Categories
Umum

Clubhouse

Foto oleh Papa Yaw via Pexels

Saya bukan termasuk pengguna awal aplikasi Clubhouse yang di bulan Februari 2021 ini menjadi sangat populer. Paling tidak, di linimasa media sosial yang saya gunakan seperti Twitter dan Instagram, banyak berseliweran konten atau cuitan mengenai Clubhouse.

Dan, baru di pertengahan Februari lalu saya menginstal aplikasi ini. Jadi, karena (saat ini) aplikasi ini hanya tersedia di untuk platform iOS, sedangkan ponsel utama saya justru dengan sistem operasi Android, jadi saya tidak terlalu sepenasaran itu. Apalagi, saat ini memang masih dalam tahap invite only.

Akhirnya, saya instal Clubhouse di iPad saya. Dan, ternyata saya sudah semacam diundang terlebih dahulu oleh salah seorang pengguna awal Clubhouse. Jadi, begitu saya daftar, saya malah langsung punya akun aktif.

Saya eksplorasi dan akhirnya bergabung dalam beberapa diskusi. Menarik sebelumnya, karena seolah mencari tongkrongan secara virtual — dan hanya audio saja. Dan, menarik juga. Saya belum ketemu “tongkrongan wajib”, tapi sudah ada beberapa ‘room’ yang sepertinya menarik untuk diikuti.

Sudah bergabung? Saya ‘thomasarie’ di Clubhouse.

Categories
Umum

Hotel Sebagai Alternatif Tempat Bekerja di Luar Kantor atau Rumah

Ilustrasi foto oleh Arina Krasnikova via Pexels

Selama hampir satu tahun berada dalam masa pandemi — dan entah sampai kapan pandemi ini akan berakhir — saya memang beberapa kali memutuskan untuk berada di luar rumah, untuk bekerja. Tentu, dibandingkan dengan masa sebelum pandemi, aktivitas ini sangat berkurang.

Saya coba hitung, kalau tidak salah, secara total saya hanya pernah empat kali duduk di tempat yang memungkinkan saya untuk bekerja — membuka laptop. Namun, itupun belum tentu saya bekerja dan dalam periode waktu yang tidak terlalu lama (tidak sampai seharian).

Selain di warung kopi — yang didesain dan dikelola untuk sekaligus menjadi coworking space — saya akhirnya juga kadang bekerja dari hotel. Agak berbeda memang, karena bagi saya hotel dari dulu bukan opsi utama jika ingin sekadar duduk, membuka laptop, lalu bekerja.

Bekerja dari Hotel

Lebih tepatnya, ini memanfaatkan fasilitas restoran yang tersedia di hotel. Setelah beberapa waktu lalu saya melihat kalau Prime Plaza Hotel Yogyakarta menawarkan semacam Work From Hotel, saya akhirnya mencobanya.

Catatan

Seluruh cerita terkait dengan pengalaman menggunakan layanan/area di Prime Plaza Hotel Yogyakarta (PPH Yogyakarta) merupakan pengalaman pribadi, dan tidak memiliki afilitasi/kerjasama dengan pihak hotel. Semua biaya yang muncul merupakan biaya pribadi. Pengalaman berbeda mungkin terjadi, dan saya mendorong untuk mengkonsultasikan dengan pihak hotel, jika diperlukan. Semua foto merupakan koleksi pribadi.

Paket “Work From Hotel” ini sebenarnya merupakan sebuah alternatif terkait dengan pemesanan makanan di hotel. Secara prinsip, tanpa harus menggunakan opsi paket “Work From Hotel (WFH)” , tetap bisa saja memesan makanan dari resto, untuk dinikmati di area resto, dan mulai bekerja di tempat yang tersedia.

Untuk kunjungan pertama, saya coba paket seharga Rp55.000. Secara umum, ada beberapa pilihan “paket” yang dapat dipilih sesuai selera, yaitu:

  1. Kopi/teh dan snack, seharga Rp55.000
  2. Kopi/teh, snack dan makan siang, seharga Rp75.000
  3. Coffee break, makan siang, meeting room, seharga Rp100.000

Harga tersebut adalah harga termasuk pajak. Dan, ini dapat digunakan selama jam operasional hotel yaitu setiap hari (termasuk Sabtu dan Minggu), mulai pukul 07.00-23.00 WIB. Informasi lebih lengkap bisa dilihat di https://work-from-hotel.web.app, tapi tetap ada baiknya juga menghubungi narahubung melalui WhatsAppp.

Jam operasional hotel ini lebih memberikan fleksibilitas. Walaupun saya memanfaatkan di jam kerja saja, dan tidak seharian penuh juga pada akhirnya.

Setelah saya menghubungi narahubung ke WhatsApp sekadar konfirmasi layanan ini, saya datang ke lokasi, dan saat itu sekitar pukul 11.00 WIB. Untuk prosedur masuk ke hotel, masih sama dengan sewaktu kali pertama saya datang sekitar dua bulan lalu.

Setelah memarkir kendaraan saya, saya menuju ke area lobi untuk pemeriksaan suhu, menggunakan hand sanitizer dan memindai QR Code yang perlu saya isi sebagai tamu. Pengisian data ini menggunakan Google Form. Area parkir roda dua dan empat tersedia di bagian depan dan sangat luas menurut saya. Oh ya saya masuk melalui pintu masuk utama di Jl. Affandi.

Oleh petugas di lobi, saya ditanyai ada keperluan apa/mau kemana, saya sampaikan mau ke restoran. Dan, selanjutnya lancar saja. Saya sempatkan ke resepsionis, dan diarahkan untuk langsung saja ke area Colombo Pool Terrace, yaitu restoran yang semi outdoor, yang lokasinya ada di samping kolam renang.

Petugas restoran menyambut saya dengan ramah, dan sepertinya cukup well-informed bahwa ada tamu yang datang untuk “Work From Hotel”. Saya ambil tempat duduk agak di pinggir. Saya amati sekilas untuk akses ke colokan listrik juga tersedia di bawah meja.

Saya tidak punya ekspektasi untuk minuman atau snack yang saya dapatkan untuk harga Rp55.000 yang saya bayarkan. Jadi ya tunggu saja. Setelah saya duduk, beberapa saat kemudian saya diinformasikan mengenai akses internet yang bisa digunakan, dan selanjutnya saya ditawarkan apakah mau minum teh atau kopi. Siang itu, saya merencanakan mungkin akan berada disana sekitar 2-3 jam saja. Jadi apapun yang disajikan saya perkirakan cukup untuk menemani saya siang itu.

Akhirnya saya tidak jadi membuka laptop, dan bekerja dari iPad saya. Untuk minuman, saya memilih kopi — yang akhirnya kopi ini bisa untuk porsi dua gelas. Kopinya sendiri merupakan black coffee, dimana ini sesuai dengan ekspektasi saya. Mungkin jika ingin yang selain kopi, bisa memilih teh, yang sepertinya penyajian juga hampir sama. Snack dan sedikit cemilan cukup untuk menemani kopi dan waktu bekerja.

Pengalaman pertama saya untuk mencoba alternatif tempat bekerja di hotel kali ini cukup menarik. Saat saya datang, ada beberapa tamu hotel atau pengunjung yang sedang ada di area restoran. Tapi, karena area cukup luas dan penataan meja/kursi cukup lapang, jadi ya tidak masalah juga. Oh ya, karena area ini semi outdoor, jadi untuk yang mungkin membutuhkan tempat merokok, area ini cukup baik. Ya, walaupun saya sudah tidak merokok juga. Ada sebenarnya pilihan untuk area restoran yang indoor dengan AC. Tapi, saat itu saya memagn lebih tertarik yang semi outdoor.

Categories
Umum

Pengalaman Pengembalian dan Penggantian Pembelian Barang di Tokopedia

Dari sekian banyak transaksi pembelian barang di situs-situs niaga-el (marketplace) seperti Tokopedia, Shopee dan kadang Blibli (situs lain seperti Bukalapak, Lazada, dan niaga-el saya jarang gunakan), di awal tahun 2021 ini untuk kali pertama saya melakukan pengajuan penggantian barang.

Hal ini terjadi karena produk lampu yang saya beli di Tokopedia tidak berfungsi dengan baik. Ketika kali pertama saya buka, lalu menyalakan, tidak ada aliran listrik sama sekali. Saya langsung kontak penjual, dan agak pesimis kalau ini akan bisa dilakukan penggantian. Karena sejak kali pertama saya buka, saya memang tidak mendokumentasikannya.

Foto oleh Keagan Henman via Unsplash

Harga barangnya sendiri sekitar Rp60.000. Sempat terpikir untuk saya perbaiki sendiri saja. Namun, ada risiko kalau malah rusak sama sekali. Kondisi barang ketika saya terima sebenarnya dalam kondisi yang sangat baik. Bungkus sangat aman, bahkan dibungkus dengan semacam pipa karton tebal bekas gulungan kain. Ternyata, oleh penjual setelah saya kirimkan beberapa foto, penjual menawarkan untuk melakukan penggantian barang, dengan terlebih dahulu saya diminta untuk mengirimkan kembali barang tersebut.

Saya mengiyakan.

Semua proses ini saya lakukan melalui aplikasi Tokopedia, melalui menu adukan keluhan. Singkatnya, setelah mengirimkan barang melalui kurir, saya tinggal perlu menuliskan informasi resi, sebagai konfirmasi bahwa barang telah terkirim.

Barang pengganti

Saya cukup beruntung karena sejak awal penjual memberikan respon yang baik. Beberapa hari setelah saya kirimkan barang ke penjual, saya mendapatkan resi baru melalui pusat resolusi keluhan.

Secara umum, proses berjalan baik. Soal ongkos kirim, sebenarnya ada opsi untuk saya melakukan klaim ongkos kirim ke pihak Tokopedia, ada opsi untuk kebutuhan ini. Namun, saya ikhlaskan saya untuk ongkos kirim yang saya keluarkan, karena awalnya barang juga sudah saya terima tanpa ada biaya kirim.

Catatan

Walaupun menyebutkan Tokopedia, tulisan ini merupakan pengalaman pribadi, bukan artikel bersponsor. Walaupun, jika ada yang ingin menawarkan sponsored post, saya juga terbuka :)

Categories
Umum

Perbaikan Masalah MacBook Pro Tidak Bisa Mengisi Daya

Awal Januari ini, akhirnya setelah sekitar 1 bulan MacBook Pro saya harus ke servis, MacBook Pro saya sudah kembali ke tangan saya dengan kondisi baik. Masalah yang muncul terkait dengan daya yang tidak masuk melalui charger. Jadi, ketika diisi daya, MacBook tidak merespon sama sekali.

Awalnya, saya ingin sekalian melakukan penggantian baterai. Tapi, sepertinya ada sedikit kesalahpahaman informasi yang mengakibatkan baterai ternyata tidak diganti. Walaupun kondisinya memang sudah tidak ideal, tapi setelah saya terima, daya tahan baterai masih bisa dibilang mencukupi. Apalagi, saya hampir selalu bekerja di rumah, jadi tidak ada kebutuhan spesifik harus bekerja di laptop tanpa charger.

Soal biaya, pengecekan dan perbaikan kemarin biaya Rp1.650.000,-.

Categories
Umum

Biaya Denda Kekurangan Dana di Layanan Jenius BTPN

Walaupun sudah lebih dari satu tahun saya memiliki akun Jenius, sampai saat ini Jenius masih belum menjadi pilihan utama untuk urusan terkait perbankan. Bagi saya, berpindah layanan perbankan bukan sebuah keputusan yang cukup mudah dilakukan. Ini juga terkait dengan perubahan pola/cara saya dalam bertransaksi yang makin hari ternyata makin banyak menggunakna e-wallet seperti GoPay, OVO, Dana, dan ShopeePay.

Untuk layanan perbankan, saya masih menggunakan BCA dan CIMB Niaga sebagai akun utama.

Bagaimana layanan Jenius?

Karena tidak terlalu aktif menggunakannya, bahkan sepertinya saya lebih banyak menggunakan karena beberapa rekan sudah cukup lama perlu melakukan transfer dana ke saya melalui Jenius. Untuk transaksi lain seperti pembayaran menggunakan kartu fisik, atau transaksi digital, hampir tidak pernah saya gunakan.

Beberapa kartu tambahan yang saya miliki hampir tidak pernah saya gunakan. Tentu saja ini efek dari bahwa saya cenderung lebih memilih untuk cardless.

Jadi, bukan berarti layanan atau fitur Jenius jelek, tapi memang sepertinya tidak cocok untuk saya. Kartu Jenius bisa langsung dipakai untuk pembayaran MRT di Singapura, atau memudahkan dalam penarikan uang tunai di ATM selama di luar negeri. Tapi, sejak saya punya kartu ini, otomatis hal tersebut saya tidak gunakan sama sekali karena memang tidak ada keperluan ke luar negeri.

Kalau tentang mobile application, saya cuma merasakan kalau kecepatan aplikasi Jenius belum dapat dibandingkan dengan aplikasi perbankan lain. Di linimasa Twitter — walaupun ini tidak sepenuhnya bisa dijadikan acuan — banyak keluhan kalau aplikasi lambat, dan tak jarang tidak dapat digunakan karena data tidak muncul dengan sempurna.

Categories
Umum

Mengganti Sendiri Kunci Immobilizer Honda Mobilio yang Rusak/Pecah

Kedua kunci mobil kendaraan yang saya pakai beberapa waktu lalu dalam kondisi yang kurang beruntung. Salah satu kunci sudah dalam keadaan cukup parah, sehingga ketika pemakaian harus cukup berhati-hati. Kunci cadangan juga ada, dan dalam kondisi yang agak mendingan.

Saya baca-baca, sepertinya banyak yang mengalami kasus serupa. Memang sih, kali pertama saya gunakan, kunci memang sudah dalam kondisi yang tidak sempurna, karena saya beli mobil second-hand. Kunci cadangan saat itu hitungannya juga masih dalam kondisi baik.

Karena pemakaian, dan kadang juga dalam kondisi masuk kantong, atau tidak sengaja agak diduduki, dan lain sebagainya, jadilah makin rusak parah.

Penggantian

Saya sempat tanya ke beberapa tukang kunci untuk penggantian semacam ini bagaimana. Tapi, harganya sangat mahal. Mungkin dikiranya sampai saya ganti penuh, padahal sebenarnya lebih ke masalah casing-nya saja. Saya coba cari informasi di internet, ternyata solusi versi murah ada juga. Jadi, saya memilih cara yang lebih murah saja saat ini. Jadi, karena hanya soal penggantian sisi luar, bukan bagian “chip”-nya, ada dua opsi:

  1. Beli casing saja, pasang kunci lama ke casing
  2. Beli casing dan badan kunci (logam), lalu bawa ke tukang kunci untuk duplikat

Untuk belinya, ada cukup banyak di situs niaga-el seperti Shopee atau Tokopedia. Harga juga bervariasi. Mulai dari yang paling murah sekitar Rp20.000,- sampai sekitar Rp100.000,- tergantung bahan juga.

Saya ambil opsi pertama, karena cukup praktis. Cukup buka kunci dengan obeng plus yang kecil, pindahkan seluruh bagian di kunci lama ke casing baru, selesai. Opsi kedua sebenarnya juga menarik, tapi saya tidak tahu harga duplikat ke tukang kunci. Karena ini duplikat kunci mobil, siapa tahu harga jadi lebih mahal (walaupun semua bahan dari kita sendiri). Opsi kedua — walaupun ini mungkin saja hasilnya malah lebih awet — secara harga mungkin jadi sedikit lebih mahal. Plus, harus pergi ke tukang kunci.

Saat ini, sepertinya dengan cara seperti ini sudah cukup.

Categories
Umum

iPad Menggantikan Laptop MacBook Pro (untuk Sementara)

Mulai hari Senin lalu, saya akhirnya akan mencoba untuk menggunakan iPad sebagai piranti utama saya untuk bekerja, menggantikan laptop MacBook Pro saya yang saat ini ada di service center karena kendala terkait baterai.

Jadi, MacBook saya yang sudah berumur tujuh tahun lebih tersebut tidak dapat diisi daya. Sebenarnya kejadian sudah agak lama. Terakhir, pengisian daya sudah sangat lambat, dan indikator baterai menampilkan tulisan “Service Recommended”. Puncaknya, ketika satu atau dua minggu lalu mati listrik, posisi baterai sudah benar-benar hampir habis.

Masih bisa saya hidupkan, tapi indikator baterai selalu dibawah 10%, dan tetap tidak mau diisi baterai. Saya sempat juga ganti charger, tapi tidak berhasil juga. Jadilah, akhir pekan lalu benar-benar laptop tidak bisa menyala.

Saya sempatkan cek riwayat service sebelumnya, kali terakhir melakukan penggantian baterai ternyata sudah sekitar empat tahun lalu. Karena memang saya butuh untuk laptop saya berfungsi normal, saya putuskan untuk melakukan penggantian baterai di salah satu gerai service produk Apple di Yogyakarta bagian utara. Ketika saya serahkan, saya minta untuk dilakukan pengecekan terlebih dahulu. Apakah ini murni karena butuh ganti baterai, atau ada sebab lain. Ya, mungkin bisa dimaklumi karena laptop tersebut sudah cukup berumur.

Apakah iPad sanggup menggantikan MacBook Pro?

iPad yang saya miliki sering saya gunakan untuk kegiatan bekerja, namun banyak fokus untuk mengetik, dan membalas surel. Untuk aktivitas menggunakan aplikasi di Google Workspace (Docs, Sheets, Calendar, Slides), Trello, Telegram, dan lainnya di peramnah, tidak ada masalah sama sekali. Untuk menggunakan aplikasi seperti Microsoft Word, Microsoft Excel, dan Powerpoint juga tidak ada masalah sama sekali.

Mungkin sedikit masalah ketika saya harus masuk ke text editor, atau aplikasi seperti Sequel Pro, dan aplikasi penyuntingan gambar yang walaupun sederhana, tapi tetap saya perlu gunakan. Oh ya, untuk aplikasi misalnya Microsoft Excel, di laptop saya cukup sering untuk membuka dua berkas sekaligus. Hal ini masih cukup mudah dilakukan di iPad, paling tidak saat ini.

Untuk rencana servis, diperkirakan mungkin bisa sampai dua minggu, tergantung nanti hasil pengecekan. Tapi, karena baterai juga harus pesan dulu, jadi paling cepat diperkirakan prosesnya satu minggu saja.

Ya, mari kita lihat seminggu ini.

Categories
Umum

‘iPad is disabled’ dan Instal Ulang

Sesampai di Jakarta pada hari Minggu lalu, saya baru menyadari bahwa ada masalah di iPad saya. Ketika saya buka, ada tulisan “iPad is disabled. Connect to iTunes”. Padahal, seingat saya terakhir kali, iPad tidak ada masalah sama sekali. Kali terakhir adalah malam sebelum saya berangkat ke Jakarta, saya tutup iPad saya bersama dengan Smart Keyboard Folio, lalu saya masukkan tas.

Barulah ketika saya sampai di Jakarta, dan sudah agak malam, saya baru membuka kembali iPad saya. Bukan saat yang tepat untuk mengalami masalah ini, apalagi saya sedang berada di Jakarta.

Penyebab

Saya tidak tahu pasti apa penyebabnya, tapi kemungkinan besar adalah karena terlalu sering terjadi kesalahan passcode. Ini paling masuk akal, dan ada dua kemungkinan kenapa ada pengisian passcode yang salah dalam frekuensi yang banyak — kalau sampai 10 kali berturut-turut, memang iPad akan dalam kondisi disabled untuk alasan keamanan.

Pertama, bisa jadi karena anak saya sempat bermain dengan iPad. Jadi, tanpa sepengetahuan saya sempat memencet papan ketik dan memasukkan passcode yang salah sampai akhirnya iPad disabled. Kemungkinan kedua, bisa jadi karena selama di dalam tas, ada kondisi iPad yang ada dalam tas terguncang. Ya, karena saya memang mengendari mobil, dan tas berisi iPad tersebut saya letakkan di bagasi.

Intinya: iPad tidak bisa dipakai, dan sesegera mungkin masalah ini diatasi.

Terhubung ke iTunes?

Sebenarnya, menghubungkan perangkat seperti iPad atau iPhone ke MacBook yang saya miliki tidak ada masalah selama ini. Masalahnya saat ini adalah, iPad saya menggunakan konektor USB Type-C, sedangkan Macbook saya masih menggunakan USB biasa. Apalagi, sejak kali pertama saya beli, saya memang belum pernah mengkoneksikan iPad ke MacBook dengan kabel.

Saya sempat mencoba kemungkinan untuk pinjam kabel supaya iPad saya dapat terhubung ke MacBook. Tapi, ini juga bukan perkara mudah. Apalagi, selama ini tidak semua aksesories non-Apple bisa berjalan begitu saja. Beberapa teman menawarkan untuk meminjamkan kabel USB ke USB Type-C. Tapi, setelah saya pikir-pikir, sepertinya kecil kemungkinan untuk berhasil.

Dan, salah seorang teman saya juga bilang kalau solusinya ya memang cuma harus restore atau instal ulang. Pilihan saya jelas instal ulang, karena saya memang tidak pernah melakukan backup ke MacBook. Tapi, karena hampir semua berkas sudah tersinkronisasi ke beberapa layanan berbasis awan, jadi saya tidak terlalu khawatir.

Instal Ulang

Saya segera cari dimana lokasi saya bisa melakukan instal ulang iPad saya keeseokan harinya, sepagi mungkin. Saya lihat opsinya ada di Plaza Indonesia atau Grand Indonesia.

Senin pagi, akhirnya saya meluncur ke Plaza Indonesia terlebih dahulu. Setelah memarkir kendaraan di basement, saya menuju ke pintu masuk dari arah tempat parkir. Saat itu waktu menunjukkan pukul 10 pagi, lebih sedikit. Saya pikir sudah buka. Ternyata, satpam bilang belum buka kalau mau ke salah satu service center yang saya sebutkan. Saya diminta datang saja nanti pukul 11.00 WIB. Duh!

Saya coba ke Grand Indonesia, dan hasilnya kurang lebih sama. Karena tidak banyak lokasi lain yang saya ketahui, akhirnya saya putuskan ke Ratu Plaza. Kali terakhir ke sana dulu untuk urusan servis MacBook. Jadi siapa tahu disana sudah buka.

Sekitar 10.30 WIB, saya sampai sana. Gerai servis yang saya ingin tuju ternyata belum buka. Saya lihat dari luar sepertinya masih bersiap, dan memang tertulis baru buka pukul 11.00 WIB. Ada juga gerai servis produk Apple yang lain, tapi namanya bagi saya kurang familiar. Tapi, dari secara tampilan sangat meyakinkan. Dan, yang paling penting adalah gerai tersebut sudah buka!

Jadilah saya putuskan ke gerai tersebut. Saya langsung sampaikan apa mau saya, dan untuk dapat diproses instal ulang saja. Setelah pencatatan pemesanan layanan, saya diinfokan mungkin sekitar 30-45 menit saja. Bisa ditunggu, atau ditinggal kalau sudah selesai saya akan dikabari.

Saya memilih untuk berjalan-jalan saja sebentar di area Ratu Plaza. Tidak banyak yang bisa dilihat, tapi ya daripada saya hanya menunggu saja. Benar saja, sekitar 30 menit setelahnya saya dihubungi oleh gerai tersebut, yang menginfokan kalau proses telah selesai dan iPad dapat diambil. Oh ya, untuk biayanya sebesar Rp150.000,-. Harga yang oke juga menurut saya.

Masih di lokasi gerai tersebut, saya juga menumpang untuk mengunduh aplikasi-aplikasi yang saya butuhkan di iPad saya tersebut. Beruntung, koneksi yang ada di sana cukup kencang, jadi hanya beberapa menit saja saya mengunduh aplikasi yang sebelumnya ada di iPad saya. Setelah saya rasa cukup, akhirnya saya kembali ke tempat saya menginap, melewati Jalan Sudirman menjelang jam makan siang.

Categories
Umum

Perjalanan ke Jakarta dari Yogyakarta Menggunakan Kendaraan Pribadi Melalui Tol Trans Jawa

Puji Tuhan, perjalanan dari Yogyakarta menuju Jakarta menggunakan kendaraan pribadi hari Minggu yang lalu berjalan dengan lancar. Untuk pertama kali, dengan menggunakan kendaraan pribadi saya merasakan perjalanan melalui tol.

Tarif Tol Yogyakarta – Jakarta

Saya masuk ke tol melalui Boyolali dan keluar di Cikampek, lalu masuk ke tol dalam kota dan keluar di Tomang. Bersyukur, sepanjang perjalanan, seluruh proses pembayaran dengan e-money berhasil dengan baik, tanpa kendala apapun.

Pintu masuk Tol Boyolali

Cuma, bukti pembayaran tidak bisa saya dapatkan semuanya. Karena kadang tidak muncul langsung — atau memang tidak ada — dan daripada terlalu menunggu sementara sering di belakang saya ada antrian kendaraan lain.

Kalau merujuk ke situs Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT) di bpjt.pu.go.id/tarif, tarif dari Yogyakarta ke Jakarta, masuk melalui pintu masuk Boyolali adalah Rp431.000

Restarea

Karena perjalanan kali ini saya tidak ada keharusan datang dengan segera, apalagi perjalanan juga hari Minggu, jadi saya tidak terlalu terburu-buru. Restarea yang ada di sepanjang jalan tol juga saya singgahi. Saya agak lupa berapa kali berhenti di restarea, tapi secara umum, kondisi restarea cukup baik dengan fasilitas yang baik pula.

Untuk setiap restarea, saya memutuskan untuk tidak keluar membeli makanan, karena sengaja saya sudah membawa bekal. Jadi sekadar untuk istirahat sebentar, berjalan-jalan sebentar.

Oh ya, untuk fasilitas umum, semua gratis. Secara umum gerai makanan, termasuk minimarket tersedia dengan lengkap. Jadi, kebutuhan istirahat dan juga makan jika diperlukan, dapat dengan mudah terfasilitasi di restarea yang tersedia. Untuk toilet juga tersedia cukup banyak, dengan kebersihan yang baik. Paling tidak, air terus mengalir. Untuk semua fasilitas umum seperti parkir dan toilet, tidak ada biaya sama sekali.

Bahan Bakar Kendaraan

Honda Mobilio dengan transmisi otomatis yang saya gunakan saya isi penuh dengan Pertalite dan dari Yogyakarta. Baru saya isi kembali ketika akan memasuki Jakarta dalam kondisi penanda bahan bakar sudah tersisa dua strip. Saya tidak tahu persisnya habis berapa, tapi sekitar full tank lebih sedikit. Mungkin tambahannya sekitar Rp80.000-an. Selama perjalanan juga, puji Tuhan kendaraan tidak ada masalah.

Kebutuhan bahan bakar ini dengan kondisi saya memang tidak mecu kendaraan saya selalu dengan kecepatan tinggi. Rata-rata saya hanya memacu kendaraan di kecepatan antara 100-120 km/jam. Ya, walaupun sesekali di kondisi tertentu karena jalanan sepi saya sempat melaju dengan kecepatan 140 km/jam selama beberapa menit.

Sampai di Jakarta

Saya sampai di tujuan akhir saya di daerah Jakarta Pusat sekitar pukul 14.30 WIB. Memang kalau dari hitungan jam berangkat, terasa perjalanan sangat panjang. Namun, hal ini karena saya memang sering berhenti di rest area untuk sejenak beristirahat, dan juga karena saya jalan agak santai.

Tapi, secara keseluruhan untuk perjalanan pertama kali ke Jakarta menggunakan kendaraan pribadi, sendiri tanpa ada pengemudi/teman yang menggantikan bawa kendaraan, perjalanan kemarin cukup menyenangkan.

Categories
Umum

Menengok Protokol Kesehatan COVID-19 di Prime Plaza Hotel Jogjakarta

Selama pandemi, salah satu tempat publik (tertutup) yang sering saya kunjungi adalah supermarket untuk keperluan berlanja, baik yang lokasinya berdiri sendiri atau menjadi satu dengan area lain seperti yang ada di dalam mall.

Khusus untuk area seperti hotel, saya hampir tidak pernah mengunjungi. Apalagi selama pandemi ini saya juga tidak pernah melakukan perjalanan ke luar kota, yang mengharuskan saya harus menginap di hotel. Setelah berbulan, dengan berbagai perkembangan, pelaku bisnis sudah banyak melakukan adaptasi kebiasan baru — saya lebih suka istilah “kebiasaan baru” dibandingkan dengan new normal sebenarnya.

Hotel sebagai salah satu komponen penting dalam dunia pariwisata juga melakukan adaptasi. Tentu, ini tidak mudah, tapi kalau tidak beradaptasi, mau jadi apa?

Karena sebuah keperluan, beberapa hari lalu saya mengunjungi Prime Plaza Hotel Jogjakarta, sebuah hotel bintang 4 yang ada di Jl. Affandi. Sudah sangat lama sejak terakhir kali saya menginap di tempat ini. Dan, kunjungan terakhir saya kesana kalau tidak salah tahun lalu, sebelum pandemi untuk sebuah acara yang saat itu hanya memakai lokasi resto saja.

Walaupun tidak sampai menginap, tapi karena kunjungan kemarin saya jadi sedikit menyempatkan untuk melihat bagaimana protokol kesehatan berjalan di hotel ini.

Ketika memasuki area pintu masuk utama, langsung disambut dengan informasi yang terpampang cukup jelas mengenai beberapa protokol kesehatan yang perlu ditaati oleh setiap penunjung. Ada juga automatic dispenser hand sanitizer, yang bisa digunakan secara contactless. Terakhir, ada QR Code yang perlu dipindai yang setelah saya coba, isinya adalah tautan untuk mengisi beberapa data terkait kedatangan.

Hal ini untuk mempermudah perncatatan siapa saja yang masuk ke area hotel, yang tentu saja akan nantinya bermanfaat untuk melakukan contact tracing jika diperlukan. Walaupun, semoga saja tidak perlu ada contact tracing ya… Persis sebelum masuk pintu, ada screening pengecekan suhu tubuh.

Oh ya, kenapa tidak ada tempat cuci tangan secara langsung, ya hal semacam ini selain memenuhi protokol juga secara estetika lebih baik.

Setelah melewati pintu masuk utama lalu belok ke kanan, ada lokasi resepsionis. Selain ada cairan pembersih tangan, alat tulis yang akan digunakan oleh tamu sudah dipisahkan antara yang bersih dan yang yang telah dipakai. Jadi langsung dipisahkan. Jadi, setiap alat tulis yang dipakai otomatis memang selalu dibersihkan. Ini cocok karena alat tulis, selama pengalaman saya check-in di hotel merupakan salah satu benda yang paling sering dipakai bergantian.

Masih di area resepsionis, ada informasi lain bagi tamu terkait beberapa persyaratan/protokol bepergian dengan menggunakan transportasi publik. Selain itu, ada lagi juga QR Code lain yang ternyata isinya mengarahkan ke laman untuk mengisi informasi riwayat perjalanan oleh tamu yang akan menginap. Sedikit berbeda dengan yang ada di pintu masuk, karena ketika sudah di resepsionis, besar kemungkinan yang adalah tamu yang menginap. Jadi, formulir ini lebih spesifik untuk tamu menginap.

Sofa tempat duduk yang ada di area lobi juga diubah pengaturannya, sehingga konsep social distancing atau jaga jarak bisa lebih mudah terpenuhi.

Walaupun posisi sudah berjauhan, tapi pengaturan supaya yang duduk tidak berhadapan layak untuk diapresiasi
Pengaturan jaga jarak untuk area sofa yang ukuran lebih besar.

Secara umum, walaupun memang cuma sebentar, bahkan tidak sampai melihat-lihat jauh ke area dalam seperti kolam renang, area gym, dan fasilitas lain, tapi saya cukup nyaman berada disana. Suasana berbeda mungkin bisa terjadi kalau tamu penuh. Tapi, menurut saya hotel merupakan salah satu tempat dimana layanan menjadi yang utama. Jadi, pengaturan dan protokol pasti akan sebaik dan sebisa mungkin untuk dilaksanakan.

Catatan

Walaupun secara umum saya merasa nyaman dan aman ketika berada di sana, ada beberapa detil kecil yang menurut saya pribadi mungkin bisa menjadi catatan. Tentu, ini pendapat pribadi saja.

  1. Informasi jika ditampilkan dengan bahasa Indonesia mungkin akan lebih mudah dipahami oleh pengunjung. Faktanya, dalam kondisi saat ini mungkin pengunung atau tamu hotel mayoritas merupakan tamu lokal/domestik. Atau jika memang harus dua bahasa, terjemahan dalam Bahasa Inggris tetap bisa ditampilkan, tapi bahasa Indonesia tetap yang utama.
  2. Karena saya memang benar-benar hanya berada di seputar area lobby, jadi yang saya lihat memang tidak banyak seperti bagaimana tempat publik seperti di kolam renang, atau pusat kebugaran, termasuk apakah ada perubahan atau tidak tentang kondisi kamar. Tapi, melihat dari bagaimana semuanya terlihat di area depan, sepertinya standar protokol kebersihan jelas menjadi perhatian khusus.

Video protokol keamanan dan standar kesehatan bisa juga diliaht melalui video di bawah ini. Dalam video ini juga terlihat kalau untuk sterilisasi kamar juga menggunakan lampu UV-C.

Kontak dan Lokasi

Karena berada di tengah kota dan di salah satu jalan utama di Jogjakarta, hotel ini dapat dengan mudah ditemukan. Akses masuk kendaraan juga sangat mudah.

Prime Plaza Hotel Jogjakarta
Kompleks Colombo, Jl. Affandi, Gejayan, Mrican, Caturtunggal, Kec. Depok, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta 55281 (Google Maps)
Telepon: 0274 584 222
Pemesanan: 0817 9575 292 atau surel [email protected]
Website: jogja.pphotels.com
Instagram: @primeplazahoteljogjakarta

Categories
Umum

Wajah Malioboro Saat Libur Panjang Akhir Oktober 2020

Oktober 2020 ditutup dengan libur panjang. Saya yang tinggal di daerah utara Yogyakarta, walaupun hanya sesekali keluar rumah dan harus melewati Jalan Kaliurang (utara ring road) — Jakal atas kalau banyak orang Jogja menyebutnya — merasakan suasana yang berbeda.

Dari arah selatan menuju utara — karena banyak obyek wisata yang ke arah Kaliurang — sudah terjadi kemacetan. Mobil berplat luar kota cukup banyak terlihat.

Hari berikutnya, melewati banyak tempat makan yang sepertinya kalau orang luar Yogyakarta akan mampir, terlihat penuh. Jalanan, tentu saja lebih ramai. Perempatan ring road Jl. Affandi dan Jl. Kaliurang, terlihat padat.

Malioboro? Saya tidak terpikir untuk melewatinya. Tapi, semoga foto di bawah ini cukup menggambarkan kondisi Malioboro. Obyek wisata lain, mungkin juga jauh lebih ramai dari biasanya.

https://www.instagram.com/p/CG5A_hXFhJO/

Seorang teman yang mengelola penginapan di daerah Yogyakarta bagian selatan juga kebanjiran pesanan. Seluruh kamar full booked.

Selamat datang di… Yogyakarta.

Categories
Umum

Kunjungan Kedua Fisioterapi ke Jogja Orthopaedic Sport Clinic (JOSC)

Tulisan ini merupakan lanjutan dari tulisan sebelumnya mengenai pengalaman melakukan fisioterapi di Jogja Orthopaedic Sport Clinic (JOSC).
Baca tulisan sebelumnya: Pengalaman Fisioterapi di Jogja Orthopaedic Sport Clinic (JOSC)


Pemesanan

Karena sebelumnya sudah melakukan pemesanan dan komunikasi melalui WhatsApp, untuk kedatangan kedua saya langsung kirim pesan ke WhatsApp sekitar pukul 09.30 WIB. Awalnya saya mau datang di hari Sabtu, tapi Jumat malam benar-benar kondisinya terasa sakit sekali. Bahkan, seolah lebih sakit dari sebelumnya. Saya paham, bahwa paska penanganan memang biasanya tidak langsung sembuh, memar juga saya sudah pahami efek dari penanganan sebelumnya juga.

Tapi, karena memang saya bisa datang lagi, kenapa tidak? Dan, kebetulan untuk jadwal paling cepat bisa di jam 10.30 WIB. Karena hari Jumat ada waktu sholat Jumat, jadi saya berharap semoga waktunya mencukupi.

Catatan

Saya tidak mendapatkan imbalan ataupun memiliki kerjasama dengan pemberi layanan. Semua yang saya tulis merupakan pendapat dan pengalaman pribadi. Biaya atas jasa yang muncul merupakan biaya pribadi. Hasil dan pengalaman berbeda mungkin bisa terjadi. Saya sarankan untuk mencari informasi terbaru terkait pemberi layanan. Tulisan ini berdasarkan pengalaman pada Oktober 2020.

Terapi Kedua

Seperti sebelumnya, saya sampaikan apa keluhan saya, rasanya bagaimana, termasuk apabila ada aktivitas berat yang saya lakukan. Yang melakukan terapi kali ini berbeda. Jadi ada satu terapis wanita, dan satu terapis laki-laki.

Dan, proses terapi dimulai.

Categories
Umum

Pengalaman Fisioterapi di Jogja Orthopaedic Sport Clinic (JOSC)

Minggu lalu, untuk kali pertama saya merasakan kondisi badan yang tidak nyaman karena (sepertinya) ada cidera otot. Saya lupa tepatnya karena apa, tapi bagian bahu dan punggung atas sebelah kanan rasanya sakit sekali. Ditambah dengan leher — terutama di bagian kanan — juga sakit luar biasa ketika dipakai untuk menunduk atau menengok.

Catatan

Saya tidak mendapatkan imbalan ataupun memiliki kerjasama dengan pemberi layanan. Semua yang saya tulis merupakan pendapat dan pengalaman pribadi. Hasil dan pengalaman berbeda mungkin bisa terjadi. Saya sarankan untuk mencari informasi terbaru terkait pemberi layanan. Tulisan ini berdasarkan pengalaman pada Oktober 2020.

Ada beberapa dugaan penyebab. Mungkin karena saya dalam posisi salah ketika mengangkat barang — karena kadang geser-geser meja atau angkat galon — atau mungkin juga ketika mau menggendong anak saya.

Saya sendiri banyak bekerja di depan meja menggunakan laptop, sangat bisa jadi ini juga memengaruhi kondisi badan terutama bagian atas.

Hari Selasa malam terasa cukup sakit. Ketika tidur, bahu sangat tidak nyaman. Apalagi ketika mau bangun dari posisi berbaring. Saya cukup kepayahan untuk bangun, karena mungkin memang ada bagian otot yang harus bekerja. Ketika berada di depan komputer, juga sudah sangat tidak nyaman.

Sempat terpikir untuk ke tukang pijat atau tukang urut. Tapi, karena saya yakin ini cidera, akhirnya saya putuskan untuk ke tempat fisioterapi saja di Jogja. Saya pernah baca, sebenarnya tidak masalah kalau ke tukang pijat atau tukang urut, tapi mungkin ketika untuk kasus badan capek, biar lebih segar, namun bukan untuk kondisi cidera. Jadi, bukannya tukang pijit/tukang urut itu jelek atau tidak direkomendasikan, kali ini soal pilihan saya saja.

Mencari tempat fisioterapi di Jogjakarta

Sebelumnya, saya sering dengar bahwa di Jogja memang ada beberapa tempat untuk fisioterapi. Mulai dari yang ada di rumah sakit, atau yang berpraktik secara mandiri. Di Universitas Negeri Yogyakarta, ada juga tempat semacam ini, namanya Physical Therapy Clinic FIK UNY.

Saya coba di internet, ada juga beberapa rumah sakit yang memiliki layanan fisioterapi. Semakin mencari, semakin banyak pilihan. Jadilah saya bertanya ke teman saya yang sebelumnya pernah juga melakukan fisioterapi di Fakultas Ilmu Keolahragaan (FIK) UNY.

Setelah berdiskusi, saya mendapatkan opsi lain kalau mau, dan dia juga sudah mencobanya, dan merekomendasikan ke saya untuk coba ke Jogja Orthopaedic Sport Clinic (JOSC). Saya tanya kapan kali terakhir ke sana, katanya sekitar dua bulan lalu.

Booking appointment

Saat itu, saya lebih perlu untuk segera mendapatkan pertolongan. Saya buka dulu situs Jogja Orthopaedic Sport Clinic (JOSC) di jogjaorthosportclinic.com. Saya baca profil singkatnya, dan saya lakukan booking appointment. Sejujurnya, agak ragu apakah saya segera mendapatkan balasan atau tidak. Jadi, saya langsung coba kontak melalui WhatsApp.

Sekitar jam 09.00 WIB saya terhubung melalui WhatsApp dan saya langsung melakukan booking appointment untuk pukul 11.00 WIB hari itu juga.

Jadi, JOSC ini lokasinya ada di Jalan Colombo No. 6C, di kompleks ruko sebelah sisi selatan kampus Universitas Negeri Yogyakarta. Lokasi persisnya ada di sebelah Pizza Hut Delivery. Lokasi yang cukup menguntungkan untuk yang bawa kendaraan roda empat, karena parkir bisa langsung di depan lokasi.

Perbaruan info (Desember 2021): Lokasi JOSC yang baru berada di Jl. Pakuningratan No. 32A, tidak jauh dari Tugu Yogyakarta.

Terapi di JOSC

Saya datang sekitar pukul 11.00 (agak mepet dari jadwal) karena lalu lintas yang agak padat ketika menuju ke sana. Pertama untuk protokol kesehatan, ada tempat cuci tangan dan sabun yang tersedia di dekat pintu masuk. Ketika sampai di meja resepsionis, saya juga diperiksa suhu badan. All good.

Karena baru pertama kali datang, saya diminta untuk mengisi data melalui formulir yang disediakan. Data yang diisi juga data-data umum saja.

Categories
Umum

Robot Vacuum Cleaner/Robot Penghisap Debu. Pilih yang Mana?

Setelah menjajal Kurumi KV 01 Anti Dust Mites UV Vacuum Cleaner di bulan September lalu, saya dan istri akhirnya berpikir kembali untuk membeli satu perangkat untuk membantu bebersih di rumah.

Catatan

Tulisan ini bukan tulisan bersponsor. Saya tidak mendapatkan imbalan ataupun memiliki kerjasama dengan seluruh merek/produk yang disebutkan dalam tulisan ini. Semua yang saya tulis merupakan pendapat pribadi.


Tujuannya tetap, supaya kegiatan bebersih jadi sedikit lebih enteng, karena sudah sekitar tujuh bulan ini benar-benar tanpa ART dengan kegiatan bebersih rutin tiap hari untuk menyapu dan pel antara 1-3 hari, tergantung kondisi lantai juga, karena kebetulan tempat tinggal kami memiliki dua lantai. Pilihan akhirnya jatuh kepada keputusan untuk membeli robot vacuum cleaner. Masalahnya, pilihannya begitu banyak. Bukan hanya soal merek, tapi juga fitur, rentang harga juga cukup bervariasi.

5 alasan saya mengapa akhirnya membeli robot vacuum cleaner atau robot penghisap debu

Sudah cukup lama sebenarnya saya tertarik untuk beli, namun karena dulu masih merasa belum perlu — karena ada ART, dan merasa untuk membersihkan lantai juga masih bisa dilaukan sendiri — jadi keinginan tersebut selalu ditunda.

Bagi kami, beberapa hal yang menjadi pertimbangan:

  1. Efisiensi waktu, tenaga, dan biaya
    Untuk menyapu lantai satu (bagian area dalam dan semi outdoor), kadang masih dlanjutkan dengan mengepel. Lantai dua beberapa area memang tidak disapu tiap hari, hanya yang benar-benar ada aktivitas rutin seperti kamar tidur dan ruang kerja. Area lain kadang juga disempatkan. Dengan tanpa ART, jadilah urusan lain juga harus beres. Jadi, mengenai biaya, budget untuk ART ini bisa dialihkan untuk membeli robot vacuum cleaner ini — karena kami juga belum menggunakan jasa bebersih yang bisa datang harian. Paling tidak, jikapun tidak dipel, tapi lantai sudah disapu.
  2. Portabel dan nirkabel
    Karena sifatnya portabel, jadi cukup mudah untuk saya gunakan di lantai satu dan lantai dua, walaupun charging dock memang hanya ada satu. Mungkin satu saat kalau ada rejeki, bisa ada satu lagi. Amin.
    Berbeda dengan alat vacuum yang menggunakan kabel, dengan tanpa kabel otomatis penggunaan juga jadi lebih fleksibel secara jangkauan.
  3. Otomatisasi
    Karena memiliki fitur yang cukup canggih dan terintegrasi dengan beberapa model pengaturan, jadi lebih fleksibel dalam operasional. Termasuk untuk urusan pengisian baterai. Jadi, saya tinggal atur misalnya kapan si ‘robot’ ini harus membersihkan dan area mana saja — misal jam 22.00 WIB.
  4. Ukuran ringkas dan minim perawatan
    Untuk ukuran juga menjadi penting. Dengan ukuran yang cukup mini, penyimpanan juga lebih tidak makan tempat. Selain itu, robot vacuum cleaner semacam ini juga memiliki bobot yang tidak terlalu berat. Mengenai perawatan, selain beberapa aksesories yang seharusnya juga mudah didapatkan dari produsen, komponen lain juga tidak terlalu rumit untuk perawatannya.
  5. Jangkauan lebih luas dan menyedot debu dengan lebih baik
    Area bawah tempat tidur merupakan area yang cukup sulit untuk dibersihkan, disamping ada juga sofa untuk tamu dan sofa bed. Selain susah dijangkau sepenuhnya dengan sapu, pun sudah disapu biasanya kotoran dan terutama debu cenderung berpindah tempat. Jadi, kalau disapu, debu malah justru terbang kemana-mana. Untuk tempat tidur, kebiasaan selama ini jika membersihkan saya lebih sering geser dipan dan tempat tidur, disapu, dipel, kemudian dikembalikan lagi.

Pertimbangan menentukan pilihan robot vacuum cleaner

Setelah memiliki pertimbangan yang cukup, saatnya memilih: produk robot vacuum cleaner mana yang paling cocok (untuk kami)? Secara umum, ada dua hal yang menjadi pertimbangan:

  1. Spesifikasi produk dan ulasan
  2. Budget dan harga

Mari kita bahas sedikit.