Categories
Umum

Berhenti Berlangganan Layanan Telkom IndiHome

Sekitar satu tahun lebih saya sudah berlangganan layanan koneksi internet IndiHome milik PT Telkom Indonesia. Secara umum, tidak ada masalah. Pernah memang, saya mengalami kebingungan dengan tagihan yang dibebankan oleh IndiHome.

Masalah lain yang saya hadapi dulu saat adanya gangguan yang cukup lama — hampir dua minggu — dan diikuti dengan proses saya meminta penyesuaian tagihan. Bulan Mei 2017 ini, saya mencoba untuk mengurus pendaftaran langganan internet di rumah dari penyedia layanan lain, yaitu Biznet Home dari Biznet yang akhirnya jaringan dapat menjangkau tempat tinggal saya. Memang proses pemasangan baru belum selesai, karena permohonan saya baru saya laksanakan akhir pekan lalu. Semoga bisa segera terpasang.

Categories
Umum

Masalah UseeTV Telkom Kode 1305

Kemarin lusa (Jumat), ketika saya mencoba untuk membuka koneksi UseeTV sebagai salah satu fitur dalam paket IndiHome Triple Play, saya mendapatkan permasalahan. Jadi, permasalahan ini karena perangkat STB (Set Top Box) IPTV gagal mendapatkan alamat IP (Internet Protocol). Kode kesalahan (error code) adalah 1305.

Pesan yang ditunjukkan dalam layar menyarankan solusi untuk permasalahan ini yaitu:

  1. Memeriksa apakah jaringan internet berjalan dalam kondisi normal. Saya lakukan pengecekan, dan semua dalam keadaan normal. Koneksi internet dapat diakses tanpa masalah.
  2. Restart perangkat STB melalui remote control. Saya juga sudah lakukan. Ketika selesai restart, permasalahan yang muncul masih sama.
  3. Restart perangkat modem dan diamkan beberapa menit. Disarankan waktu jeda adalah sekitar tiga menit. Saya coba langkah ini. Tetap tidak berhasil.

Karena tidak berhasil juga, akhirnya saya hubungi layanan pelanggan melalui akun @TelkomCare di Twitter. Saya sampaikan informasi nomor pelanggan saya. Tak lama berselang saya mendapatkan informasi bahwa laporan telah diterima, dan saya diberi nomor pelacakan kasus.

Keesokan harinya (Sabtu), saya mendapatkan telpon dari Telkom. Saya dipandu untuk melakukan pengecekan. Ternyata masih tidak berhasil juga. Dari pihak Telkom menyampaikan bahwa nanti akan dibantu dengan mendatangkan teknisi lapangan ke rumah.

Jadi, mari kita tunggu. Semoga tidak perlu sampai menunggu lama hampir tiga minggu seperti kasus sebelumnya.

Perbaruan informasi

  • Sejak masalah ini, memang tidak ada penanganan langsung teknisi datang ke rumah. Saya hanya mendapatkan beberapa kali pesan singkat melalui SMS yang menginformasikan bahwa layanan masih dalam perbaikan.
  • Beberapa hari setelahnya, saya bahkan hampir tidak menyalakan televisi, jadi tidak melakukan pengecekan juga.
  • Kemudian, saya coba kembali sekitar 7 hari setelahnya. Dan, layanan ini telah kembali normal.
Categories
Umum

Penyesuaian Biaya Pembayaran Telkom IndiHome karena Gangguan Layanan

Sejak gangguan layanan Telkom IndiHome yang saya alami selama hampir 3 (tiga) minggu pada bulan April-Mei yang lalu, baru hari ini saya mengurus terkait dengan pembayaran. Ketiga mengurus permasalahan ini, saya diberitahu bahwa biaya dapat disesuaikan atau mendapatkan kompensasi.

Dalam kesempatan yang lain, salah satu rekan kerja saya juga pernah mendapatkan kompensasi. Namun, kompensasi ini tidak berjalan dengan otomatis. Artinya, kita yang secara proaktif harus mengurus dengan mendatangi Plasa Telkom terdekat. Saya sendiri tidak mencoba  untuk mengurus melalui Telkom 147. Ya, daripada bingung menghitung sendiri.

Hari ini, Selasa, 21 Juni 2016, saya mencoba untuk mengurus perihal pembayaran. Karena beberapa minggu terakhir memang cukup disibukkan dengan pekerjaan, dan beberapa kali harus pergi ke Jakarta.

Antri

Baru sekitar pukul 11:50 WIB saya sampai di Plasa Telkom, Kotabaru, Yogyakarta. Saat itu — dan mungkin seperti biasanya — antrian terlihat sangat banyak. Saya mendapatkan antrian nomor 1741. Dan, kalau merujuk ke informasi antrian, maka ada 71 antrian di depan saya. Akhirnya, saya tunggu. Karena sudah pasti lama, saya sempatkan untuk makan siang juga.

Sepertinya, kalau mau menghindari antrian, lebih baik datang lebih pagi. Bahkan, sekitar pukul 15:00 WIB, loket antrian untuk pengambilan nomor antrian juga sudah ditutup karena banyaknya yang perlu dilayani.

Penyesuaian Tagihan

Akhirnya tiba giliran saya. Saya dilayani oleh petugas Customer Service bernama Putri di meja Nomor 2 sekitar pukul 14:30 WIB. Saya jelaskan maksud kedatangan saya, dan tidak berselang lama, saya mendapatkan tagihan yang telah disesuaikan. Detil sebagai berikut:

Biaya IndiHome 3P: 159.600
Biaya Sewa STB/Modem: 50.000
Restusi/Diskon: -10.000
PPN Unsur Kena Pajak: 19.960
TOTAL: 219.560

Sedangkan, untuk tagihan di bulan yang sama (yang belum ada penyesuaian) adalah sebagai berikut (sesuai dengan informasi melalui website Telkom):

PPN UNSUR KENA PAJAK: 19.040,00
BIAYA INDIHOME 3P: 190.400,00
BEA MATERAI: 3.000,00
BIAYA INDIHOME 3P: 109.600,00
BIAYA SEWA STB/MODEM: 50.000,00
RESTUSI/DISKON: -10.000,00
PPN UNSUR KENA PAJAK: 14.960,00
BIAYA INDIHOME 3P: 50.000,00
PPN UNSUR KENA PAJAK: 5.000,00
TOTAL: 432.000

Untuk pembayaran, saya lakukan dengan tunai langsung melalui petugas yang membantu saya. Kalau berdasarkan pengalaman bagaimana permasalahan saya dengan IndiHome yang saya alami, saya rasa memang salah satu syarat menjadi pelangganan Telkom IndiHome salah satunya adalah sabar.

Categories
General

Mi Band 2

From MIUI Official Forum:

Today Xiaomi unveiled Mi Band 2 with OLED display which displays Time, Steps Count and Hear Rate at just RMB 149 (US $23). It will be available for sale from 7th June, 2016 onwards in China.

From Techcrunch

The Mi Band 2 is more expensive than its predecessors, but it’s also a bit fancier. The tiny black-and-white display displays time, your step count, your heart rate, as well as approximative distance and calorie counters. You can also use the device to monitor your sleep. Nothing groundbreaking if you’re familiar with activity trackers.

I think I want one.

Categories
Umum

Updated: Pertama Kali Mengalami Permasalahan dengan Layanan Telkom IndiHome

Sejak kali pertama saya menggunakan layanan IndiHome, baru kemarin saya mengalami gangguan teknis yang cukup lama. Kadang, memang koneksi terasa lambat, atau terputus. Namun, kasus tersebut hanya terjadi beberapa menit saja (terutama ketika terputus). Jadi, secara keseluruhan sebenarnya layanan Telkom IndiHome ini saya rasakan cukup baik.

Kemarin siang (Kamis, 28 April 2016 sekitar pukul 11.30 WIB), koneksi terputus dan baru malam harinya sekitar pukul 23:00 WIB saya menghubungi layanan konsumen melalui telepon ke 147, dan diinformasikan memang ada gangguan jaringan. Dari pengecekan, katanya memang jaringan bermasalah di area tempat tinggal saya. Sekarang, belum ada kabar. Jadi kalau putus total sudah lebih dari 24 jam, walaupun dari pelaporan baru sekitar 14 jam.

Perbaruan info: 3 Mei 2016 pukul 01.00 WIB

Sebagai perusahaan yang juga hadir di kanal media sosial, Telkom memiliki akun di Twitter untuk layanan konsumen melalui @TelkomCare. Akhirnya saya juga mencobanya. Namun, itu juga dibarengi dengan saya menghubungi melalui Telkom 147. Berikut update-nya:

28 April 2016 sekitar pukul 23:00 WIB saya menelpon  Telkom 147 dan terima dengan baik. Saya jelaskan kondisi dan masalahnya. Saat itu saya informasikan — berdasarkan pertanyaan dari petugas call center — bahwa modem dalam kondisi baik, seluruh lampu indikator menyala. Saya diberitahu bahwa akan diusahakan untuk melalukan pengecekan jaringan.

29 April 2016 saya gunakan kanal Twitter @TelkomCare melalui Direct Message. Informasi yang saya terima bahwa kasus saya dalam penanganan dan saya diminta untuk menunggu perbaikan.

30 April 2016 sekitar pukul 10:00 WIB saya hubungi kembali Telkom 147 untuk menanyakan perkembangan kasus gangguan. Petugas menanyakan hal yang sama tentang modem saya. Saya sampaikan bahwa semua menyala baik. Namun, petugas menyampaikan kalau dari sisi pemantauan disana, modem saya tidak terdeteksi. Saya juga follow-up melalui Twitter, dan mendapatkan informasi yang sama: dalam penanganan.

Categories
Umum

Bingung dengan Rincian Biaya/Tagihan Telkom IndiHome!

Sudah bulan kedua ini saya berlangganan layanan IndiHome. Proses menjadi pelanggan juga tidak selancar yang saya perkirakan. Namun, pada akhirnya saya bisa mendapatkan layanan IndiHome untuk mendukung keseharian saya baik dalam bekerja, maupun untuk keperluan lain yang menggunakan koneksi internet.

Beberapa rekan kerja saya juga menggunakan layanan IndiHome dengan paket yang sama. Sebelum saya mendapatkan tagihan pertama saya, kami bertukar informasi mengenai jumlah tagihan. Dan, ternyata tagihan tidak sama. Tentu saja, ada beberapa komponen tagihan yang memengaruhi. Namun, selisihnya sepertinya terlalu banyak satu sama lain.

Akhirnya, saya mendapatkan tagihan pertama di bulan Februari 2016, dengan rincian seperti di bawah ini:

BIAYA INDIHOME 3P: 248.710,00
RESTUSI/DISKON/DEBET: 105.000,00
PPN UNSUR KENA PAJAK: 35.820,00
DENDA TERBAYAR: 3.000,00
PERCAKAPAN PONSEL: 4.488,00
Total Tagihan: Rp 397.018,00

Masih dibawah Rp 400.000,00 sesuai dengan alokasi budget saya — selain ada alokasi untuk kebutuhan pulsa di ponsel, dan layanan mobile data. Untuk kebutuhan internet di rumah, penggunaan untuk kebutuhan sehari-hari saja. Saya bekerja dengan laptop saya, menggunakan internet juga di ponsel dan tablet. Layanan kabel UseeTV juga kadang saya manfaatkan, walaupun sebenarnya cukup jarang juga.

Walaupun dulu ada kabar tentang kebijakan FUP (Fair Usage Policy) dari Telkom, atau pemblokiran Netflix, bahkan pengurangan jumlah kanal siaran di UseeTV, hal tersebut tidak terlalu signifikan bagi saya. Bahkan, kalau saya boleh memilih, saya lebih memilih untuk menggunakan layanan internet saja. Layanan televisi UseeTV dan telepon rumah hampir bisa saya abaikan. Masalahnya, ketiga layanan tersebut (internet, tv cable, dan telepon rumah) sudah menjadi satu paket layanan.

Categories
Umum

Trans7 On The Spot: Cari di YouTube, Tayangkan!

Sebenarnya saya cukup jarang menonton siaran televisi lokal. Selain karena memang saya lebih suka melihat tayangan melalui internet seperti di YouTube, Vimeo, atau sekadar membaca berita. Akhir-akhir ini saya kadang menikmati hiburan melalui Netflix, walaupun belum genap satu bulan dapat diakses oleh pengguna internet di Indonesia, Netflix sudah dalam status diblokir oleh Telkom Indonesia sebagai penyedia layanan internet yang saya pakai. Siaran televisi lokal sendiri memang ada beberapa yang kadang saya tonton seperti acara Kick Andy di MetroTV. Walaupun, kadang memang secara acak saja saya nyalakan televisi, atau melihat karena misalnya di rumah ada yang sedang menonton.

Dan, tak jarang beberapa acara televisi hanya berisi tentang kompilasi berita yang sumbernya juga dari internet. Benar, memang kalau dilihat dari sisi jumlah penonton, banyak yang mungkin belum melihat informasi yang salah satu sumbernya adalah internet. Dan, karena konten video adalah konten utama dari acara televisi, YouTube merupakan ladang konten bagi stasiun TV.

Acara On The Spot yang ditayangkan di Trans7 di hari Senin-Jumat pukul 19.15 WIB ini ‘menarik’, karena berisi kompilasi video tentang sebuah topik. Dan, topiknya juga dibuat semenarik mungkin bagi penontonya. Sebut saja kompilasi video tentang “7 Kisah Kapal Hantu”, “7 Fakta Misterius di Dunia”, atau “7 Pengalaman Setelah Meninggal”. Sumber videonya? Kebanyakan dari YouTube (walaupun mungkin tidak semua).

Bagaimana atribusi penyebutan sumbernya? Sederhana saja, cukup ditulis dengan “Source: Youtube” seperti terlihat dalam contoh dua cuitan berikut yang diunggah melalui akun On The Spot di Twitter (@Trans7OnTheSpot).

Saya memang bukan kreator video di YouTube secara aktif. Namun, ada salah satu YouTuber bernama Martin Johnson yang videonya dipakai dalam acara On The Spot Trans7 yang menyampaikan pendapatnya. Saya rasa video berikut cukup mewakili kreator video di YouTube.

Categories
Umum

Layanan Netflix Diblokir oleh Telkom Indonesia

Walaupun saya memang bukan penikmat film, namun kehadiran Netflix di Indonesia pada awal Januari 2016 yang lalu merupakan daya tarik tersendiri. Saya sendiri saat ini masih mencoba layanan ini melalui periode trial. Hasilnya? Memuaskan. Saya bisa memilih film apa yang ingin saya tonton. Dan, yang tidak kalah penting adalah bahwa saya menikmatinya secara legal.

Harga yang ditawarkan menurut saya juga masih terjangkau, mulai dari Rp. 109.000,- per bulan saja untuk paket yang paling murah yaitu paket Basic, selain ada juga paket lain yaitu Standard dan Premium. Untuk kebutuhan sendiri, paket Basic ini sudah mencukupi.

“Kami blokir Netflix karena tidak memiliki ijin atau tidak sesuai aturan di Indonesia, dan banyak memuat konten yang tidak diperbolehkan di negeri ini. Kami ini Badan Usaha Milik Negara (BUMN), harus menjadi contoh dan menegakkan kedaulatan Negara Kedaulatan Republik Indonesia (NKRI) dalam berbisnis,” Direktur Consumer Telkom Dian Rachmawan. (Sumber)

Namun, belum juga genap satu bulan, layanan Netflix ini diblokir oleh PT Telkom Indonesia. Tentu saja ini dampaknya langsung saya rasakan, karena belum genap satu bulan juga saya berlangganan layanan IndiHome dari Telkom Indonesia. Mulai 27 Januari 2016, Netflix telah diblokir oleh Telkom dengan salah satu alasan karena banyak mengandung konten pornografi. Ya, alasan yang seolah menjadi pembenaran untuk seluruh blokir konten di internet.

Screenshot 2016-01-27 13.51.51

Baik, mungkin benar bahwa ada konten-konten yang “tidak diperbolehkan” seperti pornografi. Saya sendiri kalau materi-materi pornografi belum melihat dan tidak tertarik mencari di Netflix. Tapi, ini seolah Netflix adalah gudang dari materi-materi pornografi. Padahal, untuk berlangganan Netflix saja, sudah ada sebuah filter tersendiri.inimal memiliki akun, dan ketika sudah melakukan pembayaran, metoda pembayaran juga sebenarnya sudah merupakan sebuah penyaring tersendiri.

Alasan lain? Entahlah. Tapi, sejak hadir di beberapa negara di awal tahun ini — secara total, Netflix telah hadir di 130 negara, termasuk Indonesia– dari sisi bisnis ekspansi Netflix tentu saja langsung memberikan dampak positif.

Kalau misalnya ini terkait dengan regulasi, mungkin secara regulasi juga ada yang harus dilihat lebih jauh lagi. Saya tidak mengerti regulasi yang seperti apa. Apa seperti yang terdahulu dalam kasus lain juga yaitu kerjasama dengan pemerintah untuk penyaringan filter, buka kantor di Indonesia, bayar pajak, dan lainnya?

Baiklah, mari kita nonton di Netflix lagi.

Categories
Umum

Pengalaman Proses Pemasangan Akses Internet IndiHome Fiber Telkom Indonesia

Sudah satu minggu ini akhirnya tempat tinggal saya — saya kebetulan menempati tempat baru — tersambung dengan koneksi IndiHome Fiber milik Telkom Indonesia. Dan, sampai dengan saat ini, layanan dapat saya nikmati dengan baik. Saya sendiri menggunakan layanan IndiHome Triple Play (Internet 10 Mbps, UseeTV, dan telepon rumah).

Proses Aplikasi Berlangganan Kali Pertama: Gagal

Tempat tinggal saya di Jogjakarta memang berada dalam lokasi (yang menurut saya cukup ramai) dan berada di tengah kota. Sekitar bulan Oktober 2015, saya pernah mengunjungi Plaza Telkom Kotabaru, Jogjakarta untuk menanyakan apakah area saya dapat dilakukan pemasangan layanan internet IndiHome. Ternyata saaat itu saya kurang beruntung.

Terlepas dari beberapa kondisi bahwa layanan IndiHome kadang mengalami gangguan, namun secara umum kesan yang saya dapatkan dari menggunakan layanan ini di tempat kerja, atau dari reken kerja yang lain cukup baik.

Informasi di bulan Oktober 2015 tersebut menyampaikan bahwa area saya belum ada jaringannya, dan untuk pemasangan memang untuk pemasangan baru harus menggunakan IndiHome, tidak bisa dengan Telkom Speedy — di tempat tinggal saya yang lain, saya masih menggunakan layanan Telkom Speedy. Jadilah saya masuk dalam daftar antrian.

Indihome Fiber Map

Kalau dilihat dari fitur Fiber Map di fibermap.indihome.co.id ada titik sambungan yang cukup jauh. Namun, mungkin data yang ada dalam situs tersebut belum diperbarui. Saya tidak tahu pasti seberapa sering data ini akan diperbarui. Namun, saya sering lihat dalam waktu tersebut cukup banyak saya melihat teknisi Telkom yang melakukan pemasangan jaringan di beberapa area di Jogjakarta.

Karena tidak ada kabar, awal November 2015 saya mencoba untuk melakukan proses registrasi kembali secara online melalui situs IndiHome di indihome.co.id. Dari situs, saya mencoba melihat ketersediaan jaringan. Dan, saya melihat informasi bahwa ada jaringan Fiber To The Home (FTTH) di area saya.

Screenshot 2016-01-21 17.09.23

Akhirnya saya coba peruntungan saya untuk melakukan registrasi pada minggu pertama bulan November 2015 (malam hari). Keesokan harinya, saya mendapatkan konfirmasi melalui telepon dari Telkom. Intinya memberitahukan bahwa jaringan tersedia, dan nanti akan dilakukan pengecekan oleh teknisi. Bahkan, saat itu saya sudah mendapatkan surel konfirmasi berlangganan, termasuk biaya yang akan dibebankan. Akhirnya saya tunggu.

Cukup lama menunggu, saya tidak mendapatkan informasi lanjutan. Karena ada beberapa kesibukan, saya hampir lupa tentang pengajuan berlangganan ini. Awal Desember, saya coba mencari informasi lanjutan dengan menelpon ke Call Center Telkom di 147. Saat itu, saya diberikan ticket follow-up untuk dibantu menyelesaikan permohonan berlangganan.

Selang beberapa hari kemudian, saya mendapatkan telepon dari Telkom Jogjakarta kalau sepertinya area saya belum memiliki jaringan. Jadilah, keinginan saya untuk berlangganan tidak berhasil.

Proses Aplikasi Berlangganan Kali Kedua: Berhasil

Di awal Januari 2016, saya mencoba kembali untuk melakukan permohonan pemasangan baru. Dengan cara yang sama melalui situs Registrasi IndiHome di reg.indihome.co.id. Sebenarnya, ini lebih mencoba peruntungan saja, karena saya dengar dari beberapa rekan kalau permohonan lama tidak diproses, mendingan daftar baru saja.

Categories
Umum

Microsoft Surface Book dari Microsoft

Microsoft baru saja meluncurkan sebuah laptop baru dengan nama Microsoft Surface Book. Walaupun sudah sekitar lima tahun saya menggunakan produk MacBook dari Apple (sekarang menggunakan MacBook Pro 15″ Retina Display sebagai pengganti MacBook Pro 13″), tapi produk baru ini terlihat sangat menarik.

Tentang Microsoft sendiri, saya tidak terlalu mengikuti perkembangannya, terutama dari sisi produk perangkat keras (hardware) dan perangkat lunak (software). Produk ponsel terakhir dari Microsoft yang saya beli adalah Microsoft Lumia 535. Untuk software, saya menggunakan produk Office 365 dalam keseharian mendukung pekerjaan saya yang banyak berurusan dengan pembuatan dan mengulas dokumen proyek, berselancar, dan membuat presentasi. Saya sendiri mulai menggunakan Office 365 sejak tahun 2014.

msf-srfcbook-1824810-2841-02841


Saya lihat spesifikasi Microsoft Surface Book di situs Microsoft, ternyata spesifikasi dan fiturnya sangat bagus! Walaupun, secara harga — dengan konversi Dollar Amerika terhadap Rupiah saat ini — cukup tinggi. Dalam situs tertulis USD 1,499. Dengan asumsi Dollar Amerika setara dengan Rp 14.000,– maka harganya akan mulai berkisar Rp 20.000.000,-

Spesifikasi

Beberapa spesifikasi dan fitur yang ditawarkan dan sepertinya menarik:

  • Dimensi: 12.30″ x 9.14″ x 0.51 – 0.90″ (312.3mm x 232.1mm x 13.0 – 22.8mm)
  • Media penyimpanan Solid state drive (SSD) dengan opsi 128GB, 256GB, 512GB, atau 1TB.
  • Memory: 8GB atau 16GB RAM
  • Prosesor: 6th Gen Intel® Core i5 atau i7
  • Berat: Mulai dari 3.34 pounds  atau setara 1,516 grams termasuk papan ketik
  • Tampilan:  Layar 13.5″ PixelSense display, resolution: 3000 x 2000 (267 PPI), aspect ratio: 3:2, touch: 10 point multi-touch
  • Data tahan baterai sampai 12 jam memutar video berdasarkan percobaan yang telah dilakukan.

Walaupun belum pernah menggunakan secara langsung, tapi membaca ulasan tentang produk Microsoft Surface Book dari beberapa situs dibawah ini, sepertinya produk ini sangat menarik.

Categories
General

Inbox by Gmail is available for everyone

Inbox by Gmail is now available for everyone. Previously, those who want to get Inbox by Gmail should be invited by other Inbox users. Inbox by Gmail is available for iOS and Android. Or, simply go to inbox.google.com. I’m using it in daily basis, and so far I like the way it displays the messages.

Categories
Umum

Berkunjung dan Menikmati Sajian Makanan di Dowa Honje Bag and Restaurant Jogjakarta

Kemarin (13 Januari 2015), kali pertama saya menginjakkan kaki di Dowa Honje Restaurant (atau, sebut saja Honje Resto) di kawasan Jl. Mangkubumi, Jogjakarta. Kedatangan saya juga atas ajakan untuk mencicipi sajian kuliner melalui acara kecil food tasting yang diadakan disana.

Kalau kita bicara kota Jogja, laju perkembangan kota ini terasa berjalan dengan cukup cepat. Bagi para pemburu dan pecinta makanan, alternatif juga mulai banyak untuk memanjakan mereka. Bahkan, beberapa gerai makanan yang dulunya mungkin hanya dapat dinikmati di kota besar seperti Jakarta, sekarang sudah dapat ditemui di Jogja. Konsep pilihan makanan yang “itu-itu saja” mungkin mulai tidak berlaku lagi. Atau, bagi beberapa orang mulai bingung dengan banyaknya alternatif.

dowa Honje mangkubumi

Sebelum datang, saya sengaja tidak terlalu banyak mencari referensi tentang apa yang ditawarkan dan lebih memilih untuk menantikan kejutan-kejutan yang mungkin akan saya dapatkan, dengan tanpa memiliki ekspektasi apapun soal rasa, harga, ataupun pilihan menu.

Nama “Honje Resto” mungkin cukup asing jika dibandingkan dengan nama “Dowa” (‘Dowa’ sendiri berasal dari bahasa Sansekerta yang berarti ‘doa’). Untuk yang suka dengan fesyen — terutama pecinta produk tas — produk tas dengan merek Dowa saya rasa cukup familiar. ‘Dowa Honje Resto’ sendiri dapat dilihat sebagai sebuah perbaduan antara showroom produk tas Dowa dan restoran yang berada dalam satu bangunan arsitektur yang sama. Dalam bangunan dua lantai ini, Honje Resto berada di area lantai dua.

Kecombrang, kantan, atau honje (Etlingera elatior) adalah sejenis tumbuhan rempah dan merupakan tumbuhan tahunan berbentuk terna yang bunga, buah, serta bijinya dimanfaatkan sebagai bahan sayuran. Nama lainnya adalah kincung (Medan), kincuang dan sambuang (Minangkabau) serta siantan (Malaya). Orang Thai menyebutnya kaalaa. Di Bali disebut kecicang sedangkan batang mudanya disebut bongkot dan keduanya bisa dipakai sambal (sambel matah). (Sumber: Wikipedia)

Kesan pertama

Tak perlu waktu lama bagi saya untuk jatuh hati pada disain arsitektur bangunan ini. Kesan artistik, unik, dan menarik langsung saya dapatkan ketika saya dihadapkan kepada disain lantainya. Ketika saya ke beberapa area, disain secara keseluruhan selalu menahan saya untuk sejenak menikmatinya. Bahkan, bagi saya tanpa penunjuk toilet juga terlihat menarik.

Karena kebetulan acara yang saya hadiri ini agak sedikit khusus, jadi ada kesempatan juga untuk dapat berbincang dan mendapatkan informasi tentang bangunan yang ditempati oleh showroom Dowa bag dan juga Honje Resto ini.

Categories
Umum

Ulasan Ponsel Microsoft Lumia 535 Dual SIM

Microsoft, sebagai perusahaan yang mengakuisisi Nokia, mengeluarkan produk ponsel pertama yang menghilangkan identitas “Nokia”, yaitu Microsoft Lumia 535. Jadi, tidak perlu bingung mengapa dulu ada istilah ‘Nokia Lumia’, namun nama Lumia sendiri sekarang tidak disandingkan dengan ‘Nokia’.

Microsoft Lumia 535

Pertengahan Desember 2014 ini, saya memutuskan untuk membeli Lumia 535. Produk Lumia 535 ini saya beli melalui pre-order di Blibli dan saat itu saya mendapatkan penawaran harga sekitar Rp 1.250.000,00 (pembayaran menggunakan kartu kredit). Saya memang cukup lama tidak menggunakan produk Nokia Lumia/Microsoft (sekarang Microsoft Lumia). Sehari-hari, saya sendiri menggunakan produk Apple (iPhone 5, iPad 3, dan MacBook Pro 15″ Retina Display), dan juga OPPO (OPPO R819). Jadi, secara sistem operasi di ponsel, saya sehari-hari menggunakan iOS dan Android.

Spesifikasi dan Disain

Untuk spesifikasi, saya tidak akan terlalu membahasnya disini. Ulasan lengkap tentang spesifikasi teknis Lumia 535 bisa dilihat langsung di situs Microsoft. Beberapa informasi singkat tentang spesifikasi dasar yang mungkin perlu dilihat adalah:

  • Mendukung dual SIM
  • Ukuran layar 5 inchi
  • Sistem operasi: Windows Phone 8.1 (Lumia Denim)
  • Kamera utama dan kamera depan dengan resolusi 5 MP
  • Dimensi: panjang: 140,2 mm, lebar: 72,4 mm, tebal: 8,8 mm, dan berat: 146 gram
  • Resolusi layar: qHD (960 x 540)
  • RAM: 1 GB
  • Memory internal: 8 GB. Dapat ditambah dengan MicroSD sampai dengan 128 GB.

Pilihan warna cukup beragam sesuai dengan selera yaitu hitam, putih, oranye, hijau, dan biru. Saya sendiri memilih warna oranye. Untuk finishing material casing adalah dengan finishing glossy. Secara disain, saya menyukainya. Walaupun dari sisi ukuran bukanlah yang paling kecil, dan paling tipis, namun secara keseluruhan dari sisi disain tidak mengecewakan. Paling tidak, masih cukup nyaman untuk dipegang dengan satu tangan. Untuk yang berjari agak pendek, mungkin akan terasa agak kurang nyaman dengan dimensi yang ditawarkan.

Categories
General

Let's talk about NOKN: A smart modular bag

I couldn’t remember how many bags I had. I was not so picky about the design, colors, or models. I only need some common criteria: it’s functional, and its price should be good. I don’t mind spending more cash on bags (or any other fashion items) as long as it’s good and it fits me.
Last year, I discovered NOKNbag. It’s a business by some cool guys in my hometown, Jogjakarta. One of them is my junior high school friend who I haven’t met for years. He  shared about NOKNbag products. I have to admit that it was cool. But, I decided not buying it right away. “Well, may be later…”, I thought. In some occasions, I saw more people having this kind of bag. And, I had a chance to experience this bag, to meet this bag in person. And, it only took me seconds to decide: I need to have one.
And, I didn’t buy one. Not two, but also bought  special vouchers (worth around 50% off) for all friends at work. We invaded NOKN’s studio — it’s not far from the my office — to do a live mix-and-match. These are some items we bought back in 2013.
NOKN
The collection has only simple name: NOKNbag v2.1. And, it’s only a single product, but each element can be purchased separately. Some color options are also available. This is my configurations (I don’t always have them at once, anyway):

  • One Metal Gun body color
  • 3 flaps (red, blue, and white)
  • 1 shoulder pad (Metal Gun)
  • Inside Partition (Grey)
  • Laptop case (Grey). I can bring my 15″ MacBook Pro Retina Display!

nokn-office-1824121724124
Some customers mentioned that they could bring lots of stuff in it. And, they’re right. When I need to do a short trip (2-3 days) to Jakarta for example, I only bring one bag that contains these following items: 15″ MacBook Pro (with its MagSafe), iPad (with charger), iPhone, 3 t-shirts, 2 skirts, 2 shirts, small towel, and some stationaries.
It’s  my primary (and daily) bag. It’s my companion for work, or business trip.

Categories
Umum

Kehilangan iPad

Hampir setahun lalu, saya sempat sesaat kehilangan salah satu piranti bergerak milik saya. Sebuah iPad. Keberuntungan dan kebaikan seseorang telah berpihak kepada saya saat itu. Tidak jadi hilang, dan kembali ke tangan saya tanpa kurang satu apapun.

Namun, keberuntungan memang tidak bisa dipaksakan. Dua hari lalu, iPad tersebut hilang. Sampai saat ini memang status hilang, dan memang ada harapan bahwa akan bisa saya dapatkan kembali. Sebuah iPad generasi ke-tiga Retina Display, warna putih, 64 GB.

Akhir Februari ini kebetulan harus ke Jakarta untuk urusan pekerjaan. Seperti biasa, saya tidak ingin terlalu repot dengan barang bawaan. Yang tidak biasa adalah saya memutuskan untuk membawa juga tas kecil yang ingin saya gunakan untuk membawa barang khususnya barang elektronik. Atau, sebut saja barang yang akan sering keluar masuk tas.

Setelah terbang dari Jogjakarta dan mendarat di Jakarta, semua masih baik-baik saja. Saya lanjutkan dengan melanjutkan agenda (langsung dari bandara Soekarno-Hatta), langsung menuju ke Wisma BNI 46 di Sudirman. Tempat meeting cukup santai. Di sebuah gerai Dunkin’ Donuts sekitar pukul 15.00-17.00. Saya memang tidak sempat mengeluarkan iPad saya dari tas. Saya cuma pegang iPhone dan ponsel saya yang lain.

Setelah selesai meeting, berpindah tempat untuk makan malam di Bakmi Permata, masih di kawasan Wisma BNI 46. Cukup singkat. Sekitar pukul 18.15, kami pulang.

Dari tempat tersebut, saya melanjutkan perjalanan ke daerah Senopati, Jakarta Selatan untuk acara yang lain. Bertemu dengan beberapa rekan kerja sewaktu saya kerja di Jakarta beberapa tahun lalu. Ketika akan pulang, barulah saya menyadari kalau tas kecil tersebut sudah tidak bersama saya lagi.

Ada keinginan untuk langsung kembali ke tempat semula. Tapi, jalanan macet dan waktu sudah cukup malam. Ditambah saya sendiri sudah terlalu capek. Saya urungkan niat saya. Saya sempatkan mengecek melalui Find My iPhone. Tidak terdeteksi. Dan, saya baru ingat memang iPad masih dalam kondisi Airplane Mode. Saya coba kirim pesan dan notifikasi, dan mengubah status menjadi “Lost Mode”. Agak sulit memang, karena iPad saya memang tidak sedang terhubung dengan internet.

iPad_lost_photo

Saya putuskan untuk mencoba keberuntungan saya pada pagi harinya. Sekitar pukul 10.00 pagi hari Sabtu, 1 Maret 2014 saya kembali ke Wisma BNI 46. Tujuan pertama saya ke restoran Bakmi Keriting Permata. Saya bertemu dengan beberapa pegawai disana. Setelah saya sampaikan maksud kedatangan saya, saya mendapatkan jawaban bahwa barang yang saya cari tidak ada.

Saya coba kembali ke Dunkin’ Donuts. Kebetulan, salah satu pegawai yang bertugas pagi itu adalah pegawai di hari sebelumnya. Saya masih sangat akrab dengan wajahnya. Saya sampaikan tentang keperluan saya, dan saya mendapatkan kabar baik. Kurang lebih begini percakapannya.

S (Saya): “Pagi, Mbak. Kemarin sore sekitar pukul 15.00 saya kesini. Apakah ada barang tertinggal berupa tas kecil berwarna hitam?”
P (Pegawai Dunkin’): “Sebentar saya cek dulu. Kemarin sih memang katanya ada tas ketinggalan”
S: “Wah, kalau begitu, minta bantuannya ya, Mbak…”
P: (Setelah mencoba memeriksa ke ruangan belakang) “Maaf, untuk lemari dikunci dan dibawa yang lain. Coba tinggalkan nomor telepon saja, nanti kami hubungi…”

Saya tuliskan nomor telepon saya, mengucapkan terima kasih, dan meninggalkan tempat itu.

Saya menaruh harapan bahwa saya akan dihubungi. Dan, saya menunggu.

Menunggu…

Sampai akhirnya, sekitar pukul 19.00, tidak ada juga pesan masuk ke ponsel saya (dan tak ada panggilan masuk ke ponsel). Saya putuskan untuk menguji keberuntungan saya kembali dengan pergi ke Wisma BNI 46 untuk ketiga kalinya.

Saya tetap kembali menanyakan ke kedua tempat tersebut. Di restoran Bakmi Keriting Permata saya mendapatkan jawaban yang sama (dan saya mendapat jawaban dari orang yang berbeda dari yang saya temui pertama kali). Di Dunkin’ Donuts, saya bertemu dengan salah satu petugas di kasir. Petugas yang satu (wanita) masih ada disana. Setelah obrolan, ternyata:

  • Benar bahwa ada tas tertinggal, TAPI sudah diambil oleh pemiliknya.
  • Tas tersebut agak berbeda dengan milik saya setelah saya deskripsikan.
  • Saat itu, sudah tidak ada barang lain yang tertinggal.

Dan, sepertinya peluang untuk ketemu semakin kecil saja. Atau bahkan tidak mungkin. Ya, sudahlah.

Hal seperti ini memang jadi agak rumit. Yang saya bisa lakukan adalah memercayai apa yang disampaikan oleh orang dimana saya bisa berharap mendapatkan informasi/barang saya kembali. Saya sudah usaha, tapi mungkin usaha saya sudah cukup untuk saat ini.

Terakhir, saya cuma pantau melalui Find My iPhone. Oh ya, jadi yang hilang dalam tas itu (setelah saya menyadari kembali):

  • iPad 3 warna putih, 64 GB, beserta dengan charger.
  • Boneka Danbo
  • 1 kabel charger OPPO R819

Kalau mencoba memikirkan tentang kondisinya, ada kemungkinan:

  • iPad tertinggal di Dunkin’ Donuts/restoran Bakmi Keriting Permata, ditemukan oleh pengunjung dan dibawa.
  • iPad tertinggal di Dunkin’ Donuts/restoran Bakmi Keriting Permata, ditemukan oleh petugas, namun tidak dibagikan informasinya ke petugas lain.
  • iPad dibawa orang, tapi tidak diapa-apain, tetap dalam Airplane Mode.
  • iPad dibawa orang, sudah di-wipe data dan seluruhnya.

Sedih? Iya. Tapi, ya sudahlah. Semoga bermanfaat bagi yang menemukan. :)