Sejak perubahan status Gunung Merapi menjadi Siaga (Level III) minggu lalu, kalau dari tempat tinggal saya masih terlihat aman saja. Saya secara acak juga mengecek live streaming Gunung Merapi juga masih terpantau tidak ada yang mengkhawatirkan. Semoga tidak.
Namun, ini karena mungkin area tempat tinggal saya masih masuk dalam jarak yang cukup aman. Dari informasi warga di perumahan, di tahun 2010 lalu, memang kawasan perumahan tempat tinggal terkena dampak dari abu vulkanik, walaupun tidak parah. Saat ini sudah ada beberapa diskusi singkat yang menyarankan sebaiknya juga bersiap untuk bahan seperti plasti untuk menutup lobang angin atau ventilasi udara biar aman.
“Kebetulan”, tempat tinggal saya memang menghadap ke arah utara, ke arah Gunung Merapi. Jadi kalau angin berhembus dari arah utara (ke arah selatan), memang sudah pasti akan melewati kawasan perumahan.
Peta Kawasan Rawan Bahaya (KRB) Gunung Merapi, zona terlarang saat ini dan prakiraan area landaan awan panas dalam status Siaga (Level III) sejak diberlakukan pada 5 November 2020. Dapat dibuka dengan aplikasi pemetaan seperti Google Maps. Aktifkan GPS di gawai pintar anda untuk mengetahui posisinya terhadap kawasan rawan bencana Gunung Merapi.
Sumber peta: Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) serta Balai Penelitian dan Pengembangan Teknik Kebencanaan Geologi (BPPTKG) pada Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, Badan Geologi, Kementerian Energi dan Sumberdaya Mineral Republik Indonesia.
Narasi oleh Kelompok Studi Kawasan Merapi (KSKM).
Sumber: Deskripsi Peta Kawasan Rawan Bahaya (KRB) Gunung Merapi.
Hari ini, banyak beredar berkas informasi mengenai perubahan status Gunung Merapi dari Waspada (Level II) menjadi Siaga (Level III) yang berlaku mulai 5 November 2020 pukul 12.00 WIB.
Saya baru tahu informasinya sore hari, tapi menjelang siang tadi memang yang saya rasakan — karena berada di luar rumah — cuaca terasa panas sekali. Ya, biasanya memang panas dan agak mendung, bahkan sering hujan, tapi pagi ini, panasnya terasa berbeda dari biasanya. Bukan seperti panas matahari yang terik.
Saya tidak tahu pasti memang ada hubungan dengan peningkatan aktivitas Gunung Merapi atau tidak, tapi hari ini memang cuaca di Yogyakarta memang panas.
Berdasarkan rekomendasi dari surat edaran tersebut, perkiraan daerah yang dalam status bahaya antara lain:
Untuk Provinsi DIY, ada di Kabupaten Sleman, Kecamatan Cangkringan yaitu Dusun Kalitengah Lor di Desa Glagaharjo, Dusun Kaliadem di Desa Kepuharjo, dan Dusun Pelemsari di Desa Umbulharjo.
Untuk Provinsi Jawa Tengah, ada di:
Kabupaten Magelang, Kecamatan Dukun yaitu Dusun Batu Ngisor, Gemer, Ngandong, Karanganyar (Desa Ngargomulyo), Dusun Trayem, Pugeran, Trono (Desa Krinjing) Dusun Babadan 1 dan Babadan 2 (Desa Paten)
Kabupaten Boyolali, Kecamatan Selo yaitu Dusun Stabelan, Takeran, Belang (Des Tlogolele), Dusun Sumber, Bakalan, Bangunsari, Klakah Nduwur (Desa Klakah), dan Dusun Jarak, Sepi (Desa Jrakah)
Kabupaten Klaten, Kecamatan Kemalang yaitu Dusun Pajekan, Canguk, Sumur (Desa Tegal Mulyo), Dusun Petung, Kembangan, Deles (Desa Sidorejo) dan Dusun Sambungrejo, Ngipiksari, Gondang (Desa Balerante)
Pemandangan Gunung Merapi, 3 November 2020, sekitar pukul 08.00 WIB
Saya kebetulan tinggal di daerah yang dapat melihat Gunung Merapi dengan cukup jelas — tentu saja kalau tidak tertutup mendung. Tapi, kalau benar nanti aktivitas meningkat dan area sisi selatan Gunung Merapi terkena dampaknya, sepertinya ini akan menjadi pengalaman pertama. Seberapa dekat dengan Gunung Merapi, baru akhir bulan lalu saya mampir ke kawasan tersebut — ya walaupun “cuma” ke Telogo Putri.
Live Streaming Gunung Merapi
“Gara-gara” ini juga, hari ini saya baru tahu ada live streming Gunung Merapi di YouTube. Saya tidak terlalu tahu siapa yang mengelola, namun saya yakin ini live streaming yang jelas bermanfaat. Salut untuk yang menginisiasi ini!
Saya sama sekali tidak tahu bagiamana membaca visiual atau data yang ada, tapi dari deskripsi di videonya, ada informasi yang cukup bermanfaat:
Perhatikan Grafik Seismograf pada 4 Stasiun (PUS,KLS,PAS,LAB) jika ada tanda merah/naik/ada suara beep yang muncul secara bersama di 4 stasiun itu artinya merapi sedang melakukan “sesuatu”, sesuatu ini bisa bermacan mulai dari gempa dalam, gempa hybird, atau guguran untuk lebih lengkapnya tanya sama petugas.
Jika Grafik (IMO,MBMBB,UGM) yang hanya bertanda merah/grafik naik tapi TIDAK untuk Stasiun (PUS, KLS, PAS, LAB) artinya sedang terjadi Gempa Tektonik di sekitar Laut Jawa atau bisa juga Gempa yang sangat jauh seperti Fiji, Alaska, Japan, Filipina karena itu muncul di 2Hz – 3Hz
Aktivitas Merapi biasanya lebih sering aktif di 4Hz sampai 10Hz jadi selain itu bisa saja noise.
Jika hanya muncul di Satu Stasiun itu artinya sedang ada noise atau bisa juga petir,banjir,atau getaran yang hanya terjadi di sekitar stasiun tersebut.
Jika kalian melihat cahaya glow di kawah merapi itu normal bagi gunung yang aktif tapi jika glownya termasuk besar artinya sedang terjadi “sesuatu”
Selain Gunung Merapi, silakan kunjungi volcanoyt.com untuk melihat kontribusi lainnya. Kudos untuk kreator dan yang merawat situs dan live streaming tersebut!
Perjalanan di akhir Juni 2015 dari Jogjakarta melalui Bandara Adisutjipto ke Jakarta dengan menggunakan maskapai Citilink Indonesia QG-103 tujuan Halim Perdanakusuma untuk urusan pekerjaan. Pagi itu, ketika saya sampai di bandara bersama dengan beberapa rekan kerja, dari luar tidak begitu ramai. Di area konter check-in sebenarnya tidak begitu ramai, kecuali konter Citilink.
Pagi itu, ketiga rekan saya melakukan check-in melalui mesin self-checkin yang sedang beroperasi. Saya melakukan check-in langsung karena kebetulan pagi itu ada tas yang harus saya masukkan ke bagasi. Antrian cukup panjang, dan seluruh penumpang hanya dilayani oleh satu petugas — padahal kalau tidak salah, total ada dua konter yang sepertinya bisa beroperasi.
Setelah mendapatkan boarding pass saya dan rekan-rekan seperjalanan langsung menuju ke ruang tunggu. Hanya beberapa menit sejak sampai di ruang tunggu, panggilan untuk boarding diumumkan sekitar pukul 05.36 WIB untuk jadwal penerbangan 06.00 WIB. Penumpang pagi itu boarding melalui Gate 1.
Keluar dari Gate 1, saya berjalan ke arah kanan untuk menuju ke pesawat. Pagi itu, matahari sudah mulai kelihatan. Di kejauhan, terlihat samar-samar Gunung Merapi. Tak perlu waktu lama untuk saya masuk ke dalam pesawat. Saya masuk melalui pintu belakang dan langsung menuju ke tempat duduk saya. Ketiga rekan saya duduk di baris 23.
Sudah hampir satu minggu, peristiwa gempa di Padang, Sumatera Barat berlalu. Turut berduka cita bagi para korban dan juga keluarga yang mendapatkan musibah. Ketika pertama kali melihat tayangan televisi, dan juga informasi lanjutan tentang gempa tersebut, langsung saya teringat tentang apa yang melanda kota Bantul dan Jogja (dan beberapa wilayah lainnya) pada saat terjadi gempa besar tahun 2006 yang lalu.
Saya tidak akan membandingkan tentang mana yang lebih parah. Satu hal yang pasti, tidak ada yang menginginkan terjadinya bencana tersebut. Walaupun sudah lebih dari tiga tahun setelah gempa tersebut, saya pribadi masih merasakan perasaan trauma, karena keluarga saya juga menjadi salah satu korban. Saya merasa sangat bersyukur (dan beruntung), karena harta yang paling bernilai — nyawa kami sekeluarga — masih kami miliki. Sesaat setelah gempa, ayah saya pernah bilang, “Uwis, rapopo. Sing penting kabeh slamet… (Sudah tidak apa-apa, yang penting semua selamat)“.