Categories
Umum

Perjalanan Ke Luar Kota Dengan Kendaraan Pribadi di Masa Pandemi. Kenapa Tidak Naik Pesawat?

Ketika beberapa waktu lalu ada sebuah urusan pekerjaan yang tidak bisa dikerjakan secara jarak jauh di Jakarta, akhirnya saya memutuskan untuk menghadiri acara terkait pekerjaan di Jakarta pada pertengahan November 2020 lalu. Dan, dengan berbagai pertimbangan, saya memutuskan untuk melakukan perjalanan ke Jakarta dengan kendaraan pribadi, sendiri tanpa teman/supir pengganti.

Mengapa tidak naik pesawat atau kereta saja? Bukankah lebih praktis (dan lebih murah)?

Beruntung, saya tinggal di Yogyakarta, dan rute tujuan perjalanan saya semua masih ada di pulau yang sama, punya beberapa pilihan moda transportasi. Sempat memang terpikir untuk memilih antara pesawat, atau bahkan kereta api. Dua moda transportasi yang paling saya sering gunakan kalau bepergian dari Yogyakarta ke Jakarta (dan sebaliknya).

Barang Bawaan

Perjalanan kemarin, saya berencana akan ada di Jakarta selama sekitar lima hari. Artinya, bawaan saya jelas akan jauh lebih banyak — soal baju saja sudah pasti jumlah jauh berbeda karena selama masa pandemi jadi lebih sering ganti baju. Belum lagi bawaan selain baju seperti laptop yang biasanya saya bawa dalam tas punggung saya.

Dengan banyaknya barang bawaan, otomatis akan berpengaruh terhadap cara mobilitas saya. Saya sempat membayangkan bagaimana bawaan saya harus berpisah sementara ketika saya menggunakan pesawat terbang. Membawa cukup banyak barang bawaan ketika ke Stasiun Tugu atau meninggalkan Stasiun Gambir, sudah terbayang repotnya.

Kalau saya naik pesawat, jelas koper saya harus masuk bagasi — apalagi saya akhirnya membawa dua buah koper dalam ukuran medium. Dan, mungkin bisa jadi saya over baggage.

Soal barang bawaan, kali ini pertimbangan saya adalah saya tidak mau terlalu repot membawa, dan saya mengusahakan sebisa mungkin saya berpisah dengan barang bawaan saya.

Jarak, Maskapai, dan Pilihan Waktu Perjalanan

Kalau saya naik pesawat, berarti saya harus terbang melalui Yogyakarta International Airport (YIA), yang jaraknya jauh dari rumah saya. Menurut Google Maps, lama perjalanan sekitar 1,5 jam. Dan, saya harus berangkat menggunakan GrabCar/GoCar dengan biaya mungkin sekitar Rp200.000,-. Padahal, pengalaman terakhir saya menggunakan GrabCar bulan lalu tidak terlalu menyenangkan.

Kalau mau yang lebih murah, saya bisa menggunakan Damri yang lokasi keberangkatan dari salah satu mal di Sleman, tidak terlalu jauh dari rumah. Dan, dari rumah saya tetap harus menggunakan GrabCar atau GoCar.

Untuk ke Jakarta, saya juga perlu untuk memilih maskapai apa yang perlu saya gunakan. Pilihan saya sempitkan kepada dua maskapai: Citilink Indonesia dan Garuda Indonesia. Dan, saya tidak terlalu nyaman dengan jadwal penerbangan yang ada. Apalagi, tidak semua jadwal memberlakukan seat distancing dalam pengaturan kursinya.

Belum lagi bahwa saya harus berada di bandara jauh lebih awal. Ditambah dengan jauhnya jarak ke bandara YIA, paling tidak mungkin saya harus berangkat empat jam lebih awal. Misal saya ambil perjalanan pukul 14.40 WIB, mungkin sekitar pukul 11.00 WIB saya sudah harus meninggalkan rumah. Bahkan, bisa lebih awal kalau saya menggunakan Damri, karena saya tidak dapat memastikan jam berapa Damri akan berangkat.

Kalau saya sudah mendarat di Jakarta, berarti saya masih harus berurusan dengan pengambilan bagasi, keluar bandara, mencari transportasi ke arah Jakarta. Yang, biasanya ini juga memakan waktu yang tidak sedikit.

Soal kereta, sepertinya saya sudah tidak terlalu jadikan opsi sejak awal.

Yang pasti, dari semua pilihan yang ada, saya harus menyesuaikan jadwal. Belum lagi terkait dengan kebutuhan bahwa saya harus membawa dokumen hasil pemeriksaan (rapid test).

Dengan segala pertimbangan ini, perjalanan dengan kendaraan pribadi jadi makin masuk akal. Nah, “masalahnya” adalah: saya belum pernah sekalipun ke Jakarta naik mobil sendirian.

Persiapan dan Biaya

Selain meyakinkan diri sendiri bahwa naik kendaraan pribadi adalah pilihan terbaik, saya juga harus memastikan bahwa perjalanan saya akan aman, kendaraan yang saya gunakan juga dalam kondisi baik. Beruntung, baru sekitar tiga bulan lalu, saya mengganti ban depan mobil saya. Pertengahan Oktober lalu, kendaraan juga melakukan servis berkala. Dan, karena menggunakan kendaran sendiri, jadi mungkin sudah lebih ‘mengenal’ kendaraan ini seperti apa.

Soal rute, saya sempat tanya ke beberapa rekan dan saudara saya. Intinya: lewat tol saja, aman, cepat, dan seharusnya penunjuk jalan pasti jelas. Kalau sudah masuk ke Jakarta, apalagi saya akan melewati rute yang cukup familiar, harusnya tidak masalah sama sekali.

Mengenai biaya, untuk perjalanan dari Yogyakarta dan Jakarta kemarin saya habis sekitar Rp800.000,- untuk tol dan bahan bakar kendaraan saya (Mobilio). Di rest area saya tidak mengeluarkan biaya apapun, karena untuk makanan kebetualan saya sudah membawa bekal yang cukup lengkap, termasuk makanan kecil dan minuman. Biaya ini jumlahnya mungkin cukup besar, apalagi saya cuma perjalanan seorang diri. Jika mungkin berbarengan dua atau tiga orang, pastinya akan jauh lebih hemat.

Namun, jika dihitung saya menggunakan pesawat terbang ke Jakarta, apalagi hari Minggu, kurang lebih biaya untuk perbandingan adalah sebagai berikut:

Kalau ditotal, sekitar Rp1.180.000,-. Jadi, dengan kendaraan pribadi masih bisa sedikit lebih murah. Apakah cukup melelahkan perjalanan? Yang saya rasakan sih tidak begitu melelahkan. Karena justru bisa lebih fleksibel untuk istirahat.

Categories
Umum

Bis Damri Dari Bogor Ke Bandar Udara Soekarno-Hatta (CGK)

Sebelumnya, saya menggunakan Damri dari Halim Perdanakusuma (HLP) ke Bogor. Namun, saya meninggalkan Bogor untuk kembali ke Jogja tidak melalui Halim Perdanakusuma melainkan dari Bandar Udara Soekarno-Hatta di Tangerang, Banten.

Jaraknya bahkan lebih jauh dibandingkan menuju Halim Perdanakusuma. Dengan pertimbangan ini pula, saya kembali menggunakan jasa layanan transportasi Damri.

Saya berangkat dari terminal Damri yang ada di kawasan Botani Square sekitar pukul 14:00 WIB di hari Jumat. Sore itu, saya lihat beberapa armada yang berangkat tidak terlalu ramai. Menurut informasi dari jadwal keberangkatan, Damri dari Bogor ini paling pagi berangkat pada pukul 02:00 WIB menuju Soekarno-Hatta.

Categories
Umum

Pengalaman Menggunakan Jasa Bis Damri Dari Halim Perdanakusuma ke Bogor

Walaupun cukup sering terbang menuju dan dari Bandar Udara Halim Perdanakusuma (HLP), namun saya belum pernah menggunakan jasa angkutan Damri dari sana. Karena, setahu saya angkutan Damri yang tersedia hanya ke arah Bogor, dan saya memang belum ada keperluan harus ke Bogor.

Awal Mei lalu, saya perlu untuk melakukan perjalan ke Bogor untuk urusan pekerjaan. Ini kali pertama saya ke Bogor. Sebelumnya, perjalanan ke arah selatan dari Jakarta hanya sampai Cibinong. Dan, waktu itu perjalanan saya tempuh dari Stasiun Jatinegara menggunakan taksi.

Ketika harus memikirkan cara saya menuju Bogor, Damri menjadi pilihan utama karena saya yakin biaya lebih murah dibandingkan dengan taksi — walaupun saat itu saya juga belum tahu berapa harga tiketnya. Kereta mungkin bisa menjadi opsi juga, walaupun saya harus berpindah moda transportasi menuju stasiun yang melayani rute ke Bogor.

Categories
Umum

Catatan Perjalanan: Citilink QG-106 HLP-JOG, 14 Februari 2018

Tidak ada yang terlalu istimewa dari perjalanan pulang menuju Jogjakarta minggu lalu. Sesampai di Halim Perdanakusuma (HLP), lalu lintas penumpang cukup ramai, dalam cuaca yang cukup cerah. Saya menunggu cukup lama karena saya sampai di bandara sekitar pukul 13.30 WIB, sedangkan Citilink QG-106 yang akan saya tumpangi dijadwalkan baru terbang pukul 18.25 WIB.

Saat menunggu waktu untuk check-in hujan lebat sempat mengguyur, walaupun sebentar. Hampir sekitar satu jam cuaca agak kurang bisa ditebak. Kadang terang, kadang tiba-tiba hujan muncul disertai dengan angin.

Untunglah, perjalanan lancar walaupun mengalami sedikit keterlambatan.

Categories
Umum

Catatan Perjalanan: Citilink QG-108 HLP-JOG, 17 Januari 2018

Penerbangan ke Jogjakarta dari Halim Perdanakusuma pada pertengahan Januari 2018 dengan maskapai Citilink Indonesia QG-108 kali ini berjalan dengan sangat lancar. Tidak ada keterlambatan, bahkan waktu kedatangan di Bandara Adisutjipto, Jogjakarta sedikit lebih cepat dari jadwal.

Sore itu, Halim Perdanakusuma sebenarnya dilanda hujan. Sempat khawatir apakah cuaca ini akan mengganggu penerbangan atau tidak. Karena tiba di bandara cukup awal, sekitar pukul 15.00 WIB sedangkan penerbangan saya dijadwalkan pukul 19:30 WIB, jadi sejenak menghabiskan waktu sebelum bisa check-in.

Berbeda dengan pertengahan Desember tahun lalu, kali ini konter untuk melakukan check-in secara mandiri yang berada di area keberangkatan beroperasi secara penuh. Apalagi, kebetulan saya juga tidak harus membawa barang dalam bagasi.

Categories
Umum

Catatan Perjalanan: JOG-CGK-JOG Citilink QG-103 dan AirAsia QZ-7550

Perjalanan akhir bulan Januari 2016 ini untuk menghadiri acara pernikahan teman yang sekaligus pernah menjadi rekan kerja semasa saya ada di Jakarta. Untuk ke Jakarta di hari Sabtu pagi tersebut, saya menggunakan maskapai Citilink Indonesia nomor penerbangan QG-103 yang berangkat dari bandara Adisutjipto (JOG) pada pukul 06:00 WIB menuju Bandara Halim Perdanakusuma (HLP).

Pagi itu, suasana di Adisutjipto tidak terlalu ramai. Antrian untuk check-in di konter Citilink juga tidak terlalu panjang — paling tidak jika dibandingkan dengan beberapa perjalanan saya sebelumnya. Ketika memasuki ruang tunggu, pagi itu juga tidak terlihat cukup ramai, masih banyak kursi kosong.

Sekitar pukul 05:40 WIB, panggilan untuk boarding diumumkan. Saya sendiri kebetulan pagi itu mendapatkan nomor kursi 14F di armada AirBus A320-200. Sewaktu melakukan check-in petugas konter menawarkan kepada saya apakah saya ingin duduk di window seat atau tidak, dan langsung menawarkan di kursi 14F. Saya sendiri tidak menolak karena kursi tersebut memang cenderung memiliki area yang cukup luas — dan, ada di samping jendela darurat.

Tidak ada yang istimewa pagi selain penerbangan yang lancar dalam cuaca yang cukup baik dan tepat waktu. Terima kasih, Citilink Indonesia!

Untuk perjalanan pulang dari Jakarta ke Jogjakarta, saya memutuskan untuk menggunakan maskapai AirAsia Indonesia dari Terminal 3 Bandara Soekarno-Hatta yang awalnya direncanakan berangkat pada pukul 14.40 WIB. Namun, sekitar pukul 13.55 (dari jadwal boarding pukul 14.00) ada pengumuman penundaaan penerbangan selama kurang lebih 15 menit.

Sekitar pukul 14:45 WIB saya sudah mulai memasuki pesawat melalui pintu bagian belakang untuk langsung menuju tempat duduk saya di nomor 27D. Pesawat Airbus A320-200 milik AirAsia Indonesia tersebut membawa saya ke Jogjakarta dalam cuaca yang sedikit mendung dan ada beberapa goncangan kecil. Namun, secara keseluruhan perjalanan lancar. Sekitar pukul 15:50 WIB pesawat mendarat dengan mulus di runway bandara Adisutjipto (JOG) dan langsung menuju tempat parkirnya di Terminal B.

Categories
Umum

Catatan Perjalanan: AirAsia QZ-7553 JOG-CGK, 7 Juli 2015

Penerbangan dengan maskapai AirAsia awal Juli lalu adalah penerbangan keempat di tahun ini. Saya terbang terakhir bersama dengan AirAsia Indonesia pada bulan Mei yang lalu dari Jakarta ke Jogjakarta.

Sekitar pukul 11.00 WIB saya sampai di Bandara Adisutjipto. Siang itu, penumpang diluar tidak begitu padat. Ketika saya masuk ke area check-in, layanan self-checkin maskapai yang dipimpin oleh Tony Fernandes ini tidak begitu ramai. Walaupun, saya tidak melakukan memanfaatkan layanan ini, karena saya sudah mencetak boarding pass saya sebelum berangkat.

Saya lanjutkan ke ruang tunggu. Sebenarnya, siang itu saya terbang dengan dua rekan saya yang lain untuk terbang ke Jakarta. Namun, karena rute dan urusan yang berbeda, jadi kedua rekan saya tersebut menggunakan maskapai lain (Citilink Indonesia QG-101) tujuan Halim Perdanakusuma.

Walaupun cukup ramai, namun masih banyak tempat duduk di ruang tunggu bandara siang itu. Saya sempat melihat jam, sekitar pukul 11.45, dan belum ada panggilan boarding untuk penerbangan saya yang dijadwalkan akan berangkat pukul 12.10 WIB.

Categories
Umum

Catatan Perjalanan: Citilink Indonesia QG-103 JOG-HLP, 25 Juni 2015

Perjalanan di akhir Juni 2015 dari Jogjakarta melalui Bandara Adisutjipto ke Jakarta dengan menggunakan maskapai Citilink Indonesia QG-103 tujuan Halim Perdanakusuma untuk urusan pekerjaan. Pagi itu, ketika saya sampai di bandara bersama dengan beberapa rekan kerja, dari luar tidak begitu ramai. Di area konter check-in sebenarnya tidak begitu ramai, kecuali konter Citilink.

Pagi itu, ketiga rekan saya melakukan check-in melalui mesin self-checkin yang sedang beroperasi. Saya melakukan check-in langsung karena kebetulan pagi itu ada tas yang harus saya masukkan ke bagasi. Antrian cukup panjang, dan seluruh penumpang hanya dilayani oleh satu petugas — padahal kalau tidak salah, total ada dua konter yang sepertinya bisa beroperasi.

Setelah mendapatkan boarding pass saya dan rekan-rekan seperjalanan langsung menuju ke ruang tunggu. Hanya beberapa menit sejak sampai di ruang tunggu, panggilan untuk boarding diumumkan sekitar pukul 05.36 WIB untuk jadwal penerbangan 06.00 WIB. Penumpang pagi itu boarding melalui Gate 1.

Keluar dari Gate 1, saya berjalan ke arah kanan untuk menuju ke pesawat. Pagi itu, matahari sudah mulai kelihatan. Di kejauhan, terlihat samar-samar Gunung Merapi. Tak perlu waktu lama untuk saya masuk ke dalam pesawat. Saya masuk melalui pintu belakang dan langsung menuju ke tempat duduk saya. Ketiga rekan saya duduk di baris 23.

Categories
Umum

Catatan perjalanan: Citilink Indonesia JOG-HLP-JOG, 15-16 April 2015

JOG-HLP QG-103, 15 April 2015, pukul 05.55-07.00 WIB

Sengaja memilih penerbangan pertama karena ada keperluan untuk menghadiri meeting di Jakarta yang direncanakan pukul 10.00 WIB. Pagi itu, cuaca cukup baik dengan kondisi bandara yang tidak terlalu ramai.

16991157747_edf5b1355c_b

Fasilitas self-checkin Citilink Indonesia saat itu tidak berfungsi. Apakah kondisinya masih sama seperti waktu saya temui awal tahun 2015 ini?

Karena kondisi self-checkin yang tidak berfungsi, akhirnya melakukan check-in langsung melalui check-in counter. Saat mengantri, hanya ada 4 orang penumpang sebelumnya. Proses check-in berlangsung cepat, karena tidak menggunakan bagasi juga.

qg-19274197212-123

Sekitar pukul 05.25 melakukan boarding. Sekitar pukul 06.05, pesawat sudah berada di landas pacu untuk takeoff. Perjalanan berlangsung dengan lancar dalam kondisi cuaca yang cukup baik. Sekitar pukul 07.00 WIB, pesawat mendarat di bandara Halim Perdanakusum dalam kondisi cuaca yang cukup baik pula.

Categories
Umum

Layanan self-checkin Citilink Indonesia

Citilink Indonesia adalah salah satu maskapai pilihan saya, baik dari sisi layanan dan terutama karena rute perjalanan yang menjadikan Citilink sebagai pilihan maskapai saya. Secara umum, saya memiliki pengalaman terbang yang menyenangkan.

Dan, diawal tahun 2015 ini, kebetulan maskapai yang saya gunakan pertama kali adalah Citilink QG 100 dari Halim Perdanakusuma ke Adisutjipto Jogjakarta pada tanggal 11 Januari 2015.

Citilink Indonesia QG 100 HLP-JOG
Citilink Indonesia QG 100 HLP-JOG, 11 Januari 2015.

Salah satu layanan yang sering saya manfaatkan adalah self-checkin. Sepanjang perjalanan — karena kebanyakan untuk urusan pekerjaan, bukan liburan — saya hampir tidak pernah memanfaatkan layanan bagasi gratis seberat 15 kg yang ditawarkan. Dan, kebetulan Citilink memiliki layanan self-checkin di bandara. Walaupun, kadang ini tanpa masalah.

Beberapa maskapai penerbangan juga memiliki layanan ini. Saya sendiri merasa cukup terbantu, karena bisa menghindari/menghemat antri waktu check-in.

QG100-18294812481

Masukkan kode pemesanan, dan nama belakang penumpang. Layar akan memberikan informasi/konfirmasi apakah benar atau tidak. Langkah selanjutnya hanya tinggal mencetak boarding pass. Selesai.

QG100-182581205812QG100-1839581212431

Namun, saya pernah juga mendapati bahwa layanan counter self-checkin ini kadang tidak berfungsi. Yang artinya, proses check-in harus dilakukan langsung di counter petugas check-in. Kegagalan untuk tidak melakukan self-checkin yang pernah saya temui dalam kondisi berikut:

  • Ada tertulis dilayar bahwa layanan tidak dapat digunakan
  • Counter tidak dapat mencetak tiket

Untuk masalah yang kedua, proses sudah sampai pada kondisi halaman konfirmasi. Langkah terakhir yang perlu saya lakukan tinggal mencetak boarding pass. Saya tunggu beberapa saat, tetap tidak tercetak. Bahkan, saya sempat menunggu sekitar sepuluh menit.

Saya putuskan untuk langsung menuju ke petugas, dan ternyata dikonfirmasi bahwa proses check-in saya belum berhasil secara sistem. Untunglah saat itu antrian tidak terlalu panjang, dan saya masih memiliki cukup banyak waktu sebelum boarding.

Oh ya, walaupun layanan ini sangat membantu, saya kadang masih melihat banyak penumpang yang kurang memanfaatkan fasilitas ini.

Categories
Umum

Pengalaman terbang dengan Citilink Indonesia

Salah satu rutinitas yang saya lakukan terkait dengan pekerjaan adalah bepergian dengan menggunakan moda transportasi udara, walaupun memang rute yang paling sering adalah hanya rute pendek yaitu Jogjakarta ke Jakarta (dan sebaliknya).

Sewaktu saya melihat arsip salah satu transaksi pengeluaran, saya menyadari bahwa dari 6 (enam) kali saya melakukan penerbangan selama dua bulan terakhir, saya menggunakan layanan maskapai Citilink Indonesia. Dari penerbangan tersebut, total saya membeli untuk 10 (sepuluh) penumpang termasuk saya sendiri selain rekan-rekan kantor. Mengapa Citilink Indonesia?

Citilink_1294812481

Rute, jadwal terbang, dan rutinitas

Alasan yang paling utama adalah terkait dengan aktivitas saya. Ketika berkunjung ke Jakarta, dalam periode tersebut saya banyak menuju ke area Jakarta Selatan. Pesawat Citilink Indonesia yang mendarat di Bandara Halim Perdanakusuma (HLP) di Jakarta Timur tentu sebuah keuntungan tersendiri bagi saya. Jarak yang lebih dekat (dari tujuan) otomatis sedikit mengurangi waktu perjalanan ke tujuan, disamping juga biaya transportasi (taksi).

Categories
Umum

Pengalaman mengurus pemindahan jadwal keberangkatan Citilink

Citilink_Logo

Kadang, ketika membeli tiket pesawat, saya berusaha untuk mencari jadwal keberangkatan yang sesuai dengan keperluan kegiatan saya. Ya, sukur-sukur bisa mendapatkan harga yang cocok. Kalau ke Jakarta (dari Jogjakarta) misalnya, saya memilih untuk mengambil hari akhir pekan (antara Jumat atau Sabtu), karena saat tersebut harga tiket cenderung lebih murah. Dan, sebaliknya ketika dari Jakarta ke Jogja, saya menghindari jadwal akhir pekan.

Minggu lalu, perjalanan pulang saya dari Jakarta ke Jogjakarta dengan maskapai Citlink terpaksa harus saya ubah jadwalnya. Awalnya, saya sudah memesan tiket untuk dua orang (dengan satu kode booking) untuk hari Rabu. Namun, karena satu dan lain hal, saya harus menunda kepulangan saya menjadi hari Jumat. Dan, itu kali pertama saya mengurus proses pemindahan jadwal melalui call center Citilink.

Categories
Umum

Pengalaman pertama terbang bersama Citilink (Jakarta-Jogjakarta)

Jumat (19 April 2013) kemarin adalah kali pertama saya mendapatkan pengalaman terbang menggunakan maskapai Citilink. Walaupun sebenarnya dari sekian kali penerbangan — total dalam tiga bulan terakhir ini, sudah terbang total sekitar 14 kali — kebanyakan memang hanya Jogjakarta – Jakarta (dan beberapa kali Jakarta – Kuala Lumpur), tapi kebetulan mencoba beberapa maskapai penerbangan yang berbeda: Air Asia, Batavia Air, Lion Air, Garuda Indonesia, dan terakhir Citilink.

Citilink di Bandara Soekarno-Hatta (foto oleh Zamroni) Citilink di Bandara Soekarno-Hatta (foto oleh Zamroni)

Setelah Batavia Air berhenti beroperasi, alternatif untuk terbang (JOG-CGK dan sebaliknya) berkurang satu. Kabar baiknya, mulai 15 April 2013 yang lalu Citilink sebagai anak perusahaan PT Garuda Indonesia Tbk membuka rute baru Jakarta (CGK) – Jogjakarta (JOG) dan sebaliknya, setiap hari dengan jadwal penerbangan 16.10 dari CGK, dan 18.05 dari JOG. Jadwal yang lumayan cocok untuk terbang pulang ke Jogjakarta.