iPhone 5 Battery Replacement Program –Apple offers free battery replacement for iPhone 5 sold during September 2012 and January 2013. This is a worldwide program and Indonesia is on the list.
Tag: iPhone
One of the routines relate to my laptop is to keep everything organised. This includes folders management, removing unused files or installing/uninstalling applications, etc.
For disk usage checking purpose, I use OmniDiskSweeper. Yes, I also have Macpaw’s CleanMyMac 2, but OmniDiskSweeper will do a simple and specific task as mentioned on its site:
OmniDiskSweeper is really great at what it does: showing you the files on your drive, in descending order by size, and letting you decide what to do with them.
One of the directories using lots of storage was ~/Library/Application Support/MobileSync/Backup/
. This directory stores the backup of the iOS devices. I have iPad and also iPhone. I only have 250 GB of storage configuration for my Macbook Pro, and the backup consumes tens of GB.
To remove the unnecessary backup files, open iTunes, choose Preferences, and select the Devices menu. There are some old backups that I think safe enough to be removed. So, I did that. So, I only keep the latest backup for now.
The backup solution is pretty easy and straight forward. Even I don’t regularly synchronised my files, in most cases I only backup the media files especially photo. And, I prefer to use Image Capture to save the photos/videos to the folder I wanted.
On Telegram
I’ve been using many messaging app. For now, I’m enjoying using Telegram for some simple reasons: lots of my colleagues and frequent contacts are there. It also supports multiple devices (using a single identity). It’s great since I can switch between devices (MacBook, iPhone, iPad and my Android devices) seamlessly.
Tulisan ini adalah lanjutan dari artikel sebelumnya tentang ponsel Lumia 535. Sebelum saya menuliskan artikel tersebut, saya sudah mencoba menggunakan ponsel (beserta dengan sistem operasi Windows Phone) walaupun belum dalam frekuensi sehari-hari. Selanjutnya, dalam waktu sekitar satu minggu terakhir, saya mencoba untuk menggunakannya dalam keseharian saya. Jadi, saya ingin mencoba ‘memberi kesempatan’ kepada ponsel Lumia (atau sistem operasi Windows Phone) ini untuk menjawab kebutuhan saya.
Artinya, saya mencoba melakukan aktivitas rutin saya — yang biasanya saya lakukan di ponsel Android, iPhone dan iPad — di ponsel Lumia. Walaupun secara spesifik saya menggunakan Lumia 535 dalam tulisan ini, namun secara keseluruhan — koreksi jika saya salah — saya rasa saya bisa saja mendapatkan pengalaman yang sama ketika menggunakan jenis ponsel dari seri keluaran lain, sepanjang ponsel tersebut menggunakan sistem operasi Windows Phone.
Tulisan berikut berdasarkan versi Sistem Operasi Windows Phone 8.10.14226.359, versi Firmware 02055.00000.14511.22002.
Layar (yang mungkin terlalu) sensitif
Baik ketika saya menggunakan iPhone atau ponsel OPPO R819, saya tidak mengalami terlalu banyak perbedaan tentang sensitifitas layar. Gesture yang saya lakukan dapat berjalan dengan baik dan hampir tidak mengalami perbedaan berarti. Namun, ketika saya menggunakan ponsel Lumia, saya sering mengalami bahwa layar terlalu sensitif. Ketika saya swipe/scroll, saya sering mengalami bahwa gesture terbaca sebagai ‘tap’. Saya sebenarnya ingin scroll, namun sering kali malah membuka aplikasi. Dan, ini seringkali terjadi.
Email/surel (surat elektronik), Kalender, dan Kontak
Secara prinsip, surel dapat dipergunakan dengan cukup baik, dalam pengertian bahwa seluruh surel saya baca melalui ponsel. Saya mencoba untuk menambahkan beberapa akun surel seperti Gmail, Yahoo Mail, Outlook, dan email kantor, semua dapat berjalan dengan baik.
Untuk kalender, saya menggunakan Google Calendar sebagai layanan utama untuk mengatur kalender/agenda. Dan, untuk kontak, saya menjadikan layanan Google (melalui Gmail) untuk pengelolaan kontak. Seluruh kontak saya dapat saya impor tanpa masalah.
Untuk kalender dan surel, saya harus berneogisasi dengan diri saya sendiri terutama pada bagaimana keseluruhan experience. Kalau fokusnya adalah bahwa informasi bisa saya dapatkan melalui ponsel Lumia, hal ini sudah terjawab.
Namun, bagaimana terkait dengan tampilan, pengalaman pengguna dan antar muka? Ini memang preferensi yang sangat personal. Tapi, saya harus bilang bahwa saya tidak terlalu menikmati untuk bekerja dengan surel dan kalender di ponsel Lumia saya.
Aplikasi Bertukar Pesan (Messaging)
Untuk bertukar pesan pendek, saya sudah hampir tidak pernah menggunakan SMS. Aplikasi utama yang sering saya pakai — diantara begitu banyak pilihan aplikasi chatting — adalah WhatsApp dan Telegram. Untunglah kedua aplikasi tersebut tersedia untuk Windows Phone.
(Tautan: WhatsApp untuk Windows Phone, Telegram untuk Windows Phone).
WhatsApp dan Telegram secara prinsip dapat berjalan dengan cukup baik secara performa. Dan, penting bagi saya karena kedua aplikasi tersebut dikembangkan resmi oleh penyedia layanan. Kadang, saya juga menggunakan Skype dan juga Blackberry Messenger. Saya tidak menggunakan Google Hangouts di Windows Phone, karena aplikasi resmi tidak bisa saya temukan. Dan,saya memang agak jarang menggunakannya — karena tidak banyak rekan dalam kontak saya yang menggunakannya secara aktif (dibandingkan dengan yang ada di WhatsApp atau Telegram).
Papan Ketik yang terlalu besar
Ini memang masalah selera, namun, menurut saya papan ketik (keyboard) yang dimiliki oleh ponsel Lumia ini memakan terlalu banyak area layar. Dan, secara pribadi saya sendiri kurang nyaman dengan kondisi ini.
Dukungan/pilihan aplikasi
Ponsel saat ini banyak sekali digunakan untuk kebutuhan yang bermacam-macam. Saya sendiri selain untuk keperluan pekerjaan, juga memanfaatkan ponsel untuk berinteraksi (melalui aplikasi bertukar pesan), ataupun menggunakan layanan media sosial untuk berbagi informasi, gambar, dan aktivitas lainnya.
Saya memiliki harapan untuk dapat tetap menggunakan aplikasi sehari-hari yang saya pakai walaupun saya berpindah ponsel (dengan sistem operasi berbeda). Hampir semua yang saya lakukan di iPhone dapat saya lakukan di Android — dan juga sebaliknya — walaupun dengan tampilan antar muka yang sedikit berbeda. Namun, secara umum saya mendapatkan pengalaman yang hampir sama.
Hal ini yang tidak bisa saya dapatkan melalui Windows Phone di ponsel Lumia saya. Kalaupun ada aplikasi sejenis, baik yang dikembangkan oleh penyedia layanan atau oleh pengembang lain, tetap saja secara keseluruhan saya kurang menikmati tampilan, disain, dan pengalaman aplikasi yang ditawarkan.
Di akhir tahun 2014, VentureBeat merilis tentang bagaimana aplikasi yang dikembangkan oleh masing-masing sistem operasi untuk perangkat bergerak. Dalam hal ini bagaimana aplikasi yang dibuat oleh Apple (iOS), Google (Android), dan Microsoft (Windows Phone) dan ketersediaannya di masing-masing pasar aplikasi.
Dari grafik diatas, Microsoft memang cukup banyak menyediakan aplikasi buatannya untuk tersedia di sistem operasi lain. Tentu saja, di Windows Phone Store, Microsoft menjadi rajanya. Bahkan, di Apple App Store, Microsoft justru memiliki aplikasi yang lebih banyak dibandingkan kompetitornya.
Namun, ini tidak sebaliknya. Secara aplikasi memang Microsoft memiliki jumlah yang banyak. Tapi, Apple dan Google sepertinya justru tidak tertarik untuk mendistribusikan aplikasi mereka (atau membuatnya tersedia) untuk Windows Phone.
Apple sendiri justru di Apple App Store hanya memiliki sedikit aplikasi. Tapi, sistem operasi, distribusi/penjualan ponsel menjadi magnet sendiri bagi para pengembang aplikasi atau perusahaan untuk membuat aplikasi tersedia disana.
Penutup
Setelah mencoba dalam penggunaan sehari-hari, serta menyesuaikan dengan kondisi sehari-hari bagaimana saya memanfaatkan sebuah ponsel, saya merasa bahwa untuk saat ini ponsel Lumia — dalam hal ini Microsoft Lumia 535 — kurang cocok untuk saya. Secara hardware, Microsoft Lumia 535 ini menurut saya cukup baik, namun terkait dengan aplikasi pendukung, banyak kebutuhan yang belum terjawab — bagi saya untuk penggunaan sehari-hari.
Catatan: Jika harus memilih salah satu aplikasi yang paling bagus (dan karena hanya tersedia di Windows Phone), saya tetap merasa MixRadio adalah aplikasi terbaik.
Microsoft, sebagai perusahaan yang mengakuisisi Nokia, mengeluarkan produk ponsel pertama yang menghilangkan identitas “Nokia”, yaitu Microsoft Lumia 535. Jadi, tidak perlu bingung mengapa dulu ada istilah ‘Nokia Lumia’, namun nama Lumia sendiri sekarang tidak disandingkan dengan ‘Nokia’.
Pertengahan Desember 2014 ini, saya memutuskan untuk membeli Lumia 535. Produk Lumia 535 ini saya beli melalui pre-order di Blibli dan saat itu saya mendapatkan penawaran harga sekitar Rp 1.250.000,00 (pembayaran menggunakan kartu kredit). Saya memang cukup lama tidak menggunakan produk Nokia Lumia/Microsoft (sekarang Microsoft Lumia). Sehari-hari, saya sendiri menggunakan produk Apple (iPhone 5, iPad 3, dan MacBook Pro 15″ Retina Display), dan juga OPPO (OPPO R819). Jadi, secara sistem operasi di ponsel, saya sehari-hari menggunakan iOS dan Android.
Spesifikasi dan Disain
Untuk spesifikasi, saya tidak akan terlalu membahasnya disini. Ulasan lengkap tentang spesifikasi teknis Lumia 535 bisa dilihat langsung di situs Microsoft. Beberapa informasi singkat tentang spesifikasi dasar yang mungkin perlu dilihat adalah:
- Mendukung dual SIM
- Ukuran layar 5 inchi
- Sistem operasi: Windows Phone 8.1 (Lumia Denim)
- Kamera utama dan kamera depan dengan resolusi 5 MP
- Dimensi: panjang: 140,2 mm, lebar: 72,4 mm, tebal: 8,8 mm, dan berat: 146 gram
- Resolusi layar: qHD (960 x 540)
- RAM: 1 GB
- Memory internal: 8 GB. Dapat ditambah dengan MicroSD sampai dengan 128 GB.
Pilihan warna cukup beragam sesuai dengan selera yaitu hitam, putih, oranye, hijau, dan biru. Saya sendiri memilih warna oranye. Untuk finishing material casing adalah dengan finishing glossy. Secara disain, saya menyukainya. Walaupun dari sisi ukuran bukanlah yang paling kecil, dan paling tipis, namun secara keseluruhan dari sisi disain tidak mengecewakan. Paling tidak, masih cukup nyaman untuk dipegang dengan satu tangan. Untuk yang berjari agak pendek, mungkin akan terasa agak kurang nyaman dengan dimensi yang ditawarkan.
Last week, I finally decided to upgrade my iPhone 5 to iOS 8 Beta 4. When the iOS Beta 1 was available, I took the risk to have it installed. But, it was too disappointing for too many bugs and errors. I’m excited about the upcoming iOS 8 features, and I want to try some of the features. There is a discussion thread at MacRumors Forum which lists the application compatibility on iOS 8. Anyway, I have lots of apps installed right now. If you’re not sure about having the iOS Beta, you can wait for the official release.
I have some applications that are not running well, and one of them was WhatsApp. It keeps crashing. I can accept the fact that some other applications are broken or crashed. But, WhatsApp is an app that I use on daily basis. After searching for solutions, there are two popular ways to fix this issue:
I chose the second option, because it’s pretty straight forward. Big thanks to Ritvij Pathak’s The Tech Portal. So, what was the problem? Quoting from the site:
The main reason for the crashes is typographic ligature. For those of you who didn’t get what it is, don’t fret, we didn’t either. Turns out it has something to do with two letters being read as one syllable. Ex: letter combos like ff, fi, ffi, fii, will make WhatsApp crash.
What I found was that WhatsApp crashed when I typed some words or there are some words that are already in the database file. So, I followed the instructions and had everything solved. I want to reproduce the solution based on my experience.
I need to download two applications: iExplorer and Navicat for SQLite. Both are paid applications but the trial version are available. After I had it installed, these are steps I did. Anyway, WhatsApp iCloud setting should be turned off.
Open iExplorer — your iPhone should be connected, of course — and navigate to Apps > WhatsApp > Documents. Export the ChatStorage.sqlite
file by right-clicking on the file and choose the export destination of your choice. You will need this file later. Having the backup for this file is advisable. So, after exporting this file, duplicating this file won’t hurt.
Open Navicat for SQLite and import the ChatStorage.sqlite
from the previous step. Navigate to Query and add a new query. Paste the query below, and Run it.
update ZWAMESSAGE set ZTEXT = replace( ZTEXT, 'ff', 'f f') where ZWAMESSAGE.ZTEXT like '%ff%'; update ZWAMESSAGE set ZTEXT = replace( ZTEXT, 'fi', 'f i') where ZWAMESSAGE.ZTEXT like '%fi%'; update ZWAMESSAGE set ZTEXT = replace( ZTEXT, 'fl', 'f l') where ZWAMESSAGE.ZTEXT like '%fl%'; CREATE TRIGGER insert_Ff AFTER INSERT ON ZWAMESSAGE BEGIN UPDATE ZWAMESSAGE SET ZTEXT = replace( ZTEXT, 'ff', 'f f') WHERE ZWAMESSAGE.ZTEXT like '%ff%'; END; CREATE TRIGGER insert_Fi AFTER INSERT ON ZWAMESSAGE BEGIN UPDATE ZWAMESSAGE SET ZTEXT = replace( ZTEXT, 'fi', 'f i') WHERE ZWAMESSAGE.ZTEXT like '%fi%'; END; CREATE TRIGGER insert_Fl AFTER INSERT ON ZWAMESSAGE BEGIN UPDATE ZWAMESSAGE SET ZTEXT = replace( ZTEXT, 'fl', 'f l') WHERE ZWAMESSAGE.ZTEXT like '%fl%'; END;
Your ChatStorage.sqlite
has been updated. The next thing you need to do is bring the file back to the iPhone using iExplorer. Move it to the same place and if you’re asked to replace the file, just replace the file.
My previous errors with WhatsApp was fixed immediately. But, it seems that the errors still occur under different situation. The most common problem is that WhatsApp still keep crashing when I type some words in the window. For now, the temporary solution works, and let’s wait the official update from WhatsApp team. I’m sure they will fix it once iOS 8 is available.
1Password-ed
There are many services on the internet. It means there are many accounts (if you’re registering to those services) to remember. Some services offers login using popular “connect” feature. For example you can login using Facebook, Gmail, or Twitter for some specific services. This is a good scenario since we only need to remember password for those services.
But, I personally likes the “native registration” process. Meaning that I have to register manually and using a specific password each service. The consequence is that I have many passwords. I mean many. Of course, it might be easier I use the same password for multiple services. But, it’s not a recommended workflow. Anyway, if a service provides a 2-step authentication process e.g. Google, I will be using it.
I’m an Apple customer. So, I work most of the time on my MacBook and iPhone. There should be an easy way to manage these passwords. There is a popular application called 1Password by AgileBits Inc. I’ve heard about the application, but I didn’t buy it until yesterday. 1Password gets 50% discount. I decided to buy 1Password for Mac and iOS. I got my Mac version for $24.99 or IDR 289,000.00 (regular price: $49.99), and iOS version for $8.99 or IDR 99,000.00.
I couldn’t remember how many bags I had. I was not so picky about the design, colors, or models. I only need some common criteria: it’s functional, and its price should be good. I don’t mind spending more cash on bags (or any other fashion items) as long as it’s good and it fits me.
Last year, I discovered NOKNbag. It’s a business by some cool guys in my hometown, Jogjakarta. One of them is my junior high school friend who I haven’t met for years. He shared about NOKNbag products. I have to admit that it was cool. But, I decided not buying it right away. “Well, may be later…”, I thought. In some occasions, I saw more people having this kind of bag. And, I had a chance to experience this bag, to meet this bag in person. And, it only took me seconds to decide: I need to have one.
And, I didn’t buy one. Not two, but also bought special vouchers (worth around 50% off) for all friends at work. We invaded NOKN’s studio — it’s not far from the my office — to do a live mix-and-match. These are some items we bought back in 2013.
The collection has only simple name: NOKNbag v2.1. And, it’s only a single product, but each element can be purchased separately. Some color options are also available. This is my configurations (I don’t always have them at once, anyway):
- One Metal Gun body color
- 3 flaps (red, blue, and white)
- 1 shoulder pad (Metal Gun)
- Inside Partition (Grey)
- Laptop case (Grey). I can bring my 15″ MacBook Pro Retina Display!
Some customers mentioned that they could bring lots of stuff in it. And, they’re right. When I need to do a short trip (2-3 days) to Jakarta for example, I only bring one bag that contains these following items: 15″ MacBook Pro (with its MagSafe), iPad (with charger), iPhone, 3 t-shirts, 2 skirts, 2 shirts, small towel, and some stationaries.
It’s my primary (and daily) bag. It’s my companion for work, or business trip.
Goodbye Readmill
Readmil has been my favorite ebook reader so far. I have shared my thought on this long time ago. I have a good really good experience. But, it seems that I have to find another alternative in the future since Readmill will be closed permanently in next July 2014. Sad.
This Berlin-based team will be joining Dropbox, a file hosting company. Dropbox does not offer ebook reading feature. The reason is more about the talent. For now, I will keep having Readmill on my iOS device (iPhone 5) and Android. I have it installed in both devices. For iPad? Well, I don’t have it anymore since I lost it last month. When Readmill is really gone, I think I’ll move back to iBooks on iOS. For Android? I’m still searching the best alternative.
Goodbye Readmill, you’ll be missed.
Kehilangan iPad
Hampir setahun lalu, saya sempat sesaat kehilangan salah satu piranti bergerak milik saya. Sebuah iPad. Keberuntungan dan kebaikan seseorang telah berpihak kepada saya saat itu. Tidak jadi hilang, dan kembali ke tangan saya tanpa kurang satu apapun.
Namun, keberuntungan memang tidak bisa dipaksakan. Dua hari lalu, iPad tersebut hilang. Sampai saat ini memang status hilang, dan memang ada harapan bahwa akan bisa saya dapatkan kembali. Sebuah iPad generasi ke-tiga Retina Display, warna putih, 64 GB.
Akhir Februari ini kebetulan harus ke Jakarta untuk urusan pekerjaan. Seperti biasa, saya tidak ingin terlalu repot dengan barang bawaan. Yang tidak biasa adalah saya memutuskan untuk membawa juga tas kecil yang ingin saya gunakan untuk membawa barang khususnya barang elektronik. Atau, sebut saja barang yang akan sering keluar masuk tas.
Setelah terbang dari Jogjakarta dan mendarat di Jakarta, semua masih baik-baik saja. Saya lanjutkan dengan melanjutkan agenda (langsung dari bandara Soekarno-Hatta), langsung menuju ke Wisma BNI 46 di Sudirman. Tempat meeting cukup santai. Di sebuah gerai Dunkin’ Donuts sekitar pukul 15.00-17.00. Saya memang tidak sempat mengeluarkan iPad saya dari tas. Saya cuma pegang iPhone dan ponsel saya yang lain.
Setelah selesai meeting, berpindah tempat untuk makan malam di Bakmi Permata, masih di kawasan Wisma BNI 46. Cukup singkat. Sekitar pukul 18.15, kami pulang.
Dari tempat tersebut, saya melanjutkan perjalanan ke daerah Senopati, Jakarta Selatan untuk acara yang lain. Bertemu dengan beberapa rekan kerja sewaktu saya kerja di Jakarta beberapa tahun lalu. Ketika akan pulang, barulah saya menyadari kalau tas kecil tersebut sudah tidak bersama saya lagi.
Ada keinginan untuk langsung kembali ke tempat semula. Tapi, jalanan macet dan waktu sudah cukup malam. Ditambah saya sendiri sudah terlalu capek. Saya urungkan niat saya. Saya sempatkan mengecek melalui Find My iPhone. Tidak terdeteksi. Dan, saya baru ingat memang iPad masih dalam kondisi Airplane Mode. Saya coba kirim pesan dan notifikasi, dan mengubah status menjadi “Lost Mode”. Agak sulit memang, karena iPad saya memang tidak sedang terhubung dengan internet.
Saya putuskan untuk mencoba keberuntungan saya pada pagi harinya. Sekitar pukul 10.00 pagi hari Sabtu, 1 Maret 2014 saya kembali ke Wisma BNI 46. Tujuan pertama saya ke restoran Bakmi Keriting Permata. Saya bertemu dengan beberapa pegawai disana. Setelah saya sampaikan maksud kedatangan saya, saya mendapatkan jawaban bahwa barang yang saya cari tidak ada.
Saya coba kembali ke Dunkin’ Donuts. Kebetulan, salah satu pegawai yang bertugas pagi itu adalah pegawai di hari sebelumnya. Saya masih sangat akrab dengan wajahnya. Saya sampaikan tentang keperluan saya, dan saya mendapatkan kabar baik. Kurang lebih begini percakapannya.
S (Saya): “Pagi, Mbak. Kemarin sore sekitar pukul 15.00 saya kesini. Apakah ada barang tertinggal berupa tas kecil berwarna hitam?”
P (Pegawai Dunkin’): “Sebentar saya cek dulu. Kemarin sih memang katanya ada tas ketinggalan”
S: “Wah, kalau begitu, minta bantuannya ya, Mbak…”
P: (Setelah mencoba memeriksa ke ruangan belakang) “Maaf, untuk lemari dikunci dan dibawa yang lain. Coba tinggalkan nomor telepon saja, nanti kami hubungi…”
Saya tuliskan nomor telepon saya, mengucapkan terima kasih, dan meninggalkan tempat itu.
Saya menaruh harapan bahwa saya akan dihubungi. Dan, saya menunggu.
Menunggu…
Sampai akhirnya, sekitar pukul 19.00, tidak ada juga pesan masuk ke ponsel saya (dan tak ada panggilan masuk ke ponsel). Saya putuskan untuk menguji keberuntungan saya kembali dengan pergi ke Wisma BNI 46 untuk ketiga kalinya.
Saya tetap kembali menanyakan ke kedua tempat tersebut. Di restoran Bakmi Keriting Permata saya mendapatkan jawaban yang sama (dan saya mendapat jawaban dari orang yang berbeda dari yang saya temui pertama kali). Di Dunkin’ Donuts, saya bertemu dengan salah satu petugas di kasir. Petugas yang satu (wanita) masih ada disana. Setelah obrolan, ternyata:
- Benar bahwa ada tas tertinggal, TAPI sudah diambil oleh pemiliknya.
- Tas tersebut agak berbeda dengan milik saya setelah saya deskripsikan.
- Saat itu, sudah tidak ada barang lain yang tertinggal.
Dan, sepertinya peluang untuk ketemu semakin kecil saja. Atau bahkan tidak mungkin. Ya, sudahlah.
Hal seperti ini memang jadi agak rumit. Yang saya bisa lakukan adalah memercayai apa yang disampaikan oleh orang dimana saya bisa berharap mendapatkan informasi/barang saya kembali. Saya sudah usaha, tapi mungkin usaha saya sudah cukup untuk saat ini.
Terakhir, saya cuma pantau melalui Find My iPhone. Oh ya, jadi yang hilang dalam tas itu (setelah saya menyadari kembali):
- iPad 3 warna putih, 64 GB, beserta dengan charger.
- Boneka Danbo
- 1 kabel charger OPPO R819
Kalau mencoba memikirkan tentang kondisinya, ada kemungkinan:
- iPad tertinggal di Dunkin’ Donuts/restoran Bakmi Keriting Permata, ditemukan oleh pengunjung dan dibawa.
- iPad tertinggal di Dunkin’ Donuts/restoran Bakmi Keriting Permata, ditemukan oleh petugas, namun tidak dibagikan informasinya ke petugas lain.
- iPad dibawa orang, tapi tidak diapa-apain, tetap dalam Airplane Mode.
- iPad dibawa orang, sudah di-wipe data dan seluruhnya.
Sedih? Iya. Tapi, ya sudahlah. Semoga bermanfaat bagi yang menemukan. :)
Mengatur penyimpanan berkas di laptop
Salah satu kebiasaan saya terkait dengan penyimpanan berkas (di komputer) adalah bahwa saya jarang menghapusnya. Saya — dan mungkin banyak orang juga — melakukan penyimpanan di beragam layanan atau metoda yang umum. Misalnya foto disimpan di layanan seperti Flickr, Instagram, atau bahkan Facebook. Berkas pekerjaan disimpan di Dropbox, atau Evernote untuk catatan-catatan lainnya.
Karena kebiasaan ini, sering kali kebutuhan media penyimpanan menjadi masalah tersendiri. Kadang bahkan, sampai tidak sadar properti apa yang pernah tersimpan, terunduh, maupun ter-backup. Tidak semua berkas saya simpan dalam layanan daring seperti diatas. Beberapa saya juga simpan di layanan seperti Amazon Web Service. Kebanyakan justru malah saya simpan di laptop, atau di hardisk eksternal.
Saat ini, selain laptop, saya memiliki dua buah media penyimpanan utama di rumah:
- StoreJet Transcend Media dengan kapastitas 2 TB
- WD My Book Live 3TB Personal Cloud Storage
Trancend 2 TB lebih sering saya pakai untuk melakukan backup di laptop, karena hanya bisa menggunakan USB. Untuk yang Personal Cloud, saya gunakan untuk melakukan backup dari laptop (MacBook Pro Retina Display 15″), iPad 3, dan iPhone 5. Ponsel lain (BlackBerry dan Android) tidak saya khususkan untuk backup. Khusus untuk MacBook Pro, ini adalah piranti yang paling sering saya backup. Selain karena supaya aman (paling tidak punya backup), dan juga karena media penyimpanan MacBook Pro ini yang relatif lebih kecil (SSD 250 GB).
Dan, karena kebiasaan pula, kadang penggunaan hardisk di laptop bisa tidak terkontrol. Hari ini misalnya, saya coba lakukan penghapusan berkas-berkas yang misal sudah saya backup, atau tidak diperlukan lagi. Ternyata, hasilnya cukup banyak. Bisa sampai 30 GB. Untuk melakukan kegiatan bersih-bersih hardisk, saya gunakan bantuan dari aplikasi CleanMyMac 2.
Hampir kehilangan iPad
Karena beberapa situasi, saya memang harus bolak balik dari Jogja ke Jakarta. Dan, ketika di Jakarta, sarana transportasi yang paling sering saya gunakan adalah taksi. Untuk alasan kepraktisan, dan tidak ribet saja. Selama saya di Jakarta, dan berdasarkan pengalaman pribadi (termasuk rekomendasi), saya memang hanya memilih untuk naik beberapa taksi dari perusahaan Blue Bird, Express, Gamya, dan Taxiku.
Taksi lain pernah sekali dua kali menggunakan. Dan, selama ini bisa dikatakan tidak ada menemui masalah atau pengalaman yang tidak mengenakkan. Satu atau dua kali pernah, tapi dibandingkan dengan seluruh pengalaman, saya rasa saya beruntung karena bisa dikatakan mendapatkan pelayanan yang baik.
Beberapa hari yang lalu, ketika menggunakan jasa taksi di Jakarta — saat itu saya menumpang Taksi Express, saya hampir kehilngan iPad saya. Untuk sepotong cerita, saya sudah tuliskan di blog lain. Tapi, ini mungkin adalah potongan cerita yang lain tentang apa yang terjadi hari itu.
Setelah menyadari kehilangan, saya telepon layanan konsumen dari Taksi Express. Kondisinya adalah bahwa saya tidak ingat nomor lambung taksi yang saya gunakan, dan rentang waktu sudah cukup lama. Sempat panik tentu saja, tapi sepertinya saya setuju bahwa yang paling penting adalah untuk tetap tenang.
Having some Apple products, I read lots of news regarding the products or the company like product updates, rumors, etc. One of them is about the story about stolen/missing products. Today, I almost lost my New iPad. I was lucky to have in back within hours. How?
Today, it was just like regular day. I went to the office in the morning. Since I’m now in Jakarta, I take taxi almost everyday to reach the office. I like spending my time reading using Flipboard, checking Twitter timeline using Tweetbot, or reading emails. After few hours, I just realised that I didn’t have my iPad with me. I was panic. The first thing I did was remembering the taxi number. Usually, I remember the taxi number, or even taking its picture. But, today I completely forgot about it. The only thing I remembered was taxi company. It was Express Group.
There are many opinions regarding Express Group services. I also have my experiences with this company. In most cases, I have positive experience with them. For today, I have a good and nice service. Thank you, Express Group!
The first thing I did was opening Find my iPhone app on my iPhone. I tried to locate my iPad. And, I found its location. Nice. But, I was not sure whether it was still with the taxi driver, or someone already had it. I located and activated the “Lost Mode” from iCloud website, and created a message asking to contact me. I gave both my cell numbers. I also hit the “Play Sound” button.
Searching…
I called the customer service number, and explained the situation. I told the operator about the situation. After that, I refreshed Find my iPhone on my iPhone. When I was in the taxi, I told the taxi driver — still from the same company — that I left my iPad. When I checked my iPad, it’s not far from my location. I asked the taxi driver to drive me to my iPad location. I was sure that the taxi driver kept it for me. I kept thinking positive. Almost every minute, I always check the latest location. And, it was moving. The “problem” with checking the position from mobile device is that it’s not real-time. So, within 30 seconds, it was moving from one location to another pretty fast. Especially, because the traffic was good.
So, how’s the location history? See the screenshot below.
When I tried to reach a destination, I realised that the taxi (which brought my iPad) was passing. Taking another turn? Way too late. At least I tried. Again, I only hope that: the taxi drive had my iPad, he kept it with him, and — more importantly — he would bring it back to the station and contacted me. I decided to go back to the office after knowing that the taxi went to Sudirman area.
I checked again from my MacBook Pro. It’s still moving. I had to admit that I was amazed with the location report.
I tried to hit the “Play Sound” again. In the next few seconds, I got a phone call. I picked it up. And, he asked me whether I was the one who left something in red case in the taxi. Voila! The taxi driver called me telling that he had my iPad with him!
I talked to him, asking about his position — of course I already knew it from my iPad’s location. I quickly asked him about the taxi number. It was: BC 5713. I told him whether he was able to drive to the office, and I also told him to keep my iPad with him. He agreed to bring it after his lunch.
I was happy. I am happy, of course.
Lessons learned
It was the first time I used Find my iPhone feature — and I hope I don’t need to use it again! — in real case scenario. Here are few things I learned:
- Turning Location Service on the device is useful. Yes, it consumes more battery power.
- Apple Maps did a great job.
- Checking the device location from iPhone does not give you the real-time location info. But, from my MacBook, I have almost real-time respond. That’s what I found. Not sure whether it happens this way, or not.
- Turn Auto-Lock ON.
- I have to be more careful.
When I was in the meeting, the taxi driver called me. I run from the second floor, and met him. He handed me the iPad. I promised myself that I would give him something for his effort and honesty. He said sorry because it took time for him to arrive because of the bad traffic. I said thank you. I gave him some money. He refused to accept it. But, I insisted.
Few minutes later, I texted him to say thank you for his kindness. Then, I called the taxi operator asking for information about the taxi driver’s name, and his station. I also told the operator about the good experience — especially about the kind and honest taxi driver. Thank you Pak Heru!
Happy ending? Yes. Want to be in the same situation again? Definitely not!
Penumpang Terakhir di Sebuah Penerbangan
“Yang paling tidak enak menjadi penumpang yang naik terakhir itu adalah pandangan orang-orang yang sudah ada dalam pesawat…”
Itulah kurang lebih yang pernah saya dengar dari salah satu rekan pekerjaan saya dulu. Sesuatu yang hanya bisa saya bayangkan. Entah dengan berbagai alasan, tentu saja hal tersebut bisa dialami oleh mereka yang menjadi penumpang penerbangan.
Alasannya mungkin beragam. Menghabiskan banyak waktu di antrian check-in, tidak mengindahkan informasi dari waiting lounge, atau mungkin malah karena datang ke bandara terlalu mepet dengan jadwal. Seingat saya, saya hampir tidak pernah mengalaminya. Mungkin ini sebuah prestasi tersendiri bagi saya :)
Tapi, jika itu prestasi, maka prestasi saya berakhir pada bulan Januari 2013 ini. Ya, saya menjadi penumpang terakhir yang masuk ke pesawat (dalam sebuah penerbangan). Ya, anggap saja ini prestasi yang lain, hehe…
Di awal bulan Januari ini, saya kebetulan ada keperluan pekerjaan ke Kuala Lumpur. Dan, setelah selesai, saya kembali ke Jogjakarta (dari Jakarta). Tidak ada yang istimewa dalam hal persiapan perjalanan. Yang sedikit berbeda adalah tentang bahwa saya memutuskan untuk berangkat jauh lebih awal ke bandara. Sehari sebelumnya, saya dapat informasi kalau jalan ke arah bandara sempat terhenti karena kemacetan yang disebabkan oleh genangan air.
Kemarin (Sabtu, 5 Januari 2012), saya akhirnya datang lagi ke Graha XL di Jl. Mangkubumi, Jogjakarta. Kedatangan saya kali ini karena saya ingin mengubah kartu. Kartu utama saya yang terpasang di iPhone 4 — baca tulisan terkait: “Pengalaman Mengurus Micro SIM XL Axiata (di Jogjakarta)” — ingin saya pindahkan ke iPhone 5 yang mulai saya miliki bulan lalu, dan sebaliknya.
Masalahnya adalah bahwa ukuran dari kartu tersebut berbeda. Memang penggantian kartu fisik bisa dilakukan sendiri dari micro-SIM ke nano-SIM. Masalahnya adalah bagaimana dengan dari nano-SIM ke micro-SIM. Ditambah lagi saya malah takut salah potong yang mengakibatkan kartu tidak dapat digunakan.
Sebenarnya, rencana saya untuk mengurus penggantian kartu ini sudah minggu lalu. Tapi, karena akhir tahun dan lalu lintas di Jogja sangat padat, saya tunda terlebih dahulu.
Sabtu sore sekitar pukul 14:30 saya datang ke Graha XL. Tidak banyak antrian sore itu. Ketika saya datang, saya mendapat nomor antrian 471. Baru saja saya duduk, saya dipanggil ke meja Customer Service, dan saya dilayani oleh CSO yang bernama Ratih — menurut identitas di meja nomor 2.
Setelah saya sampaikan maksud kedatangan saya, ternyata stok untuk nano-SIM tidak ada. Tapi kalau micro-SIM ada. Karena pada prinsipnya nomor saya yang micro itu tinggal dipotong (walaupun dari sisi tebal memang sedikit berbeda), CSO tersebut menawarkan untuk memotongnya. Saya menyetujuinya. Ternyata berhasil tanpa masalah. Langsung saya pindahkan ke iPhone 5 milik saya, dan semua berfungsi dengan baik.
Nano-SIM yang sudah ada akhirnya diganti dengan kartu lain (micro-SIM) yang baru. Semua proses berjalan dengan cepat, tanpa ada masalah. Saya pasang kartu baru tersebut, dan semuanya berfungsi dengan baik.
Setelah semuanya selesai — saya lupa tepatnya berapa menit, saya sempatkan tanya juga beberapa hal tentang layanan internet di luar negeri, karena kebetulan saya ada rencana perjalanan ke Kuala Lumpur. Informasi yang saya dapatkan cukup lengkap — yang walaupun pada akhirnya saya coba baca lagi di situs XL. Tentang bagaimana nanti pengalaman menggunakannya di luar negeri, saya akan coba ulas.
Oh ya, untuk penggantian kartu — dan modifikasi kartu — tidak dikenakan biaya alias gratis. Lha terus kok pakai 2 buah iPhone? Justru penggantian kartu ini karena iPhone 4 memang mau dibuat untuk keperluan bersama dengan rekan-rekan kerja di kantor :)