Tentang Microsoft sendiri, saya tidak terlalu mengikuti perkembangannya, terutama dari sisi produk perangkat keras (hardware) dan perangkat lunak (software). Produk ponsel terakhir dari Microsoft yang saya beli adalah Microsoft Lumia 535. Untuk software, saya menggunakan produk Office 365 dalam keseharian mendukung pekerjaan saya yang banyak berurusan dengan pembuatan dan mengulas dokumen proyek, berselancar, dan membuat presentasi. Saya sendiri mulai menggunakan Office 365 sejak tahun 2014.
Saya lihat spesifikasi Microsoft Surface Book di situs Microsoft, ternyata spesifikasi dan fiturnya sangat bagus! Walaupun, secara harga — dengan konversi Dollar Amerika terhadap Rupiah saat ini — cukup tinggi. Dalam situs tertulis USD 1,499. Dengan asumsi Dollar Amerika setara dengan Rp 14.000,– maka harganya akan mulai berkisar Rp 20.000.000,-
Spesifikasi
Beberapa spesifikasi dan fitur yang ditawarkan dan sepertinya menarik:
Dimensi: 12.30″ x 9.14″ x 0.51 – 0.90″ (312.3mm x 232.1mm x 13.0 – 22.8mm)
Media penyimpanan Solid state drive (SSD) dengan opsi 128GB, 256GB, 512GB, atau 1TB.
Memory: 8GB atau 16GB RAM
Prosesor: 6th Gen Intel® Core™ i5 atau i7
Berat: Mulai dari 3.34 pounds atau setara 1,516 grams termasuk papan ketik
Tampilan: Layar 13.5″ PixelSense™ display, resolution: 3000 x 2000 (267 PPI), aspect ratio: 3:2, touch: 10 point multi-touch
Data tahan baterai sampai 12 jam memutar video berdasarkan percobaan yang telah dilakukan.
Walaupun belum pernah menggunakan secara langsung, tapi membaca ulasan tentang produk Microsoft Surface Book dari beberapa situs dibawah ini, sepertinya produk ini sangat menarik.
Tulisan ini adalah lanjutan dari artikel sebelumnya tentang ponsel Lumia 535. Sebelum saya menuliskan artikel tersebut, saya sudah mencoba menggunakan ponsel (beserta dengan sistem operasi Windows Phone) walaupun belum dalam frekuensi sehari-hari. Selanjutnya, dalam waktu sekitar satu minggu terakhir, saya mencoba untuk menggunakannya dalam keseharian saya. Jadi, saya ingin mencoba ‘memberi kesempatan’ kepada ponsel Lumia (atau sistem operasi Windows Phone) ini untuk menjawab kebutuhan saya.
Artinya, saya mencoba melakukan aktivitas rutin saya — yang biasanya saya lakukan di ponsel Android, iPhone dan iPad — di ponsel Lumia. Walaupun secara spesifik saya menggunakan Lumia 535 dalam tulisan ini, namun secara keseluruhan — koreksi jika saya salah — saya rasa saya bisa saja mendapatkan pengalaman yang sama ketika menggunakan jenis ponsel dari seri keluaran lain, sepanjang ponsel tersebut menggunakan sistem operasi Windows Phone.
Tulisan berikut berdasarkan versi Sistem Operasi Windows Phone 8.10.14226.359, versi Firmware 02055.00000.14511.22002.
Layar (yang mungkin terlalu) sensitif
Baik ketika saya menggunakan iPhone atau ponsel OPPO R819, saya tidak mengalami terlalu banyak perbedaan tentang sensitifitas layar. Gesture yang saya lakukan dapat berjalan dengan baik dan hampir tidak mengalami perbedaan berarti. Namun, ketika saya menggunakan ponsel Lumia, saya sering mengalami bahwa layar terlalu sensitif. Ketika saya swipe/scroll, saya sering mengalami bahwa gesture terbaca sebagai ‘tap’. Saya sebenarnya ingin scroll, namun sering kali malah membuka aplikasi. Dan, ini seringkali terjadi.
Email/surel (surat elektronik), Kalender, dan Kontak
Secara prinsip, surel dapat dipergunakan dengan cukup baik, dalam pengertian bahwa seluruh surel saya baca melalui ponsel. Saya mencoba untuk menambahkan beberapa akun surel seperti Gmail, Yahoo Mail, Outlook, dan email kantor, semua dapat berjalan dengan baik.
Untuk kalender, saya menggunakan Google Calendar sebagai layanan utama untuk mengatur kalender/agenda. Dan, untuk kontak, saya menjadikan layanan Google (melalui Gmail) untuk pengelolaan kontak. Seluruh kontak saya dapat saya impor tanpa masalah.
Untuk kalender dan surel, saya harus berneogisasi dengan diri saya sendiri terutama pada bagaimana keseluruhan experience. Kalau fokusnya adalah bahwa informasi bisa saya dapatkan melalui ponsel Lumia, hal ini sudah terjawab.
Namun, bagaimana terkait dengan tampilan, pengalaman pengguna dan antar muka? Ini memang preferensi yang sangat personal. Tapi, saya harus bilang bahwa saya tidak terlalu menikmati untuk bekerja dengan surel dan kalender di ponsel Lumia saya.
Aplikasi Bertukar Pesan (Messaging)
Untuk bertukar pesan pendek, saya sudah hampir tidak pernah menggunakan SMS. Aplikasi utama yang sering saya pakai — diantara begitu banyak pilihan aplikasi chatting — adalah WhatsApp dan Telegram. Untunglah kedua aplikasi tersebut tersedia untuk Windows Phone.
Aplikasi WhatsApp di Microsoft Lumia (Windows Phone)
WhatsApp dan Telegram secara prinsip dapat berjalan dengan cukup baik secara performa. Dan, penting bagi saya karena kedua aplikasi tersebut dikembangkan resmi oleh penyedia layanan. Kadang, saya juga menggunakan Skype dan juga Blackberry Messenger. Saya tidak menggunakan Google Hangouts di Windows Phone, karena aplikasi resmi tidak bisa saya temukan. Dan,saya memang agak jarang menggunakannya — karena tidak banyak rekan dalam kontak saya yang menggunakannya secara aktif (dibandingkan dengan yang ada di WhatsApp atau Telegram).
Papan Ketik yang terlalu besar
Ini memang masalah selera, namun, menurut saya papan ketik (keyboard) yang dimiliki oleh ponsel Lumia ini memakan terlalu banyak area layar. Dan, secara pribadi saya sendiri kurang nyaman dengan kondisi ini.
Dukungan/pilihan aplikasi
Ponsel saat ini banyak sekali digunakan untuk kebutuhan yang bermacam-macam. Saya sendiri selain untuk keperluan pekerjaan, juga memanfaatkan ponsel untuk berinteraksi (melalui aplikasi bertukar pesan), ataupun menggunakan layanan media sosial untuk berbagi informasi, gambar, dan aktivitas lainnya.
Saya memiliki harapan untuk dapat tetap menggunakan aplikasi sehari-hari yang saya pakai walaupun saya berpindah ponsel (dengan sistem operasi berbeda). Hampir semua yang saya lakukan di iPhone dapat saya lakukan di Android — dan juga sebaliknya — walaupun dengan tampilan antar muka yang sedikit berbeda. Namun, secara umum saya mendapatkan pengalaman yang hampir sama.
Hal ini yang tidak bisa saya dapatkan melalui Windows Phone di ponsel Lumia saya. Kalaupun ada aplikasi sejenis, baik yang dikembangkan oleh penyedia layanan atau oleh pengembang lain, tetap saja secara keseluruhan saya kurang menikmati tampilan, disain, dan pengalaman aplikasi yang ditawarkan.
Dari grafik diatas, Microsoft memang cukup banyak menyediakan aplikasi buatannya untuk tersedia di sistem operasi lain. Tentu saja, di Windows Phone Store, Microsoft menjadi rajanya. Bahkan, di Apple App Store, Microsoft justru memiliki aplikasi yang lebih banyak dibandingkan kompetitornya.
Namun, ini tidak sebaliknya. Secara aplikasi memang Microsoft memiliki jumlah yang banyak. Tapi, Apple dan Google sepertinya justru tidak tertarik untuk mendistribusikan aplikasi mereka (atau membuatnya tersedia) untuk Windows Phone.
Apple sendiri justru di Apple App Store hanya memiliki sedikit aplikasi. Tapi, sistem operasi, distribusi/penjualan ponsel menjadi magnet sendiri bagi para pengembang aplikasi atau perusahaan untuk membuat aplikasi tersedia disana.
Penutup
Setelah mencoba dalam penggunaan sehari-hari, serta menyesuaikan dengan kondisi sehari-hari bagaimana saya memanfaatkan sebuah ponsel, saya merasa bahwa untuk saat ini ponsel Lumia — dalam hal ini Microsoft Lumia 535 — kurang cocok untuk saya. Secara hardware, Microsoft Lumia 535 ini menurut saya cukup baik, namun terkait dengan aplikasi pendukung, banyak kebutuhan yang belum terjawab — bagi saya untuk penggunaan sehari-hari.
Catatan: Jika harus memilih salah satu aplikasi yang paling bagus (dan karena hanya tersedia di Windows Phone), saya tetap merasa MixRadio adalah aplikasi terbaik.
Microsoft, sebagai perusahaan yang mengakuisisi Nokia, mengeluarkan produk ponsel pertama yang menghilangkan identitas “Nokia”, yaitu Microsoft Lumia 535. Jadi, tidak perlu bingung mengapa dulu ada istilah ‘Nokia Lumia’, namun nama Lumia sendiri sekarang tidak disandingkan dengan ‘Nokia’.
Pertengahan Desember 2014 ini, saya memutuskan untuk membeli Lumia 535. Produk Lumia 535 ini saya beli melalui pre-order di Blibli dan saat itu saya mendapatkan penawaran harga sekitar Rp 1.250.000,00 (pembayaran menggunakan kartu kredit). Saya memang cukup lama tidak menggunakan produk Nokia Lumia/Microsoft (sekarang Microsoft Lumia). Sehari-hari, saya sendiri menggunakan produk Apple (iPhone 5, iPad 3, dan MacBook Pro 15″ Retina Display), dan juga OPPO (OPPO R819). Jadi, secara sistem operasi di ponsel, saya sehari-hari menggunakan iOS dan Android.
Kamera utama dan kamera depan dengan resolusi 5 MP
Dimensi: panjang: 140,2 mm, lebar: 72,4 mm, tebal: 8,8 mm, dan berat: 146 gram
Resolusi layar: qHD (960 x 540)
RAM: 1 GB
Memory internal: 8 GB. Dapat ditambah dengan MicroSD sampai dengan 128 GB.
Pilihan warna cukup beragam sesuai dengan selera yaitu hitam, putih, oranye, hijau, dan biru. Saya sendiri memilih warna oranye. Untuk finishing material casing adalah dengan finishing glossy. Secara disain, saya menyukainya. Walaupun dari sisi ukuran bukanlah yang paling kecil, dan paling tipis, namun secara keseluruhan dari sisi disain tidak mengecewakan. Paling tidak, masih cukup nyaman untuk dipegang dengan satu tangan. Untuk yang berjari agak pendek, mungkin akan terasa agak kurang nyaman dengan dimensi yang ditawarkan.
Minggu lalu, saya berkesempatan untuk memiliki iPhone 5. Seminggu terakhir ini, saya mecoba untuk selalu menggunakan iPhone 5 dalam aktivitas sehari-hari, menggantikan iPhone 4 milik saya sebelumnya. Dan, saatnya menuliskan sedikit ulasan mengenai iPhone 5 ini. Oh ya, ulasan ini merupakan pendapat pribadi saya, sebagai salah satu pengguna produk Apple — disamping beberapa produk lain yang saya punya/gunakan akhir-akhir ini (iPhone 4, New iPad, Lumia 800, HTC Desire HD, dan BlackBerry 9860).
Boks
Paket penjualan dalam kardus iPhone 5 cukup standar. Dikemas dalam sebuah kardus yang mirip dengan iPhone 4, cuma dengan ukuran yang sedikit lebih besar. Lalu, apa saja isi dalam kardus paket penjualan ini?
Sebuah iPhone 5 — yang saya miliki adalah sebuah iPhone 5 berwarna hitam, dengan kapasitas 16GB.
Apple EarPods
Adaptor dan kabel Lightning to USB.
Buku panduan
Kesan yang saya dapatkan ketika memegang iPhone 5 untuk pertama kali adalah bahwa iPhone 5 ini lebih terasa lebih enteng (dibandingkan iPhone 4 yang biasa saya pakai). Walaupun diklaim memiliki berat 20% lebih ringan (sekitar 112 gram), tapi tidak terasa terlalu enteng. Cukup ringan, tapi saya masih mendapatkan kesan yang kokoh dan padat.
Ini adalah lanjutan dari tulisan saya sebelumnya. Acara utama memang datang ke acara peluncuran ponsel Nokia Lumia 800. Tentang kenapa malah banyak cerita diluar itu, ya karena memang acara berlangsung lebih singkat dari semua rangkaian perjalanan (termasuk jalan-jalan) ke Singapura. :)
Mungkin karena lokasi tempat menginap yang tidak terlalu jauh, perjalanan menuju Clarke Quay (lokasi peta) juga terasa cepat. Tapi, mungkin juga karena jalanan yang relatif lancar. Setiba di Clarke Quay, belum terlihat dan terasa keramaian. Acaranya sendiri direncanakan baru mulai pukul 19.00. Jadi memang masih terlalu awal.
Sembari menunggu, saya sempatkan untuk berjalan-jalan sendirian melintasi jembatan Read Bridge yang melintas diatas Sungai Singapura. Saya juga iseng berjalan-jalan melihat bangunan-bangunan di kawasan tersebut. Untung tidak sampai hilang. Terakhir, saya duduk-duduk di tepi sungai. Hanya duduk diam dan melihat jembatan dari kejauhan. Salah satu kemewahan tersendiri di sore itu. :)
Sempat pula bertegur sapa dengan seorang bapak-bapak yang akhirnya meminta sedikit bantuan untuk dipotretkan, karena sepertinya beberapa kali gagal mencoba memotret diri sendiri dengan menggunakan kamera saku. Dua jepretan saya ambil. Setelah itu, saya sendiri melanjutkan keasikan saya sendiri mengambil foto dan video dengan ponsel saya.
Dan, tentu saja tidak ada foto saya sendiri…
Setelah berkeliling, saya kembali ke salah satu tempat makan yang tepat berada di sisi sungai untuk bergabung dengan rekan yang lain. Mengobrol sembari menikmati makanan ringan dan minuman, sambil menunggu acara dimulai.
Di tempat acara, saya bertemu dengan beberapa rekan media dari Indonesia. Saya sendiri lebih banyak menghabiskan waktu bersama dengan ponsel saya untuk sekadar mengambil gambar dan video. Dan, saya baru menyadari kalau baterai ponsel saya sudah hampir habis. Dan, acara juga belum mulai. Duh!
Minggu lalu, tepatnya tanggal 7-8 Desember 2011, saya bersama dengan beberapa rekan mendapatkan undangan dari Nokia Indonesia untuk menghadiri acara peluncuran produk Nokia Lumia 800 di Singapura. Acaranya sendiri diadakan di kawasan Clarke Quay. Jadwal cukup singkat, jadi tidak sempat banyak mengunjung tempat dan berjalan-jalan. Tanggal 7 Desember sampai di Singapura, dan tanggal 8 Desember saya sudah berada kembali di Jogjakarta. Walaupun jadwal cukup singkat, namun saya mengalami perjalanan yang menyenangkan.
Perjalanan ke Singapura
Saya mendapatkan cukup waktu untuk mempersiapkan keberangkatan, paling tidak untuk memutuskan apakah bisa berangkat atau tidak di tanggal tersebut. Kebetulan, dari rekan-rekan yang lain, perjalanan saya dimulai dengan agak berbeda, karena saya berangkat dari Jogjakarta — sedangkan yang lainnya langsung dari Jakarta.
Sebagai pihak yang mengundang, saya harus memberikan apresiasi karena semua sudah dipersiapkan. Hal-hal yang terkait dengan keberangkatan sudah diatur semua. Intinya: saya tinggal berangkat. Sialnya, saya sendiri juga harus berjuang untuk bangun pagi untuk ke Jakarta terlebih dahulu dengan pesawat pertama dari Bandara Adisutjipto.
Sekitar pukul 04.30 WIB saya sudah dalam perjalanan ke bandara, dah menempuh perjalanan yang cukup singkat. Tak lebih dari 30 menit saya sudah berada di bandara untuk selanjutnya terbang dengan menggunakan maskapai Garuda Indonesia (GA 201) pada pukul 06.00 WIB. Harapan terbesar saya adalah saya bisa sampai di Jakarta dengan selamat dan tepat waktu, karena tidak banyak waktu untuk pindah dengan pesawat berikutnya.