Categories
General

Shopify Order Count and List APIs Do Not Return Correct Data

Well, not 100%, but it’s partially incorrect in my experience.

I was working on a Shopify-related project to make live integration for order fulfilment (in Shopify) with one of the shipping companies in Indonesia. One of the goal I want to achieve is to display the number of orders and list of orders. They should be filtered by two parameters: orders are paid, but not yet fulfilled.

I am not sure about the problem, because previously everything worked without any issues. If the count shows 5 orders, I can see the list of 5 orders. Previously, I used the 2020-07 API version. But, using the latest version (2020-10), I got the same results.

Order APIs

To retrieve the number of total orders, we can use /admin/api/2020-10/orders/count.json API endpoint. Because I need to get the paid and unfulfilled orders, I add two parameters: financial_status=paid and fulfillment_status=unfulfilled. I got this following response:

{
"count": 4
}

To retrieve list of orders with the filters I want, I use /admin/api/2020-10/orders.json API endpoint. Adding same parameters (financial_status=paid and fulfillment_status=unfulfilled), I expect to get all paid and unfulfilled orders. But I got nothing in the response.

{
"orders": []
}

It does not always empty, but sometime the API gives less number of orders. Maybe I should check again with different parameters.

Categories
Umum

Film Animasi Petualangan Sherina dan Petualangan Sherina 2

Beda zaman, beda pula pengalaman. Begitu juga dengan film. Saya bukan pecinta film yang “kalau ada film baru harus nonton”, dan bukan pula termasuk yang “semua orang nonton film A, saya juga harus nonton!”.

Ada film — film Indonesia — yang mungkin masuk kategori film yang menjadi legenda. Petualangan Sherina mungkin salah satunya. Ya, juga tentu saja Ada Apa Dengan Cinta (AADC), Laskar Pelangi, dan lainnya. Tapi, Petualangan Sherina, sebuah film komedi drama musikal tentu memiliki kenangan sendiri bagi mereka yang pernah tumbuh di masa film ini dirilis tahun 2000. Ya, tahun dua ribu. Kalau ada membaca tulisan ini di tahun 2020, film tersebut dirilis 20 tahun lalu.

Sudah merasa tua? Haha!

Saya sepertinya tidak perlu juga cerita tentang Sherina, Sadam, dan Kertarajasa. Tapi, Riri Riza sebagai sutradara, dan Mira Lesmana sebagai produser, tidak terlalu berlebihan jika mereka membuat sebuah sejarah di film Indonesia.

Beberapa waktu lalu, Riri RIza melalui akun Instagram-nya mengumumkan bahwa Miles Film sedang menggarap kembali sekuel Petualangan Sherina ini. Tak hanya satu, tapi dua! Ya, film animasi Petualangan Sherina dan Petualangan Sherina 2.

Film Animasi Petualangan Sherina

Mengutip dari postingan Riri Riza tentang film Petualangan Sherina versi animasi:

Kejutan manis untuk teman-teman penggemar Petualangan Sherina. Untuk pertama kalinya, Miles akan memproduksi sebuah project animasi: Animasi Petualangan Sherina.

Film animasi ini akan kembali mengisahkan perkenalan pertama Sherina dan Sadam ke penonton anak-anak hari ini dalam bentuk animasi yang menggemaskan. Persiapan film panjang animasi ini mulai digarap sejak bulan Mei 2020 dan sedang memasuki tahap akhir pengembangan desain animasi karakter-karakter yang ada dalam cerita Petualangan Sherina.

Untuk pembuatannya, Miles Animation menggaet studio Langit Animasi di Jakarta sebagai Project Leader yang berkolaborasi dengan Hompimpa Animation dari Surabaya dan Afterlab dari Bandung.

Petualangan Sherina 2

Mengenai kapan akan tayang, keduanya direncanakan akan tayang di 2021.

Categories
Umum

Rental Bioskop Cinépolis

Sepertinya, penawaran untuk merental bioskop Cinépolis Indonesia baru-baru ini bisa menjadi solusi bagi mereka yang ingin menikmati nonton film dengan suasana bioskop — layar besar dan audio yang memanjakan telinga memang sulit tergantikan. Cinépolis — dulu namanya Cinemaxx — memiliki beberapa paket layanan rental.

Saya kunjungi situs cinepolisrental.com dan beberapa inforamsi sudah ada disana. Selain untuk menonton dengan fasilitas standar menonton bioskop ala Cinèpolis Indonesia, rental ini bisa juga untuk keperluan lain seperti gathering, meeting, pesta, atau main game bersamaan. Yang pasti, jika ini terkait “berkumpul dalam jumlah terbatas, dengan orang-orang yang sudah dikenal/ditentukan saja”, tentu ini menjadi opsi menarik.

Ada tiga pilihan paket:

  1. Squad, harga Rp599.000,-
  2. Superhero, harga Rp799.000,-
  3. Empire, harga Rp999,000,-

Fasilitas ketiga paket tersebut sama yaitu untuk durasi 2 jam (dengan tambahan 1 jam sebelum dan setelah acara), menentukan film dan waktu. Yang membedakan adalah kapasitas maksimum pengunjung, yaiut 15, 20, dan 25 orang.

Mungkin layanan ini cocok untuk mereka yang ingin tetap menikmati hiburan di bioskop — walaupun tidak harus nonton — tapi bersama dengan orang-orang yang lebih terseleksi, sehingga faktor kesehatan dan keamanan di masa pandemi COVID-19 ini lebih terjaga.

Sayangnya, memang belum semua bioskop Cinèpolis mendukung promo/layanan ini. Saat ini, baru berlaku di Jakarta, yaitu Pluit Village, Plaza Semanggi, Gajah Mada Plaza, Tamini Square, Cibubur Junction dan Metro Kebayoran. Periode waktu berlangsung sampai 3 November 2020, dan dapat berubah. Mungkin bisa berlangsung lebih cepat, atau sebaliknya.

Terkait dengan materi film, apakah boleh membawa film sendiri atau tidak, dan pilihan film apa saja, kondisinya cukup sederhana:

  1. Film yang diputar hanya yang sedang berlangsung di Cinèpolis,
  2. Jika membawa film sendiri, film diharusnya merupakan film yang original.

Untuk memutar di layar besar, pihak Cinèpolis hanya menyediakan kabel HDMI saja. Jadi laptop dan piranti lainnya perlu disediakan sendiri.

Tertarik?

Categories
Umum

Menonton Film Disney+ Hotstar di TV Melalui Chromecast

Ketika di bulan Agustus 2020 lalu, Telkomsel menawarkan promosi tarif spesial untuk layanan Disney+ Hotstar, saya memutuskan untuk menggunakan promosi tersebut. Walaupun, saya tidak terlalu memiliki ekspektasi terlalu tinggi akan bagaimana nantinya.

Rp30.000 untuk menikmati layanan ini selama 3 (tiga) bulan sampai Desember 2020 sepertinya tak ada salahnya dicoba. Apalagi, karena sudah tidak berlangganan Netflix, saya mengandalkan YouTube untuk sekadar menonton hiburan.

Dan, 5 September 2020 yang lalu kali pertama saya mengeksplorasi layanan ini melalui aplikasi Android. Saya coba juga instal aplikasi ini di iPad.

Nonton di Chromecast

Walaupun sudah sekitar 4 tahun lalu Chromecast ini saya beli, tapi sampai sekarang bisa dikatakan tidak ada masalah. YouTube dan (dulunya) Netflix juga bisa dinikmati dengan mudah di TV melalui Chromecast.

Tapi, tidak untuk Disney+ Hotstar ini. Saya tidak menemukan tombol secara langsung untuk meng-cast seperti YouTube atau Netflix. Agak kurang maksimal saja mungkin pengalaman menonton kalau hanya dapat dinikmati di perangkat bergerak seperti ponsel atau tablet.

Padahal, ketika awalnya saya login di iPad saya, dan saya “terdeteksi” di India, saya sempat melihat gambar ikon untuk “cast” ke Chromecast seperti yang biasa saya lihat di YouTube atau Netflix, seperti terlihat dalam gambar di bawah (pojok kanan atas).

Karena melalui ponsel dan tablet juga gagal, saya coba mengggunakan Google Chrome melalui alamat https://www.hotstar.com/id. Google Chrome sendiri sudah memiliki fungsi untuk “cast” melalui Chromecast. Tapi, ini sedikit berbeda karena dengan cara ini, sebenarnya kita me-mirror sebuah tab di peramban Google Chrome.

Tapi, cara ini cukup berhasil, walaupun bukan yang paling nyaman. Caranya cukup mudah:

  1. Buka situs Disney+ Hotstar melalui peramban Google Chome
  2. Dari menu opsi di Google Chrome, pilih Cast
  3. Pilih ke piranti mana yang ingin dituju untuk menampilkan konten dalam tab peramban.
Categories
Umum

Berhenti Berlangganan Netflix

Bulan ini, saya memutuskan untuk menghentikan (sementara) layanan Netflix setelah sekitar lebih dari satu tahun masa berlangganan saya. Beruntung juga, akses ke Netflix menggunakan koneksi internet di rumah lancar dan tidak terblokir. Alasannya sebenernya cukup sederhana: saya tidak punya waktu, dan sayang saja harus membayar sesuatu yang jarang sekali saya gunakan.

Dalam periode hampir tiga bulan berada di rumah karena pandemi ini, dalam satu minggu bahkan saya sepertinya tidak pernah mengakses Netflix sama sekali. Saya lebih sering membuka YouTube, atau Spotify.

Walaupun jarang, tapi akses ke Apple TV+ yang saya aktifkan setelah membeli iPad Pro beberapa bulan lalu ternyata cukup lumayan. Tapi, dasar saya memang jarang menonton juga, jadi akses ke Apple TV+ sebenarnya juga tidak terlalu saya manfaatkan.

Melihat update dari beberapa orang di kanal media sosial mengenai film atau serial terbaru di Netflix, sepertinya menarik. Tapi, waktu benar-benar hampir tersita banyak untuk aktivitas di rumah yang mungkin lebih penting. Mau nonton malam? Rasanya sudah capek saja.

Jadi, sementara ini, sepertinya Netflix harus berhenti dulu. Mungkin nanti akan berlangganan lagi.

Categories
General

macOS Catalina

Kemarin, saya melakukan perbaruan sistem operasi di MacBook Pro saya dari macOS High Sierra ke macOS Catalina. Dengan begitu banyak fitur dan perbaikan yang ditawarkan, sebenarnya tidak terlalu banyak fitur yang saya akhirnya manfaatkan.

Beberapa highlight mengenai yang baru di macOS Catalina bisa dilihat dalam video dibawah ini. Apple juga menyediakan halaman khusus mengenai apa yang ditawarkan oleh sistem operasi versi terbaru mereka.

Saya sendiri saat ini hanya menggunakan dua produk Apple dan saya bukan termasuk yang ingin melengkapi diri dengan produk terbaru dari Apple. MacBook Pro Retina 15″ saya keluaran mid-2012, dan ada sebuah iPad Mini 2 yang tidak mendapatkan dukungan iOS 13. Namun, saya mungkin termasuk yang sebisa mungkin memperbarui aplikasi atau sistem operasi — jika memang masih bisa diperbarui.

Perbaruan sama seperti proses sebelumnya. Sempat saya ragu, apakah saya perlu menunggu terlebih dahulu untuk memperbarui atau langsung saja. Kemungkinan terburuk paling ada beberapa aplikasi yang belum diperbarui jadi tidak dapat digunakan.

Musik, podcast, dan TV

Salah satu perbaruan yang cukup besar ada pada fitur hiburan. Namun, sepertinya tidak ada yang akan saya pakai. Untuk musik — termasuk mendengarkan podcast, saya lebih sering mendengarkan Spotify (dengan berlangganan Spotify Premium). Kalau menonton film atau video, pilihan saya ke Netflix dan YouTube. Bagi saya, layanan yang saya pakai tersebut sudah mencukupi kebutuhan saya.

Photos, Notes, Reminder

Aplikasi Photos, Notes, dan Reminder juga mendapatkan perbaikan. Namun, saya saat ini sudah cukup nyaman dengan menggunakan Google Photos. Saya hampir tidak menyimpan foto — dari kamera ponsel Android — di MacBook. Semua langsung saya unggah ke Google Photos. Untuk pencatatan, saya paling sering masih menggunakan Google Keep. Reminder saya jarang gunakan. Kalaupun perlu reminder paling hanya berupa alarm atau saya buat saja di Google Calendar.

Jadi, semua perbaruan terkait fitur diatas sudah cukup terfasilitasi oleh layanan Google di ponsel Android. Soal sinkronisasi juga tidak ada masalah sama sekali.

Categories
Umum

GoPlay dari Gojek

Akhir September 2019 lalu, Gojek meluncurkan layanan video on demand GoPlay kepada publik dengan harga Rp89.000 per bulan yang dapat dinikmati melalui aplikasi GoPlay. Awalnya saya cukup penasaran, karena siapa tahu GoPlay ini menawarkan sesuatu yang lebih menarik dibandingkan Netflix sebagai aplikasi utama yang saya pakai saat ini untuk menonton film.

Sayangnya, tidak ada opsi untuk masuk misalnya dalam masa percobaan (trial) layanan. Netflix menawarkan uji coba gratis 30 hari, dengan biaya langganan Rp109.000 per bulan. Memang sedikit lebih mahal dari GoPlay, tapi sampai saat ini saya masih setia dengan Netflix dibanding layanan sejenis seperti Hooq atau iflix.

Kalau Netflix juga menawarkan Netflix Originals, GoPlay juga menawarkan konten serial secara eksklusif melalui GoPlay Originals. Di awal, rencana ada tiga konten serial yaitu ‘Saiyo Sakato’ dengan Salman Aristo dan Gina S. Noer sebagai produser (showrunners), ‘Tunnel’ garapan Shanty Harmayn dan Tanya Yuson, dan ‘Gossip Girl Indonesia’ dengan sutradara Nia Dinata.

Categories
Umum

YouTube, Netflix, dan Spotify

Dari sekian banyak pilihan untuk menikmati hiburan di rumah, saya hanya menikmati hiburan melalui YouTube, Netflix, dan Spotify. Beruntung koneksi internet yang dipakai di rumah tidak memblokir akses ke Netflix.

Walaupun ada televisi yang menangkap siaran televisi lokal, namun jarang sekali saya menontonnya. Bahkan, jika memang ada acara yang disiarkan hanya di televisi, kalau juga dapat dinikmati melalui YouTube, saya memilih untuk menontonnya melalui YouTube di ponsel, dan tak jarang saya broadcast ke televisi melalui Chromecast.

Sebenarnya saya belum lama menikmati Netflix kembali setelah dulu kali pertama Netflix muncul saya hanya memanfaatkan periode trial saja. Karena memang tidak terlalu suka menonton film, serial, atau drama. Apalagi dulu sewaktu menggunakan layanan IndiHome yang memblokir Netflix. Walapun layanan seperti HOOQ atau iflix dapat diakses dengan baik, tapi tetap hampir tidak pernah menonton. Pun ada film bagus yang sedang tayang, menonton di bioskop masih menjadi pilihan.

Namun, akhirnya saya harus menyerah kepada Netflix. Dan, sampai saat ini saya cukup menikmatinya, walaupun belum ada secara spesifik serial yang saya ikuti. Pilihan film juga kalau ada rekomendasi atau secara acak saja menonton dari begitu banyak pilihan yang ada. Sama seperti YouTube, saya menikmati Netflix di layar televisi melalui Chromecast.

Dan, untuk musik saya memilih Spotify (Premium). Karena selera musik saya juga termasuk sederhana dan tidak ribet, saat ini Spotify sudah cukup memenuhi kebutuhan selera musik saya. Saya tidak ikut berlangganan ataupun instal JOOX. Tapi ini soal selera saja, bukan?

Categories
General

Good story

“Telling a good story, whether that’s through email, film, or any medium, creates a connection. And it’s this connection that leads to attention, which leads to trust, which leads to sales.” — Mikael Cho: Why you don’t need design like Apple

Categories
Umum

Layanan Netflix Diblokir oleh Telkom Indonesia

Walaupun saya memang bukan penikmat film, namun kehadiran Netflix di Indonesia pada awal Januari 2016 yang lalu merupakan daya tarik tersendiri. Saya sendiri saat ini masih mencoba layanan ini melalui periode trial. Hasilnya? Memuaskan. Saya bisa memilih film apa yang ingin saya tonton. Dan, yang tidak kalah penting adalah bahwa saya menikmatinya secara legal.

Harga yang ditawarkan menurut saya juga masih terjangkau, mulai dari Rp. 109.000,- per bulan saja untuk paket yang paling murah yaitu paket Basic, selain ada juga paket lain yaitu Standard dan Premium. Untuk kebutuhan sendiri, paket Basic ini sudah mencukupi.

“Kami blokir Netflix karena tidak memiliki ijin atau tidak sesuai aturan di Indonesia, dan banyak memuat konten yang tidak diperbolehkan di negeri ini. Kami ini Badan Usaha Milik Negara (BUMN), harus menjadi contoh dan menegakkan kedaulatan Negara Kedaulatan Republik Indonesia (NKRI) dalam berbisnis,” Direktur Consumer Telkom Dian Rachmawan. (Sumber)

Namun, belum juga genap satu bulan, layanan Netflix ini diblokir oleh PT Telkom Indonesia. Tentu saja ini dampaknya langsung saya rasakan, karena belum genap satu bulan juga saya berlangganan layanan IndiHome dari Telkom Indonesia. Mulai 27 Januari 2016, Netflix telah diblokir oleh Telkom dengan salah satu alasan karena banyak mengandung konten pornografi. Ya, alasan yang seolah menjadi pembenaran untuk seluruh blokir konten di internet.

Screenshot 2016-01-27 13.51.51

Baik, mungkin benar bahwa ada konten-konten yang “tidak diperbolehkan” seperti pornografi. Saya sendiri kalau materi-materi pornografi belum melihat dan tidak tertarik mencari di Netflix. Tapi, ini seolah Netflix adalah gudang dari materi-materi pornografi. Padahal, untuk berlangganan Netflix saja, sudah ada sebuah filter tersendiri.inimal memiliki akun, dan ketika sudah melakukan pembayaran, metoda pembayaran juga sebenarnya sudah merupakan sebuah penyaring tersendiri.

Alasan lain? Entahlah. Tapi, sejak hadir di beberapa negara di awal tahun ini — secara total, Netflix telah hadir di 130 negara, termasuk Indonesia– dari sisi bisnis ekspansi Netflix tentu saja langsung memberikan dampak positif.

Kalau misalnya ini terkait dengan regulasi, mungkin secara regulasi juga ada yang harus dilihat lebih jauh lagi. Saya tidak mengerti regulasi yang seperti apa. Apa seperti yang terdahulu dalam kasus lain juga yaitu kerjasama dengan pemerintah untuk penyaringan filter, buka kantor di Indonesia, bayar pajak, dan lainnya?

Baiklah, mari kita nonton di Netflix lagi.

Categories
Umum

Jurassic World

Minggu lalu, akhirnya nonton Jurassic World. Dan, kalau dulu pernah dan suka dengan Jurassic Park, film Jurassic Park tersebut dirilis 22 tahun yang lalu.

Categories
Umum

Pengalaman Menyewa Safe Deposit Box (di bank)

Sekitar akhir tahun 2012 lalu, saya memutuskan untuk melakukan penyewaan Safe Deposit Box (SDB) di salah satu bank di Jogjakarta. Ini memang antara penting dan tidak penting. Ah, toh hanya berkas dan properti yang bisa disimpan di rumah. Salah satu alasan saya adalah pengalaman ketika ada bencana alam gempa di Jogjakarta tahun 2006 yang lalu. Bagaimana pada akhirnya, banyak surat-surat berharga dan properti lain yang cukup penting akhirnya harus rusak dan hilang. Apakah dengan disimpan di Safe Deposit Box akan sepenuhnya aman? Saya rasa, paling tidak lebih aman daripada disimpan di rumah.

Untuk membuka/menyewa Safe Deposit Box, pertama yang saya lakukan adalah mencari informasi ke beberapa bank. Saya cari informasi secara umum seperti berapa biaya sewa, besar/ukuran yang tersedia, dan mekanismenya. Selain harga yang cukup bervariasi (dan tidak terpaut jauh), ternyata untuk syarat dan mekanisme juga relatif sama.

8206371651sdb
Ilustrasi gambar safe deposit box

Kebetulan saat saya mencari informasi, saya memiliki rekening di beberapa bank. Ada beberapa bank yang ternyata tidak memiliki SDB yang tersedia. Akhirnya, keputusan saya jatuh ke Bank BPD DIY. Berikut beberapa hal seputar pengalaman membuka SDB di Bank BPD DIY.

Categories
Umum

Cerita Perjalanan ke Karimunjawa (Bagian 1)

Akhirnya, saya berkesempatan main ke Karimunjawa. Ke sebuah kepulauan yang masuk ke daerah administratif Kabupaten Jepara, Jawa Tengah.

Beberapa bulan yang lalu — tepatnya bulan Mei 2012 — saya memutuskan untuk pergi berlibur beberapa hari dari rutinitas pekerjaan. Kebetulan, ada ajakan untuk mengunjungi Karimunjawa bersama dengan beberapa teman. Halo Firman, Robee, Zam, Virtri dan Diah!

Keberangkatan saya dari Jogjakarta, bersama dengan Firman. Sedangkan rombongan lainnya langsung dari Jakarta. Janjian untuk bertemu juga bukan di Semarang atau Jepara sebagai tempat keberangkatan ke Karimunjawa. Saya dan Firman berkendara dengan mobil menuju Jepara, dan lainnya dari Jakarta menggunakan Air Asia. Setelah mendapatkan informasi tentang jadwal keberangkatan kapal yang akan membawa penumpang dari Jepara ke Karimunjawa, pagi hari sekitar pukul 04.00, saya bersama Firman memulai perjalanan.

Categories
General

Sample Photos: Here are picplz filters in action

Instagram got its popularity these days. It’s exclussively available only for Phone, iPad, and iPod touch users. Just to remind you, Instagram got its 150,000,000 photos uploaded to the service last August. Also, Klout made Instagram as one of the Klout score factors.
There are some similar services offer what Instagram offers, for example Streamzoo, Shnap and picplz. They might not exactly the same, but they share some similar features. I use Instagram as my primary mobile photography activity. I’m still using Flickr anyway and even Instagram — picplz has this feature too — offers direct upload to Flickr, I decided not to use it.
As I said earlier, I use Instagram. I’ve tried picplz too. You probably love the way how you edit your photos using filters provided by Instagram, or picplz. picplz offers some filters and I think they’re great. I want to show you some picplz filters in action here. And, these are some basic information about technical condition:

  • Taken using iPhone 4 (using iOS 5)
  • I use picplz (Version 1.7.1) for iPhone

In this following photos (with filters), I use a photo taken using iPhone 4 camera without any image editing. Here’s the original photo.

Before sending a photo to picplz, you can manipulate it with some filters like “Russian Toy Camera”, “The 70s”, “Little Plastic Lens”, “High Contrast Monochrome”, and more. When I tested, there are 17 different filters. Most of them are just another filter variations, by having “border” and “no border” filters. Of course, you can send your photos edited by external photo editing applications on your phone and send it to picplz.
I only did some basic actions:

  •  Import photo from Camera Roll to picplz
  • Apply a filter
  • Send it directly to picplz (and to Flickr so that I can embed it to this article)
  • Photos sent in “Highest quality” setting

Now, take your time to see picplz photo filters. This article has some pages so that you don’t need to upload all photos in one page. Just use the navigation at the bottom of the article.

Categories
General

Nokia Gulp: The World's Largest Stop-Motion Animation Set using Nokia N8

I’m happy with my Nokia N8. For photo and video features, I don’t use many advanced techniques. And, I have some videos published at Dadio.TV using Nokia N8, so far I’m happy with the result. You can see more than 700 photos I took using Nokia N8 at Flickr.
If you want to see an example of creative and advanced technique using Nokia N8, you should see Gulp. It’s the world’s largest stop-motion animation shot on a Nokia N8. Here’s the final video:

So, what is Gulp?

‘Gulp’ is a short film created by Sumo Science at Aardman, depicting a fisherman going about his daily catch. Shot on location at Pendine Beach in South Wales, every frame of this stop-motion animation was shot using a Nokia N8, with its 12 megapixel camera and Carl Zeiss optics. The film has broken a world record for the ‘largest stop-motion animation set’, with the largest scene stretching over 11,000 square feet.

There are some details on the production process at Nseries blog. These photos (and beind the scene videos) from the production must be watched.