisa dibatalkan, atau dikelola waktunya — jika waktu bisa lebih fleksibel. Saya beberapa minggu lalu juga kadang masih harus ke supermarket. Tapi, waktunya saya kondisikan ketika di jam-jam tidak sibuk. Tentu saja, bersyukur karena memiliki fleksibilitas itu.

Categories
Umum

Belanja Melalui Alfacart dari Alfamidi

Setelah mencoba belanja melalui layanan antar KlikIndomaret beberapa kali berjalan dengan baik, saya sekalian mencoba layanan sejenis. Kali ini, Alfacart dari Alfamart. Selain dengan Alfamart, produk-produk dari Alfacart ini juga berasal dari Alfamidi.

Kebetulan, gerai Alfamart dan Alfamidi juga tidak jauh dari tempat tinggal saya. Jadi, ada lagi alasan untuk mencobanya.

Belanja dan Pengantaran

Walaupun tidak membandingkan secara detil, tapi ketersediaan produk di Alfacart ini serasa lebih lengkap. Tentu saja, kalau gerai Indomaret dibandingkan dengan Alfamidi, tentu Alfamidi — karena selayaknya supermarket — memiliki produk yang lebi lengkap.

Saya juga berbelanja melalui aplikasi Alfacart untuk Android.

Tidak ada yang begitu istimewa, seluruh fungsi untuk mendapatkan pengalaman belanja juga tersedia. Kalau di KlikIndomaret pilihan pembayaran saya menggunakan transfer melalui BCA Virtual Account, di Alfacart ada pilihan pembayaran menggunakan GoPay. Kalau belanja langsung di Alfamidi, GoPay selalu menjadi pilihan pembayaran. Mudah, cepat, dan non tunai.

Saya tidak tahu apakah ada faktor tertentu yang memengaruhi kecepatan pengiriman. Dalam pengalaman saya pemesanan di hari Minggu, pukul 13:15 WIB pesanan sampai ke rumah sekitar pukul 15:30 WIB. Menurut saya, ini tidak mengecewakan sama sekali. Apalagi memang tidak terlalu terburu-buru.

Saya dibebaskan dari biaya pengiriman untuk transaksi sebesar Rp128.000,- setelah dipotong diskon.

Not bad at all…

Categories
Umum

Menutup Kartu Kredit BNI

Beberapa hari lalu, saya memutuskan untuk menutup kartu kredit BNI yang sudah saya miliki beberapa tahun terakhir ini. Alasannya karena saya sudah hampir tidak menggunakannya lagi, dan ini salah satu cara untuk lebih menyederhanakan keseharian saya.

Proses penutupan saya lakukan di salah satu kantor cabang BNI. Sebenarnya saya berencana untuk melakukan penutupan melalui call center saja, tapi saya hampir tidak bisa terhubung ke call center BNI melalui ponsel saya.

Terlalu banyak tawaran telemarketing BNI

Selain alasan karena sudah jarang digunakan, ada alasan lainnya yaitu terlalu banyaknya kontak telemarketing BNI yang menawarkan berbagai macam layanan. Sebenarnya, melalui aplikasi Truecaller setiap ada penawaran dari BNI, saya sudah dapat alert. Sialnya, yang menawarkan promosi mulai dari limit baru, atau fasilitas lainnya nomor berganti-ganti.

Saya pernah tanyakan perihal ini, dan jawabannya karena nomor ponsel saya — yang terhubung ke nomor kartu kredit — bisa dijadikan dalam daftar untuk dihubungi oleh telemarketing semua BNI. Apakah bisa dikeluarkan dari daftar? Katanya bisa, dan yang perlu diinfokan adalah berapa nomor kartu kredit yang saya gunakan — karena nomor ponsel ada disitu.

Categories
Umum

Top-up Saldo OVO dari Kartu Debit

Setelah dulu menggunakan OVO untuk membayar parkir, saya menggunakannya untuk beberapa transaksi lain walaupun tidak sering. Akhir-akhir ini, OVO lebih sering saya gunakan untuk pembayaran transaksi Grab. Kenapa? Di Grab, ini adalah salah satu pilihan untuk cashless (selain kartu kredit) dan juga memanfaatkan promonya juga.

Ternyata, sudah saatnya menambah saldo. Ada beberapa pilihan untuk tambah dana yaitu melalui ATM/Internet Banking, Minimarket, atau menggunakan kartu debit.

Melalui internet banking mungkin paling mudah. Sayangnya, token KeyBCA saya sedang tidak dapat digunakan. Setelah beberapa hari lalu mencari, hari ini baru ketahuan kalau ternyata masuk ke mesin cuci. Ke ATM, sedikit ribet karena harus pergi keluar, apalagi ke minimarket.

Lalu, saya coba untuk pilihan kartu debit. Untuk kartu debit, tertulis “Saat ini kami hanya menerima kartu debit yang sudah aktif 3D Secure”. Jadi, selanjutnya hanya perlu memilih dari pilihan nominal (Rp100.000, Rp200.000 atau Rp500.000). Diikuti dengan memasukkan nomor kartu, masa berlaku kartu dan 3 angka keamanan (CVV).

Setelah saya lihat, ternyata kartu debit CIMB Niaga Master Card saya ada informasi tersebut. Saya coba memasukkan informasinya, dan selesai. Sama seperti kalau melakukan pembayaran menggunakan kartu kredit. Seluruh proses transaksi selesai, saldo langsung bertambah. Tidak ada biaya tambahan yang dibebankan untuk transaksi ini.

Categories
General

On Tokopedia Electricity Credit

I tried to purchase electricity token credit from BCA internet banking service. But, it didn’t work. My transaction could not be processed. Lucky that Tokopedia — one of the  Indonesia marketplaces — is available for electricity token credit. The order process was simple. After having the order under my internet banking account, I made the payment. And, within seconds I had my order status to “Paid”. Great.

Wait… not so great. The thing was that the token credit was not available yet. It was because of the system policy that “An order made between 11PM until 1AM will be processed (automatically) after 1AM”. Meh.

Categories
General

Marketplace by Facebook

Marketplace by Facebook: buying and selling with each other

To help people make more of these connections, today we’re introducing Marketplace, a convenient destination to discover, buy and sell items with people in your community. Marketplace makes it easy to find new things you’ll love, and find a new home for the things you’re ready to part with. We’ll continue to build new options and features to make this the best experience for people.

In this initial release, Marketplace will be available in the US, UK, Australia, and New Zealand on the Facebook app for iPhone and Android. And, it will be only available for users over 18 years old.