Categories
Umum

Penurunan Biaya Transfer Antarbank Mulai Desember 2021

Melalui program BI Fast Payment (BI-Fast), Bank Indonesia akan menurunkan biaya tranfer antarbank yang saat ini sebesar Rp6.500 menjadi Rp2.500. Rencananya, tahap pertama penyesuaian biaya akan dimulai pada minggu kedua Desember 2021.

Photo by Ono Kosuki from Pexels

BI FAST sendiri merupakan sistem baru yang akan menggantikan Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI).

Tahap pertama untuk penyesuaian biaya akan berlaku untuk PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk, PT Bank DBS Indonesia, PT Bank Permata, PT Bank Mandiri (Persero) Tbk, PT Bank Danamon Indonesia, PT Bank CIMB Niaga, PT Bank Central Asia Tbk, PT Bank HSBC Indonesia, PT Bank UOB Indonesia, PT Bank Mega Tbk, PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk, PT Bank Syariah Indonesia, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, PT Bank OCBC NISP, Bank Tabungan Negara UUS, Bank Permata UUS, Bank CIMB Niaga UUS, Bank Danamon Indonesia UUS, Bank BCA Syariah, PT Bank Sinarmas, Bank Citibank NA, PT Bank Woori Saudara Indonesia.

Sedangkan tahap kedua yang rencananya akan mulai berlaku Januari 2022 akan berlaku untuk PT Bank Sahabat Sampoerna, PT Bank Harda International, PT Bank Maspion, PT Bank KEB Hana Indonesia, PT Bank Rakyat Indonesia Agroniaga, PT Bank Ina Perdana, PT Bank Mandiri Taspen, PT Bank Nationalnobu, Bank Jatim UUS, PT Bank Mestika Dharma, PT Bank Jatim, PT Bank Multiarta Sentosa, PT Bank Ganesha, Bank OCBC NISP UUS, Bank Digital BCA, Bank Sinarmas UUS, Bank Jateng UUS, Standard Chartered Bank, Bank Jateng, BPD Bali, Bank Papua, dan Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI).

Kalau selama ini saya lebih sering menggunakan Flip untuk transaksi transfer antar bank, saya rasa perubahan biaya antar bank secara konvensional juga akan bermanfaat.

Categories
Umum

Perpanjangan Masa Berlaku Akun Kredit AirAsia

Karena pandemi COVID-19 yang belum menunjukkan tanda-tanda membaik, jadi keinginan untuk melakukan perjalanan udara juga masih ditunda lagi. Sebenarnya ada keinginan untuk menggunakan saldo dana yang ada di akun AirAsia dari hasil proses pengembalian dana.

Sedikit ada kabar baik. AirAsia memperpanjang masa berlaku kredit akun menjadi 3 (tiga) tahun sejak diterbitkan. Jadi, ada tambahan 1 (satu) tahun lagi dari masa aktif akun kredit sebelumnya yang selama 2 (dua) tahun.

Categories
Umum

Gagal Login ke Akun Jenius

Lalu bagaimana cara mengambil uang kalau tidak bisa masuk ke aplikasi sama sekali?

Walaupun jarang menggunakan Jenius untuk transaksi, tapi saya memang masih kadang pakai, sekadar untuk menerima pembayaran. Setelah dana masuk, saya yang akan mentransfer ke rekening bank lain. Ini untuk memfasilitasi beberapa pihak yang memilih menggunakan Jenius untuk mengiriman donasi dari kegiatan berbagi bersama yang saya lakukan.

Ketika selama ini saya gagal terus masuk ke aplikasi Jenius di iPhone, saya dapat melakukan transaksi melalui website Jenius. Setelah otentikasi di aplikasi mobile, saya dapat OTP, saya masukkan OTP, mengeset PIN, lalu saya gagal masuk ke aplikasi, dengan pesan session expired.

Apakah ini terkait dengan kondisi terakhir saya masih terotentikasi di ponsel Android? Tidak tahu juga. Yang pasti, ponsel Android saya memang tidak bisa dipakai saat ini. Akses transaksi melalui web yang sebelumnya berhasil, saat ini juga tidak bisa.

Solusi satu-satunya apakah menghubungi layanan nasabah, untuk sesuatu yang mungkin terkait dengan permasalahan di sistem?

Update: Sepertinya memang satu-satunya solusi adalah menghubungi pihak Jenius — sebelum akses melalui situs sudah kembali normal. Saya lihat di Twitter, ada yang mengeluhkan kondisi yang sama.

Dan, jawaban dari @JeniusHelp di Twitter ini saya rasa sudah cukup jelas.

OK, ribet.

Categories
Umum

Merayakan Dicukupkan

Juni lalu, ada sebuah ‘kegelisahan’ yang saya rasakan, dan istri saya juga merasakan hal yang kurang lebih sama. Pandemi yang ternyata bukan membaik, tapi justru semakin memberikan dampak yang lebih berat lagi.

Photo by Mariana Kurnyk from Pexels

Saya hampir tidak baca bagaimana analisis perekonomian nasional dalam masa pandemi. Atau, bagaimana ekonomi secara global. Tapi, sama seperti milyaran manusia di bumi ini, saya tahu yang pasti: semua kena imbasnya. Tentu, ada juga yang secara ekonomi atau bisnis justru sedang menuai.

Itu satu hal.

Saya lebih memilih untuk melihat yang ada di depan mata. Yang sehari-hari terlihat, dan begitu nyata. Dan, semakin melihat banyak hal, semakin terusik perasaan saya. Sangat tidak enak. Saya tidak nyaman.

Dari sekian banyak hal-hal yang bisa dilakukan, segala macam rencana ini dan itu — dari beberapa hal yang sudah berjalan — saya bersama istri akhirnya menambahkan satu lagi komitmen kecil untuk merayakan bagaimana kami selama ini telah sangat dicukupkan.

Kami ingin melakukan hal yang telah banyak dilakukan oleh orang banyak, termasuk beberapa teman yang bahkan jauh lebih dulu. Dulu pernah juga ikut “nebeng” ke aktivitas yang dibuat beberapa teman, dan dengan senang hati melakukannya.

Iya, berbagi nasi/makanan. Karena, dengan kondisi pandemi saat ini, jika ada satu hal yang mungkin harus tercukupi, salah satunya adalah soal bagaimana bisa tetap makan.

Kemasan nasi bungkus yang dibagikan.

Begini rencana awalnya…

“Pesan ke salah satu saudara yang buka warung makan, minta tolong langsung dibungkus, dan nanti diletakkan di depan warung/area dekat situ. Bagi siapapun yang mau ambil, silakan ambil. Kalau habis, ya sudah. Komitmen untuk dua kali seminggu, tidak tahu sampai kapan.”

Kurang lebih rencananya seperti itu. Tidak ada yang sangat istimewa, dan setelah dipikirkan dan dipertimbangkan, harusnya sangat doable.

Soal mekanisme pemesanan, menu, dan lainnya secara detil sudah oke, dan dengan saudara kami ini, memiliki semangat yang sama, dan menyambut baik rencana ini.

Jadi, kami menyerahkan tentang kapan makanan ini akan di masak dan didistribusikan. Dan, karena distribusi tidak akan jauh dari tempat saudara ini, jadi harapannya soal “waktu” bisa lebih disesuaikan sesuai kebutuhan di area tersebut. Oh ya, untuk waktu walaupun bebas kami sepakat untuk tidak di hari Jumat. Karena sepengetahuan kami untuk Jumat sudah banyak saudara-saudara yang sudah berbagi berkat. Kami memilih dua hari yang lain.

Soal menu, kami inginnya tidak hanya soal kuantitas yang penting banyak, tapi harapannya juga secara komposisi cukup baik. Kalau telur atau daging bisa hadir, kenapa tidak?

Semua sudah OK, dana dari komitmen juga sudah ada untuk beberapa minggu ke depan. Jadi, bagaimana kalau langsung mulai saja?

Categories
Umum

Menparekraf Sandiaga Uno tentang Dana Testing Corona Dialihkan untuk Biaya PCR-Antigen Wisatawan

Diperlukan keringanan biaya testing untuk calon wisatawan yang ke Bali. Ini yang akan kita pertimbangkan sebagai bentuk insentif yang bisa kita berikan, yakni testing (biaya PCR atau antigen) yang dibebankan ke pemerintah. Ternyata anggaran testing itu sampe Rp 6 triliun yang belum terserap, baru sedikit sekali yang terserap. Jadi, saya nanti mengusulkan dan dorong ke PEN agar itu bisa dialihkan, anggaran yang tidak terserap sebagai intensif.

Menparekraf Sandiaga Uno tentang pengalihan biaya pengetesan corona dialihkan untuk membiayai PCR atau rapid test antigen wisatawan (yang mau ke Bali). Sumber: Kumparan

Sebentar, Pak Sandiaga Uno… Sebentar.

Sependek pengetahuan saya, pendapat Anda ini agak membingungkan. Benar bahwa Bali terdampak karena pariwisata menjadi faktor penting perekonomian di sana. Bukan bermaksud mengecilkan, tapi daerah lain — walaupun bukan selalu terkait pariwisata — juga mengalami dampak yang luar bisa karena COVID-19 ini.

Sekali lagi, ini bukan sentimen saya soal Bali, tapi tentang pernyataan beliau ini. Saya juga suka Bali ketika berlibur ke Bali.

Tapi, Pak… saya agak bingung dengan logika berpikir Anda.

Categories
Umum

Menutup Akun Jenius BTPN

Tunggu, memang ada terpikir untuk menutup akun Jenius BTPN. Tapi, alih-alih langsung menutupnya, saya pastikan bahwa akun kemungkinan tidak akan dipakai, karena saldo nol.

Saya termasuk salah satu yang akhirnya ‘terjerumus’ untuk membuka akun Jenius dari BTPN. Walaupun registrasi pertama gagal di Februari 2019 lalu, tapi setelah mencoba kembali di Agustus 2019 proses pembukaan akun berhasil dilakukan.

Dalam periode hampir dua tahun memiliki rekening di Jenius, tapi Jenius belum menjadi aplikasi perbankan yang sering saya gunakan. Transaksi yang sering saya lakukan adalah menerima pengiriman dana dari beberapa teman, yang secara nominal tidak besar. Selebihnya, hampir tidak pernah saya gunakan. Saya memiliki beberapa Jenius cards yang saya minta. Dan, sepertinya ini tidak terlalu bermanfaat bagi saya, karena justru saya semakin jarang membawa kartu fisik.

Kebanyakan transaksi yang saya sering lakukan akhirnya menempatkan DANA, GoPay, Shopee Pay, dan OVO sebagai pilihan utama. Pun tidak, BCA Mobile dan OCTO Mobile saat ini masih sangat bisa diandalkan.

Menutup Akun Jenius

Selain karena memang hampir tidak pernah dipakai, saya juga agak kurang nyaman dengan mekanisme denda atas kekurangan dana apabila dana tidak mencukupi saat dilaksanakannya transaksi di merchant.

Saya coba cari informasinya di situs Jenius, saya tidak menemukan informasi yang cukup jelas termasuk ketika saya coba buka laman Support/FAQ. Pada laman Syarat dan Ketentuan, informasi seputar penutupan akun menyebutkan tentang “Penutupan rekening dapat dilaksanakan oleh Nasabah dengan menghubungi Layanan Nasabah (Contact Center) dan/atau Jenius Live.”

Walaupun sepertinya datang ke kantor BTPN terdekat juga bisa menjadi solusi, tapi dalam kondisi pandemi sepertinya hal ini bukan solusi yang baik. Belum lagi sepertinya tidak ada jaminan bahwa proses bisa berjalan dengan cepat seperti pengalaman saat membuka rekening dulu.

Untuk saat ini, walaupun belum memroses penutupan akun sepenuhnya, seluruh kartu saya sudah saya kosongkan saat ini. Dana yang ada di akun juga sudah saya kosongkan. Ada informasi tambahan bahwa akun Jenius akan menjadi nonaktif (dormant?) jika tidak digunakan selama 6 (enam) bulan.

Categories
Umum

Ulasan Monitor LED Dell S2721DS 27 Inchi

Beberapa waktu setelah saya bekerja dari rumah, saya sempat terpikir untuk memiliki sebuah monitor yang berukuran agak besar untuk kenyamanan bekerja. Saya sempat gunakan juga sebenarnya “televisi” sebagai monitor, tapi tentu saja ini bukan pilihan yang bijak.

Akhirnya, setelah satu tahun lebih, saya memutuskan untuk membeli sebuah monitor yang akan saya gunakan bersama dengan MacBook Pro 15″.

Catatan:

Tulisan ini merupakan ulasan pribadi. Pembelian barang dengan menggunakan dana pribadi, bukan artikel berbayar, dan saya tidak memiliki hubungan bisnis dengan produsen monitor, maupun layanan lain yang disebutkan dalam artikel ini. Hasil dan pengalaman berbeda mungkin terjadi. Saya tetap menyarankan untuk membaca terlebih dahulu spesifikasi dan ulasan lain untuk produk ini.

Karena sudah sangat lama tidak mengikuti perkembangan monitor, awalnya saya agak bingung harus memulai pencarian saya dari mana. Akhirnya, saya lemparkan pertanyaan sekaligus meminta rekomendasi melalui linimasa Twitter saya. Berikut beberapa balasan rekomendasi, atau paling tidak yang sedang dipakai:

  1. Dell S2721DS
  2. ThinkVision T27P10
  3. Dell s2721QS
  4. Thinkvision E24-20
  5. LG 24” 4K 24UD58-B

“Beruntung” tidak terlalu banyak rekomendasi yang bisa membuat saya bisa tambah bingung menentukan pilihan. Awalnya, saya berpikir untuk membeli yang 24″ karena sudah cukup besar. Ternyata, beberapa rekan yang kesehariannya bekerja dengan monitor eksternal lebih merekomendasikan untuk ukuran 27″.

Untuk mempermudah pilihan, saya menentukan anggaran paling tinggi Rp4.000.000,-. Dan, setelah membaca beberapa ulasan, melihat ulasan dari pengguna lain, saya memutuskan untuk membeli Dell S2721DS.

Spesifikasi

Berikut spesifikasi dasar untuk Dell S2721DS:

  • Ukuran panel: 27 inchi
  • Tipe panel: IPS
  • Resolusi: QHD 2560 x 1440 @ 75 Hz
  • Aspek rasio: 16:9
  • Konektor: 2x HDMI 1.4, 1x DP1.2
  • Daya: 19 watt (sleep/standby: 0,3 watt)

Spesifikasi lengkap dapat dilihat di situs Dell.

Pembelian

Awalnya saya berniat untuk membeli produk ini secara langsung di toko komputer. Namun, ternyata barang ini tidak banyak bisa saya temukan. Saya tanyakan ke salah satu teman saya yang juga sudah memiliki produk ini, ternyata barang sedang tidak ada dalam stok, dan harga saat ini lebih tinggi dibanding saat dia membelinya.

Categories
Umum

Ulasan K380 Multi-device Bluetooth Keyboard

Dengan beberapa pertimbangan, akhirnya saya memutuskan untuk membeli papan ketik baru, dan pilihan saya jatuh ke K380 Multi-device Bluetooth Keyboard dari Logitech.

Catatan

Tulisan ini merupakan ulasan pribadi. Pembelian barang dengan menggunakan dana pribadi, bukan artikel berbayar, dan saya tidak memiliki hubungan bisnis dengan Logitech. Hasil dan pengalaman berbeda mungkin terjadi. Saya tetap menyarankan untuk membaca terlebih dahulu spesifikasi dan ulasan lain untuk produk ini.

Nama Logitech sebenarnya bukan nama yang asing. Saya sudah cukup lama menggunakan tetikus dari merek ini, untuk seri M337. Dan, selama itu pula cukup puas dengan performa dalam mendukung pekerjaan saya sehari-hari.

Mengapa bluetooth keyboard?

Selama ini, sebenarnya saya juga sudah menggunakan magic keyboard dari Apple karena MacBook saya lebih sering saya gunakan bersama dengan monitor eksternal karena memang saya hampir selalu di rumah saja. Tidak ada keluhan spesifik sebenarnya.

Di saat yang sama, saya juga kadang menggunakan iPad, yang juga hampir selalu berada di depan saya (ketika di rumah). iPad yang saya gunakan juga sudah menggunakan magic keyboard.

Kalau ada satu papan ketika yang bisa dengan mudah berpindah piranti, saya rasa itu akan sedikit membantu. Dan, karena juga saya kadang harus berpindah tempat kerja seperti bekerja di luar rumah, dan saya memang lebih nyaman menggunakan papan ketik eksternal, kalau ada yang memenuhi kedua hal ini, tentu akan jadi pilihan.

Kenapa papan ketik nirkabel, ya karena ini lebih praktis saja.

Memilih K380

Ada beberapa pilihan yang sudah saya lihat, tapi spesifikasi yang saya butuhkan sebenarnya cukup sederhana saja, yaitu:

  1. Desain sederhana, dengan ukuran yang cukup compact, dengan built quality yang baik, tidak terkesan ringkih dan murahan.
  2. Mudah untuk pairing, dan tentu saja nirkabel
  3. Saya tidak butuh fitur seperti trackpad, atau tombol dedicated misal untuk angka.
  4. Baterai cukup awet
  5. Harga di bawah Rp500.000

Awalnya saya sempat terpikir untuk membeli Logitech K480 yang sepertinya akan cocok untuk saya. Namun, setelah saya pertimbangkan ulang, fitur untuk menempatkan tablet atau ponsel sepertinya tidak akan terlalu saya gunakan. Dan, ini menjadikan ukuran keseluruhan menjadi terlalu besar

Logitech K480
Ukuran Logitech K480: 299mm x 195 mm x 20 mm.

Seri K480 ini secara umum memiliki spesifikasi yang bagus, cuma kurang cocok untuk kebutuhan saya.

Categories
Umum

Selesai: Pengembalian Kredit Google Hangout

Sewaktu melakukan perubahan kartu kredit untuk pengembalian kredit Google Hangout pertengahan Maret lalu, saya kira prosesnya memang bisa sampai dua bulan. Ternyata, proses malah jauh lebih cepat.

Dalam catatan mutasi kartu kredit, ternyata di tanggal tersebut dana sudah masuk. Informasi baru terlihat karena tagihan terbaru kartu kredit baru tercetak awal April ini.

Categories
Umum

Pengembalian Dana/Kredit Google Hangout

Karena Google sudah tidak meneruskan layanan panggilan suara pada aplikasi Hangouts pada bulan Maret 2021, maka pengguna yang masih memiliki dana/kredit yang melekat pada aplikasi Hangouts akan mendapatkan pengembalian dana. Pengguna Hangouts akan diarahkan untuk berpindah ke layanan Google Chat.

Termasuk saya, yang ternyata masih ada US$10 di akun.

Saya sebenarnya malah tidak ingat bahwa saya pernah melakukan penambahan kredit di akun saya. Namun, surel yang saya dapatkan dari sistem bukan terkait berhasilnya pengembalian dana, namun karena dana yang akan dikembalikan tidak dapat diproses.

Pengaturan pembayaran saya saat ini memang menggunakan kartu kredit. Saya pikir, kegagalan karena informasi kartu kredit saya tidak valid. Setelah saya cek, kartu kredit yang saya gunakan sudah benar — dapat digunakan untuk pembayaran.

Akhirnya, saya ubah informasi pembayaran dengan detil kartu kredit yang lain yang ternyata untuk pemrosesan pengembalian kembali bisa sampai 2 bulan.

Categories
Umum

EIGER

Di linimasa Twitter saya kemarin, tiba-tiba banyak dipenuhi oleh cuitan mengenai kejadian yang melibatkan EIGER (PT. Eigerindo Multi Produk Industri) melalui akun @eigeradventure di Twitter dan (awalnya) dengan salah seorang warganet yang membagikan surat keberatan terkait sebuah ulasan video yang diunggah di platform YouTube.

Ketika saya melihat isi surat keberatan tersebut, saya langsung menuju ke laman video-nya yang berjudul “REVIEW Kacamata EIGER Kerato l Cocok Jadi Kacamata Sepeda” karena penasaran juga. Lalu saya putar videonya, dari awal sampai akhir, tanpa ada bagian yang saya lewatkan. Komentar saya: “Ini video dan kontennya bagus! Ulasan personal, dan secara umum menginformasikan sesuatu yang positif terhadap produk (kacamata) dari EIGER!”

Saya juga sering melakukan ulasan untuk produk, jasa, atau layanan di situs ini. Namun memang jarang yang sifatnya audio/visual. Dari persepektif kreator (di video tersebut) saya apresiasi sekali karena membuat konten tersebut juga membutuhkan usaha.

Categories
Umum

Data Pembayaran di Situs Belanja. Simpan atau Hapus?

Foto oleh Avery Evans via Unsplash

Sebagai salah satu kegiatan bebersih akun, selain menghapus following akun di Instagram, saya juga melakukan penghapusan beberapa data pembayaran yang melekat di akun-akun saya, terutama di situs/layanan yang cukup sering saya gunakan untuk bertransaksi.

Tentu aja, dengan punya data pembayaran, proses akan sedikit lebih cepat, tapi di saat yang sama bisa juga ‘berbahaya’. Ya, terkait dengan adanya kemungkinan peretasan, tapi keputusan/proses membeli jadi lebih singkat. Jadilah saat ini seluruh data pembayaran (kartu kredit) di situs-situs niaga-el seperti Shopee, Tokopedia, Blibli, dan lainnya saya hapus semua.

Untuk Shopee dan Tokopedia, saya lebih suka menggunakan pembayaran langsung melalui saldo ShopeePay atau OVO. Untuk pembayaran lain secara daring, saya rasa juga sekarang sudah sangat fleksibel pilihannya. Pembayaran kartu kredit di kedua platform tersebut lebih sering ketika saya gunakan untuk transaksi yang agak besar, atau cicilan.

Untuk data-data di layanan lain yang sifatnya berlangganan atau tagihan rutin dan mengharuskan adanya metode/data pembayaran yang harus tersimpan, perubahannya hanya terkait dengan adanya cadangan metode pembayaran. Ada yang memang hanya satu alat pembayaran, ada pula yang lebih. Sebenarnya, bisa juga dengan konsep deposit, namun saya masih agak kurang nyaman dengan cara ini, apalagi deposit juga menarik dana dari kartu kredit.

Categories
Umum

Akhirnya, Ada Kabar tentang Pengembalian Dana dari AirAsia Indonesia

AirAsia di Bandara Adisutjipto (JOG)

Karena beberapa minggu sejak saya mengajukan klaim pengembalian dana (refund) atas penerbangan dengan AirAsia Indonesia yang saya batalkan tidak ada kabar, saya kira proses mungkin saja memang tidak dapat dijalankan.

Apalagi pembatalan tersebut bisa dikatakan sangat mepet dengan jadwal penerbangan. Seingat saya, saya bahkan membatalkan penerbangan di hari yang sama dengan jadwal penerbangan saya di bulan Maret 2020. Jadi, kalaupun ini tidak berhasil diproses ya tidak mengapa.

Ketika bulan Juni 2020 lalu AirAsia membuka beberapa rute penerbangan domestik, status klaim pengembalian dana saya juga belum ada perubahan. Masih dalam status “sedang diproses”. Bahkan, ketika AirAsia mengumumkan transformasi mereka menjadi ‘super app’ di bulan Oktober 2020, juga tidak ada perubahan.

Nominal tiket penerbangan saya saat itu sektiar Rp1.400.000. Jumlah yang lumayan juga sebenarnya.

Tapi, saya juga cukup paham bahwa dunia aviasi atau pariwisata sangat terkena dampaknya. Dunia aviasi jelas sangat memegang peranan penting, karena langsung terkait dengan sektor bisnis lainnya. Mobillitas orang berkurang, banyak bisnis juga tidak berjalan secepat sebelumnya. Dunia pariwisata termasuk perhotelan, pasti juga kena dampaknya.

Thai Airways juga menjajaki bisnis restoran dan pa tong go karena pandemi yang terus menghantam ini.

Jadi, saya mungkin salah satu dari ratusan ribu, atau bahkan jutaan orang yang dengan berbagai kasus berurusan dengan maskapai. Pemrosesan kasus tentu saja mengalami kenaikan yang luar biasa. Sangat luar biasa. Bagian terbaruk untuk kasus saya adalah klaim tidak dapat diproses, dan saya menerimanya.

Namun, hari ini (14 Januari 2021), saya mendapatkan telepon dari AirAsia Indonesia. Saya pikir, mungkin bagian pemasaran yang menawarkan paket, promo, atau informasi saja. Tapi, ternyata bukan.

Singkatnya, telepon itu memberitahuan mengenai perbaruan status klaim tiket saya. Nominal refund saya dapat diproses, dan akan dikembalikan sebagai kredit akun untuk dapat saya gunakan untuk pemesanan tiket di masa mendatang.

Tapi, saya mungkin sampai dengan akhir tahun belum tentu akan bepergian. Mengenai tenggang waktu pemakaian kredit, ternyata cukup lama yaitu 2 (dua) tahun sejak kredit ditambahkan ke akun saya. Dan, ini dapat digunakan untuk pembelian tiket kemana saja, dan untuk penumpang siapa saja. Kalau total pembelian lebih dari kredit, saya hanya perlu membayar selisihnya. Dan, jika pembelian kurang dari kredit saya, maka sisa kredit akan tetap ada di akun saya.

Sebenarnya ada juga pilihan utnuk dikembalikan secara transfer bank, tapi proses ini akan memakan waktu sangat lama. Kalau tidak salah dengar, paling cepat mungkin dalam jangka waktu 6 (enam) bulan.

“Kalau tidak terbang dalam jangka waktu 2 (dua) tahun ke depan, lalu buat apa kredit akunnya?”

Ya, mungkin pembelian nanti bukan untuk saya. Saya juga belum pastikan, apakah kredit akun bisa digunakan untuk layanan pembelian lain di situs AirAsia.com misal pemesanan hotel, atau pembelian jasa lainnya. Kalau bisa, ya mungkin bisa nanti digunakan untuk ini.

Saat saya menulis ini, kredit akun memang belum ditambahkan, tapi bagaimana AirAsia Indonesia menyelesaikan kondisi ini, saya rasa layak untuk diapresiasi.

Terima kasih, AirAsia Indonesia.

Categories
Umum

Biaya Denda Kekurangan Dana di Layanan Jenius BTPN

Walaupun sudah lebih dari satu tahun saya memiliki akun Jenius, sampai saat ini Jenius masih belum menjadi pilihan utama untuk urusan terkait perbankan. Bagi saya, berpindah layanan perbankan bukan sebuah keputusan yang cukup mudah dilakukan. Ini juga terkait dengan perubahan pola/cara saya dalam bertransaksi yang makin hari ternyata makin banyak menggunakna e-wallet seperti GoPay, OVO, Dana, dan ShopeePay.

Untuk layanan perbankan, saya masih menggunakan BCA dan CIMB Niaga sebagai akun utama.

Bagaimana layanan Jenius?

Karena tidak terlalu aktif menggunakannya, bahkan sepertinya saya lebih banyak menggunakan karena beberapa rekan sudah cukup lama perlu melakukan transfer dana ke saya melalui Jenius. Untuk transaksi lain seperti pembayaran menggunakan kartu fisik, atau transaksi digital, hampir tidak pernah saya gunakan.

Beberapa kartu tambahan yang saya miliki hampir tidak pernah saya gunakan. Tentu saja ini efek dari bahwa saya cenderung lebih memilih untuk cardless.

Jadi, bukan berarti layanan atau fitur Jenius jelek, tapi memang sepertinya tidak cocok untuk saya. Kartu Jenius bisa langsung dipakai untuk pembayaran MRT di Singapura, atau memudahkan dalam penarikan uang tunai di ATM selama di luar negeri. Tapi, sejak saya punya kartu ini, otomatis hal tersebut saya tidak gunakan sama sekali karena memang tidak ada keperluan ke luar negeri.

Kalau tentang mobile application, saya cuma merasakan kalau kecepatan aplikasi Jenius belum dapat dibandingkan dengan aplikasi perbankan lain. Di linimasa Twitter — walaupun ini tidak sepenuhnya bisa dijadikan acuan — banyak keluhan kalau aplikasi lambat, dan tak jarang tidak dapat digunakan karena data tidak muncul dengan sempurna.