Sebelum Anda membaca informasi lanjutan, jika Anda ingin menghapus koneksi piranti/device dari akun Jenius Anda saat ini, karena ingin menggunakan piranti yang lain, hubungi layanan nasabah — Jenius menyebutnya dengan Jenius Help — di nomor 1500365.
Semoga berhasil.
Cara jenius untuk menghapus koneksi piranti akun Jenius
Saya sendiri memang belum menelpon untuk penghapusan koneksi piranti. Sedikit beruntung, karena ponsel saya yang sebelumnya terhubung ke Jenius dapat saya gunakan. Hal yang pertama saya lakukan adalah memindahkan seluruh saldo ke rekening bank yang lain. Saya benar-benar sangat tidak tertarik menggunakan layanan Jenius ini.
Sebelumnya, saya pernah mencoba mengirimkan surel ke Jenius Help menanyakan apakah penghapusan/unlink piranti dapat dilakukan melalui kontak surel. Jawabannya: tidak.
Dapat kami sampaikan untuk proses unlink device layanan email service tidak dapat melakukan penanganan karena keterbatasan akses. Bapak dapat hubungi Jenius Help 1500365 agar dibantu oleh rekan kami.
Jawaban Jenius terhadap permintaan penghapusan device/unlink melalui surel.
Ketika sedang dalam posisi login di piranti yang aktif, ada menu untuk menghapus koneksi piranti (utama). Ini tidak dapat digunakan juga. Ketika saya coba, ada notifikasi bahwa hal tersebut tidak dapat dilakukan, dan dipertegas melalui notifikasi surel.
Jenius mendeteksi kamu baru saja mencoba untuk menghapus perangkat (unlink device) melalui aplikasi. Untuk sementara, layanan penghapusan perangkat tidak tersedia. Jika kamu tetap ingin melakukannya, silakan hubungi Jenius Help di 1500 365.
Notifikasi melalui surel, padahal menu/fitur ada di aplikasi. Ternyata tidak bisa digunakan juga.
Bagaimana kalau dicoba keluar/logout dari aplikasi Jenius? Bahkan, keluar aplikasi saja saya tidak bisa. Haha!
Untuk beberapa kegiatan transaksi, saya memiliki beberapa preferensi dalam hal pembayaran. Misalnya, untuk transaksi nominal di bawah Rp100.000 saya biasanya memilih GoPay, OVO, atau Shopee Pay.
Logo DANA
Sedikit berbeda misalnya ketika melakukan pembayaran untuk transaksi ke supermarket, saya lebih memilih menggunakan DANA. Saya tidak tahu persis kapan mulainya, tapi mungkin sekitar tahun lalu, ketika akan melakukan transaksi, kadang harus melewati proses verifikasi tambahan dengan menggunakan deteksi wajah.
Tentu, ini menjadi salah satu hal baik terkait dengan lapisan keamanan dari aplikasi. Karena, selain PIN, dengan memindai wajah dari pemilik akun untuk otorisasi, proses transaksi seharusnya akan menjadi lebih aman. Namun, ada sedikit kekurangnyamanan terkait fitur ini.
Keamanan dengan kenyamanan memang menjadi sebuah diskusi yang panjang. “Maunya” keamaman dan kenyamanan ini bisa berjalan bersama. Tapi, nyatanya memang tidak selalu bisa berjalan berbarengan.
Mematikan Fitur Face Login
Saya tetap mengapresiasi bahwa DANA menawarkan fitur ini. Jelas, saya tidak melihat bahwa fitur ini merupakan fitur yang jelek. Namun, menurut saya ada beberapa kondisi yang kurang cocok untuk saya sebagai pengguna:
Face Login tidak terlalu bersahabat dengan pengguna yang memakai masker. Kalau fitur ini digunakan di rumah saja, saya rasa tidak terlalu masalah. Ya walaupun di rumah memang jadi cenderung lebih “aman”, karena tidak perlu ada pihak lain yang mengawasi atau lebih sedikit potensi penyalahgunaan akun. Sedangkan kalau di luar rumah, di masa pandemi COVID-19 ini, saya selalu memakai masker, termasuk ketika sedang berbelanja. Jadi, membuka masker di kasir untuk melakukan validasi pembayaran sepertinya bukan menjadi pilihan untuk saya.
Seingat saya, ada dua kali proses dalam verifikasi dengan wajah di aplikasi DANA ini. Pertama, untuk memvalidasi bahwa benar itu adalah muka pengguna. Kedua, pengguna diminta untuk “berkedip” sebagai konfirmasi proses selanjutnya.
Tentu, pengalaman pengguna lain bisa berbeda.
Beruntung fitur Face Login ini bisa dinonaktifkan dari menu “Me” lalu ke “Profile Settings” (menu sesuai dengan pengaturan bahasa di antar muka ponsel). Jadi, untuk saat ini, saya rasa PIN sudah cukup. Jika nanti ingin mengaktifkan kembali, prosesnya juga mudah.
Pemandangan kawasan Ledok Sambi dari daerah pintu masuk utama. Tali di atas adalah untuk flying fox. Harga untuk wahana flying fox adalah Rp20.000 (November 2020)
Akhir pekan ini, lagi-lagi tanpa begitu banyak rencana saya, istri, dan si bocah memutuskan untuk ke Ledok Sambi, sebuah kawasan wisata alam yang ada di daerah Jogja utara — di daerah Sleman. Sebenarnya sudah cukup lama melihat dan tahu lokasi ini, namun baru kali ini mengunjungi tempat tersebut.
Kawasan ini memang tidak persis terletak di pinggir jalan. Jalan masuk agak melewati daerah perkampungan/pedesaan. Beruntung, untuk kendaraan roda empat tidak ada masalah — dan sepertinya minibus juga bisa. Kami berangkat memang tidak terlalu pagi, sekitar 09.30 WIB kami sampai lokasi. Beruntung cuaca cerah, yang artinya memang agak panas.
Sepanjang perjalanan, lalu lintas cukup lancar. Tidak terlalu ramai. Mungkin, karena minggu lalu sudah puncaknya liburan. Kalau dari arah Yogyakarta, jalan masuk ada di sebelah sisi kanan (timur jalan). Ada papan besar bertuliskan DESA WISATA SAMBI. Dan tulisan penunjuk “Ledok Sambi” terlihat jelas juga.
Ikuti saja arah penunjuk yang sudah cukup jelas. Dan, perjalanan akan berakhir di area parkir yang cukup luas. Cukup banyak petugas pemandu yang mengarahkan, jadi seharusnya tidak perlu khawatir akan tersesat. Kalau mengandalkan Google Maps, lokasinya memang mengarah ke pinggir jalan besar. Jadi, perhatikan saja papan penunjuk jalan.
Menikmati Ledok Sambi
Saya tidak tahu saat itu Ledok Sambi memang ramai atau tidak, tapi pagi itu masih terasa cukup nyaman. Protokol kesehatan seperti anjuran selalu memakai masker, cek suhu tubuh, dan tempat cuci tangan beserta sabun juga tersedia. Jadi, lokasinya seperti hamparan taman alam yang luas, dengan ada aliran sungai yang membelah kawasan tersebut. Debit air saat itu tidak terlalu deras, jadi sangat nyaman dan aman untuk bermain.
Untuk social distancing, juga masih ideal untuk dilakukan. Ada area untuk memesan makanan juga yang menyajikan menu cukup lengkap untuk minuman, snack, bahkan makanan besar seperti nasi sayur. Untuk harga juga masih sangat wajar. Misalnya untuk segelas teh panas, harga hanya Rp4.000,- saja. Pembayaran juga mudah, karena bisa non-tunai menggunakan e-wallet yang dimiliki. Beruntung, pembayaran sudah mendukung QRIS.
Setelah berjalan-jalan sejenak, kami memutuskan untuk ke area yang cukup sepi dan teduh, dekat dengan camping ground. Rumput yang sangat terawat, jadi sangat nyaman. Kami akhirnya sempat juga memesanan minuman dan makanan kecil.
Catatan
Berikut beberapa hal yang mungkin bermanfaat untuk diketahui terlebih dahulu jika ingin mengunjungi Ledok Sambi berdasarkan pengalaman saya.
Ikuti protokol kesehatan yang dianjurkan, pakai masker, tetap jaga jarak, dan jaga satu sama lain.
Jaga kebersihan. Lalu, jaga kebersihan. Terakhir, jaga kebersihan. Banyak tempat sampah yang tersedia di sana.
Tidak ada biaya/tiket masuk. Kontribusi sifatnya juga sukarela.
Buka setiap hari pukul 08.00-17.00 WIB.
Untuk parkir kendaraan, diberlakukan tarif untuk mobil Rp5.000,- dan motor Rp3.000. Harga yang sangat wajar. Pengelolaan juga resmi, tidak perlu khawatir.
Karena kawasan ini berada di dataran yang lebih rendah, dari tempat parkir perlu berjalan meniti jalanan yang agak curam. Walaupun demikian, masih cukup aman karena ada pegangan dan pengaman. Berjalan tanpa berpeganan juga tidak masalah. Mungkin perlu berhati-hati ketika hujan atau kondisi basah, dan sambil menggandeng atau menggendong anak kecil. Dan, hanya ada satu jalan masuk/keluar. Jadi, berpapasan dengan pengunjung lain tidak bisa dihindari. Jalan cukup lebar untuk berpapasan.
Area food court menyajikan pilihan makanan yang cukup lengkap. Dan, pelayanan saya rasa cukup cepat, tapi mungkin tergantung dengan pilihan menu ya. Tapi, saya rasa harusnya cukup cepat, karena yang disajikan juga tidak terlalu rumit proses memasaknya.
Alamat dan Info Lokasi
Ledok Sambi Jl. Kaliurang KM 19, Pakembinangun, Kec. Pakem, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta 55582 (Google Maps) Website: ledoksambi.net Instagram: @ledoksambi Kontak: Yetti 0819 0426 2581 / Dini 0813 9232 2529
Hari ini, banyak beredar berkas informasi mengenai perubahan status Gunung Merapi dari Waspada (Level II) menjadi Siaga (Level III) yang berlaku mulai 5 November 2020 pukul 12.00 WIB.
Saya baru tahu informasinya sore hari, tapi menjelang siang tadi memang yang saya rasakan — karena berada di luar rumah — cuaca terasa panas sekali. Ya, biasanya memang panas dan agak mendung, bahkan sering hujan, tapi pagi ini, panasnya terasa berbeda dari biasanya. Bukan seperti panas matahari yang terik.
Saya tidak tahu pasti memang ada hubungan dengan peningkatan aktivitas Gunung Merapi atau tidak, tapi hari ini memang cuaca di Yogyakarta memang panas.
Berdasarkan rekomendasi dari surat edaran tersebut, perkiraan daerah yang dalam status bahaya antara lain:
Untuk Provinsi DIY, ada di Kabupaten Sleman, Kecamatan Cangkringan yaitu Dusun Kalitengah Lor di Desa Glagaharjo, Dusun Kaliadem di Desa Kepuharjo, dan Dusun Pelemsari di Desa Umbulharjo.
Untuk Provinsi Jawa Tengah, ada di:
Kabupaten Magelang, Kecamatan Dukun yaitu Dusun Batu Ngisor, Gemer, Ngandong, Karanganyar (Desa Ngargomulyo), Dusun Trayem, Pugeran, Trono (Desa Krinjing) Dusun Babadan 1 dan Babadan 2 (Desa Paten)
Kabupaten Boyolali, Kecamatan Selo yaitu Dusun Stabelan, Takeran, Belang (Des Tlogolele), Dusun Sumber, Bakalan, Bangunsari, Klakah Nduwur (Desa Klakah), dan Dusun Jarak, Sepi (Desa Jrakah)
Kabupaten Klaten, Kecamatan Kemalang yaitu Dusun Pajekan, Canguk, Sumur (Desa Tegal Mulyo), Dusun Petung, Kembangan, Deles (Desa Sidorejo) dan Dusun Sambungrejo, Ngipiksari, Gondang (Desa Balerante)
Pemandangan Gunung Merapi, 3 November 2020, sekitar pukul 08.00 WIB
Saya kebetulan tinggal di daerah yang dapat melihat Gunung Merapi dengan cukup jelas — tentu saja kalau tidak tertutup mendung. Tapi, kalau benar nanti aktivitas meningkat dan area sisi selatan Gunung Merapi terkena dampaknya, sepertinya ini akan menjadi pengalaman pertama. Seberapa dekat dengan Gunung Merapi, baru akhir bulan lalu saya mampir ke kawasan tersebut — ya walaupun “cuma” ke Telogo Putri.
Live Streaming Gunung Merapi
“Gara-gara” ini juga, hari ini saya baru tahu ada live streming Gunung Merapi di YouTube. Saya tidak terlalu tahu siapa yang mengelola, namun saya yakin ini live streaming yang jelas bermanfaat. Salut untuk yang menginisiasi ini!
Saya sama sekali tidak tahu bagiamana membaca visiual atau data yang ada, tapi dari deskripsi di videonya, ada informasi yang cukup bermanfaat:
Perhatikan Grafik Seismograf pada 4 Stasiun (PUS,KLS,PAS,LAB) jika ada tanda merah/naik/ada suara beep yang muncul secara bersama di 4 stasiun itu artinya merapi sedang melakukan “sesuatu”, sesuatu ini bisa bermacan mulai dari gempa dalam, gempa hybird, atau guguran untuk lebih lengkapnya tanya sama petugas.
Jika Grafik (IMO,MBMBB,UGM) yang hanya bertanda merah/grafik naik tapi TIDAK untuk Stasiun (PUS, KLS, PAS, LAB) artinya sedang terjadi Gempa Tektonik di sekitar Laut Jawa atau bisa juga Gempa yang sangat jauh seperti Fiji, Alaska, Japan, Filipina karena itu muncul di 2Hz – 3Hz
Aktivitas Merapi biasanya lebih sering aktif di 4Hz sampai 10Hz jadi selain itu bisa saja noise.
Jika hanya muncul di Satu Stasiun itu artinya sedang ada noise atau bisa juga petir,banjir,atau getaran yang hanya terjadi di sekitar stasiun tersebut.
Jika kalian melihat cahaya glow di kawah merapi itu normal bagi gunung yang aktif tapi jika glownya termasuk besar artinya sedang terjadi “sesuatu”
Selain Gunung Merapi, silakan kunjungi volcanoyt.com untuk melihat kontribusi lainnya. Kudos untuk kreator dan yang merawat situs dan live streaming tersebut!
Bulan lalu, tanpa terlalu direncana, kami malah mampir ke kawasan wisata Kaliurang, lebih tepatnya ke Telogo Putri. Tidak terlalu banyak ekspektasi, kecuali untuk sekadar keluar rumah dan mengunjungi tempat terbuka. Berutung lokasi Kaliurang tidak terlalu jauh, hanys ekitar 20km saja dari rumah.
Waktu itu hari masih cukup pagi, jadi harapannya memang jalanan dan lokasi belum terlalu ramai.
Beruntung pagi itu cuaca cukup baik. Dan, sesampai di kawasan Kaliurang, kabut cukup tips, cuaca dingin, dan tidak terlalu banyak orang. Kawasan parkir Telogo Putri pagi itu juga tidak terlalu ramai dengan kendaraan pribadi.
Saya lupa kapan kali terakhir saya ke tempat ini, tapi lebih dari dua atau 3 tahun lalu. Kali ini, tentu saja berbeda. Selain bawa anak, lokasi juga terlihat berbeda. Lebih sepi. Tentu ini terkait karena memang operasional tidak seperti dulu. Sekarang, banyak tempat cuci tangan, dan spanduk informasi untuk tetap menjalankan protokol kesehatan COVID-19.
Awalnya sempat ingin masuk. Tapi, loket tiket tertutup rapat. Mungkin memang sedang ditutup sementara, atau belum buka. Tak mengapa, karena memang tujuan utama kami hanya sekadar jalan-jalan saja.
Para penjual jadah tempe dan aneka jajanan masih ada seperti biasa. Warung makan ada yang buka, tapi sepertinya lebih banyak yang tutup. Sedih juga sebenarnya melihat kondisi ini. Kami saat itu tidak membeli jajanan apa-apa.
Oh ya, yang jelas terlihat berbeda adalah begitu banyaknya terlihat monyet di sekitar kawasan luar loket tiket. Ada yang di warung-warung makan. Ibu-ibu pemilik warung sepertinya juga sudah cukup terbiasa dengan kondisi ini. Sepertinya mereka turun dari hutan untuk mencari makan. Sempat saya lihat ada beberapa monyet keluar dari warung yang pintunya tidak tertutup rapat sambil membawa seplastik kerupuk.
Dan, ketika mau pulang, ada beberapa orang yang baru saja membeli oleh-oleh, plastik bawaan yang berisi makanan juga “dirampas” oleh monyet. Jadilah plastik pembungkus sobek, dan makanan berceceran. Tak butuh waktu lama kawanan monyet mendekat untuk berebut.
Masih dari dunia penerbangan, AirAsia juga melakukan transformasi menjadi super app. Beberapa waktu lalu, ketika saya mengunjungi kembali situs AirAsia.com, saya mendapati beberapa hal yang berbeda. Saya iseng untuk mencari sebuah jadwal penerbangan dengan rute domestik. Hasilnya? Ternyata hasil pencarian tidak seperti sebelumnya yang hanya menampilkan jadwal penerbangan yang dilayani oleh AirAsia, tapi juga didominasi oleh penawaran dari maskapai lain.
Di Indonesia saja, AirAsia mungkin tidak melayani banyak rute dibanding dengan maskapai lain. Apalagi di masa pandemi COVID-19 sekarang ini. Pencarian pilihan perjalanan sekarang menggunakan/berafiliasi dengan Kiwi.com.
Dengan menjadi super app, banyak layanan yang sekarang dapat dipesan melalui situs airasia.com maupun aplikasi. Saya sendiri, belum mencoba satupun. Penasaran juga, apakah ini akan sebaik layanan sejenis seperti Traveloka atau Tiket.com.
Juga, airasia.com memperkenalkan logo dan identitas baru.
Peluncuran aplikasi super airasia.com merupakan wujud inovasi berkelanjutan dari airasia guna meningkatkan nilai tambah bagi pelanggan. Kami memahami kebutuhan pelanggan akan fleksibilitas perjalanan, sehingga kami meluncurkan inovasi baru AirAsia Unlimited Pass, fasilitas yang memungkinkan pelanggan untuk pesan sekarang dan terbang nanti, yang kini telah tersedia di beberapa negara dan menjadi model untuk maskapai lain. Kami memahami saat ini pelanggan sudah sangat ingin bepergian, sehingga kami meluncurkan SNAP, paket tiket pesawat plus hotel dengan jaminan harga terbaik. Kami juga memahami saat ini masyarakat ingin berbelanja dengan nyaman dari rumah, dan oleh karenanya kami menghadirkan layanan belanja dan pengiriman ke rumah untuk produk bebas cukai, makanan dan hidangan segar untuk beberapa wilayah
Google baru saja merilis logo baru untuk layanan Gmail, untuk lebih selaras dengan layanan lain yang sudah memiliki logo baru terlebih dahulu seperti Google Maps, Google Foto, dan juga Google Chrome. Ini juga sekaligus (hampir) bersamaan dengan perubahan merek G Suite (gsuite.google.com) menjadi Google Workspace (workspace.google.com).
Walaupun tidak mengikuti secara rutin, mungkin sekitar satu atau dua tahun terakhir ini banyak beredar kabar mengenai pembangunan jalan tol di Yogyakarta, yang menghubungkan kota Solo dengan Yogyakarta.
Lokasi “kira-kira” juga banyak sering saya dengar. Terlepas dari nantinya proses pembangunan mulai dari pembebasan lahan dan lainnya, termasuk pro-kontra yang menyertainya, ada beberapa informasi yang mungkin menjawab beberapa pertanyaan mengenai lokasi pembangunan jalan tol tersebut.
Melalui surat keputusan Gubernur DIY No. 206 yang ditetapkan pada 10 Juli 2020 lalu, terlihat cukup jelas mengenai peta lokasinya.
Luas lokasi pembangunan jalan tol Solo-Yogyakarta sekitar 1.774.352 m2
Lokasi pembangunan akan berada/melewati Desa Bokoharjo, Kecamatan Prambanan, Desa Selomartani, Desa Tamanmartani, Desa Tirtomartani, Desa Purwomartani, Kecamatan Kalasan, Desa Maguwoharjo, Desa Condongcatur, Desa Caturtunggal Kecamatan Depok, Desa Sariharjo, Kecamatan Ngaglik, Desa Trihanggo, Kecamatan Gamping, Desa Sinduadi, Desa Sendangadi, Desa Tlogoadi, Desa Tirtoadi, Kecamatan Mlati, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta.
Lokasi penetapan berlaku 2 (dua) tahun sejak ditetapkan. Jadi, bisa saja nantinya ada perubahan.
Saat ini, saya tidak menggunakan layanan internet dari Telkom di rumah, dan bahkan tidak lagi berlangganan Netflix. Tentu, ini kabar baik bagi mereka — yang koneksi ke Netflix terblokir — yang sebelumnya berusaha dengan berbagai macam cara supaya dapat menonton tayangan Netflix.
Khusus pelanggan Telkom IndiHome, masih ada FUP (Fair Usage Policy). Jadi, jika memutuskan untuk berlangganan Netflix, jangan lupa periksa juga FUP. Kalau menilik laman Telkom IndiHome tentang FUP, ketentuan/kebijakan adalah:
Telkom memperhatikan dan peduli terhadap penggunaan layanan Internet secara tidak wajar, oleh karena itu Telkom menerapkan Fair Usage Policy (FUP) untuk menjaga kualitas layanan Seluruh pelanggan IndiHome.
Ketentuan FUP ini berlaku bagi seluruh pelanggan IndiHome Fiber dengan minimal kecepatan 10 Mbps. Layanan IndiHome di bawah 10 Mbps tidak dikenakan FUP. Kecepatan internet setelah FUP tetap akan cukup nyaman bila digunakan secara wajar, sehingga dengan penerapan FUP tersebut, layanan akses internet IndiHome tetap unlimited.
Kebijakan FUP ini merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Ketentuan dan Syarat Berlangganan IndiHome
Telkom berhak untuk mengubah ketentuan kebijakan FUP setiap saat tanpa adanya pemberitahuan sebelumnya kepada pelanggan. Informasi terkait kebijakan FUP akan ditampilkan di website indihome.co.id
Pelanggan akan mengalami penurunan kecepatan Internet apabila mencapai FUP dalam periode 1 bulan. Penghitungan FUP berbasis bulanan. Usage yang dipergunakan untuk menghitung FUP akan direset (di-nol-kan kembali) setiap awal bulan, sehingga diawal bulan usage pelanggan dihitung mulai dari 0 GB.
FUP hanya diberlakukan untuk layanan Internet sehingga pengguna UseeTV dibebaskan dari FUP.
Tidak ada penambahan biaya apabila penggunaan melampaui FUP.
Beberapa hari lalu, ketika saya melewati club housedi tempat saya tinggal, saya melihat spanduk yang menunjukkan informasi bahwa layanan Google Station bisa digunakan. Saya melihat logo Google Station dan CBN di sana.
Singkatnya, Google Station ini adalah layanan (dari Google) yang bekerja sama dengan penyedia jaringan koneksi internet untuk menyediakan koneksi hotspot secara cuma-cuma. Selengkapnya di situs Google Station.
Tentang Google Station
Di Indonesia, Google Station sendiri baru tersedia di beberapa propinsi saja, dan kebanyakan di Pulau Jawa. Di Yogyakarta, saya lihat ada beberapa tempat yang sudah menyediakan. Ada yang perumahan, apartemen, dan juga area wisata.
Semenjak angkutan berbasis daring seperti Go-Jek, Uber (walaupun sudah tidak beroperasi lagi), dan Grab beroperasi di Yogyakarta, saya hampir tidak pernah menggunakan jasa taksi. Berbeda ketika di Jakarta. Selain angkutan berbasis online, kadang saya memilih menggunakan taksi konvensional. Dan, Blue Bird menjadi salah satu pilihan.
Sekitar dua minggu lalu, saya sempat melihat taksi di Yogyakarta memiliki logo Blue Bird. Namun, dalam lambung armada tertulis Pataga, sebuah perusahaan taksi yang sudah lama beroperasi. Selain logo dan warna armada yang ‘Blue Bird banget’, armada sendiri masih terlihat sangat baru. Mungkin telah dilakukan pengecatan ulang. Sebelumnya, armada taksi Pataga berwarna coklat gelap.
Ternyata, sudah sejak awal Januari 2019, Blue Bird melalui kerjasama bersama dengan Pataga hadir di Yogyakarta. Reputasinya yang sudah cukup baik mungkin menjadi jawaban mereka yang masih menggunakan jasa layanan taksi konvensional, terutama di Yogyakarta ini.
Untuk seluruh tagihan kartu kredit yang saya miliki, saya menggunakan layanan e-statement sehingga tidak perlu ada biaya yang muncul hanya karena pencetakan tagihan secara fisik. Dengan ini, seluruh catatan tagihan lebih mudah untuk saya arsipkan.
Di awal Juni 2018, saya mendapatkan tagihan untuk kartu kredit BCA saya. Ketika membukanya, ternyata tagihan kartu kredit memiliki desain baru yang menurut saya lebih baik dari sebelumnya.
Di bawah ini adalah desain tagihan kartu kredit terakhir sebelum muncul desain baru.
Bandingkan dengan desain barunya. Menurut saya, desain baru ini lebih baik, lebih jelas dibaca. Walaupun, ada informasi yang bagi saya pribadi tidak terlalu bermanfaat. Tentu saja, informasi ini bisa sangat bermanfaat untuk nasabah yang lain.
Lalu, apa saja bedanya? Berikut beberapa yang berbeda dalam desain yang baru:
Tidak ada lagi logo BCA Card, Master Card, dan Visa.
Font yang digunakan saat ini adalah Arial, berbeda dari sebelumnya yang menggunakan Times New Roman.
Informasi kode pos ditampilkan dalam detil alamat.
Karena rencana saya melakukan penarikan uang dari Western Union melalui Bank BPD DIY gagal, saya memutuskan untuk tidak ke kantor pos untuk proses penarikannya. Pertama, karena alasan jarak — saat itu saya sedang dalam perjalanan ke tempat kerja dan kantor pos berada dalam lokasi yang berlawanan. Alasan kedua, karena seingat saya ada alternatif lain yang lebih dekat.
Dan, saya teringat kalau saat berangkat dan pulang kerja, saya melihat logo Western Union yang ada di salah satu kantor cabang Maybank Indonesia.
Suasana kantor cabang saat itu cukup sepi. Saya lalu menanyakan kepada petugas apakah untuk penarikan dana melalui Western Union dapat dilayani. Ternyata bisa, dan saya diarahkan untuk mengisi formulir yang tersedia dan mengambil antrian untuk ke Customer Service Officer (CSO).
Sudah cukup lama sejak terakhir kali saya melakukan transaksi melalui Western Union. Di Desember 2017, karena ada keperluan penarikan dana, saya akhirnya mencari dimana tempat melakukan pencairan dana.
Ketika saya ke Bank BPD DIY, saya melihat logo Western Union disana. Jadi, sekalian saja saya lakukan urusan penarikan dana.
Saya langsung menuju ke tempat pengambilan formulir. Saya cari beberapa saat, tetap tidak menemukannya. Bahkan, disekitaran tanda berlogo Western Union-pun juga tidak ada. Mungkin saat itu formulir sedang habis.