Hal pertama yang saya lakukan ketika mendapati kondisi bahwa saya terpapar COVID-19 adalah mencari obat atau vitamin yang membantu penyembuhan. Walaupun, kondisi sudah vaksinasi lengkap dan booster akan membantu, namun kalau memang ada tambahan obat atau vitamin, kenapa tidak?
Saya hanya pernah membaca pengalaman mereka yang pernah mencoba mendapatkan paket layanan telemedisin dari Kementerian Kesehatan RI. Ada yang bilang lancar, ada yang bilang lambat. Dan, saya putuskan untuk mencoba mendapatkannya.
Berbekal NIK ini, akan ditentukan apakah hasil pemeriksaan sudah ada ada dalam database layanan ini atau belum. Saya masukkan NIK saya, ternyata NIK saya ditemukan, lengkap dengan status bahwa saya masuk dalam kriteria untuk mendapatkan layanan telemedisin.
Sesuai instruksi, saya lakukan konsultasi secara daring melalui aplikasi. Saya pakai aplikasi Halodoc, karena beberapa opsi yang sudah ada, Halodoc memang cukup sering saya gunakan.
Selain membeli obat atau vitamin secara daring melalui situs-situs niaga-el seperti Tokopedia atau Shopee, saya dan istri kadang juga membeli melalui apotek. Dan, sejak pandemi ini membeli secara daring sesekali kami lakukan. Kalau soal kesehatan, puji Tuhan, kami semua sehat, dan jarang sakit.
Kami banyak memanfaatkan Halodoc dan pesan langsung ke apotek-nya dan nanti kirim menggunakan. Tidak ada alasan khusus metode mana yang lebih kami sukai. Kadang, memang situasional saja.
Salah satu alasan menggunakan Halodoc adalah mengenai integrasinya — mulai dari pemesanan, pembayaran, sampai dengan pengiriman menggunakan layanan Gojek — yang sudah sangat baik. Beberapa kali saya memesan melalui aplikasi ini, dan semua mendapatkan pengalaman yang baik.
Soal harga, ketika secara acak saya bandingkan, memang kadang lebih mahal — misal ketika dibandingkan dengan harga di situs niaga-el. Tapi, jika ini untuk kebutuhan yang mendesak, Halodoc jelas sebuah solusi yang perlu dipertimbangkan.
Terakhir kali saya pesan beberapa bulan lalu ketika anak anak kami sakit, kami perlu beli Pedialyte. Pemesanan saat itu sekitar pukul 00.30 WIB. Semua diproses dengan baik sekitar satu jam. Waktu sampai obat sampai di rumah terkesan lama, namun lebih karena jarak yang jauh saja dari apotek yang punya stok.
Langsung Pesan dari Apotek
Salah satu kebiasaan saya ketika membeli sesuatu di toko adalah mencatat nomor kontak. Jadi, jika dibutuhkan tidak repot. Beberapa apotek yang tidak jauh dari rumah sudah ada dalam daftar kontak.
Jika Anda mungkin belum memiliki kontak-kontak apotek di ponsel, sepertinya tidak ada salahnya sekarang mulai mencatatnya.
Ada dua apotek yang menjadi pilihan kami selama ini. Pertama adalah Apotek K-24, dan yang kedua adalah apotek Unisia. Keduanya kebetulan tidak terlalu jauh dari tempat tinggal kami. Ada alasan mengapa beli langsung dari apotek — khususnya kedua apotek tersebut — menjadi pilihan:
Bisa konsultasi atau bertanya terlebih dahulu mengenai obat yang diperlukan, aplagi kalau sedikit kurang yakin dengan kebutuhan.
Soal harga, bisa langsung ditanyakan.
Buka 24 jam. Walaupun selama ini saya belum perneah pesan lebih dari jam 21.00 WIB.
Seluruh pemesanan melalui apotek langsung hampir semuanya untuk kebutuhan yang tidak terlalu mendesak. Ketika saya butuh membeli perban elastis, saya tidak keberatan menunggu sekitar satu jam untuk dikirim dari apotek pilihan saya.
Apotek K-24
Ada beberapa apotek K-24 yang tidak terlalu jauh dari rumah. Namun, ada satu yang selalu jadi langganan dengan beberapa alasan:
Bisa melakukan pembayaran secara non-tunai. Dulu, saat membeli di lokasi langsung dan melakukan pembayaran non-tunai menggunakan OVO, apakah bisa jika nanti pesan melalui WhatsApp, lalu saya bayar “jarak jauh”, kemudian saya kirim kurir (GoSend atau GrabSend). Ternyata bisa.
Cara ini ternyata tidak bisa — kurang familiar oleh karyawan apotek — dengan apotek K-24 yang sebenarnya secara jarak lebih dekat dari rumah.
Tentu aplikasi K24Klik juga dapat digunakan jika diperlukan. Saat ini, metode yang saya pilih sudah sangat mencukupi dan nyaman.
Apotek Unisia 24
Apotek ini didirikan/dikelola oleh PT. Unisia Polifarma (UII Farma). Di Jogja, apotek ini ada di beberapa lokasi. Beberapa alasan pilihan:
Lokasi tidak jauh dari rumah, jadi seandainya di ambil sendiri, atau dikirim melalui kurir, biaya tidak mahal. Namun, ada layanan antar gratis sampai jarak 5 km untuk pembelian minimal Rp50.000.
Ada pernah obat yang rencana saya mau beli ada stok yang kosong. Tapi, karena itu tidak mendesak, jadi bisa diganti dengan merek lain.
Pembayaran bisa dilakukan melalui transfer bank.
Sama dengan K-24, komunikasi dilakukan dengan WhatsApp. Soal respon, selama ini cukup cepat. Memang pernah saya menghubungi, namun tidak mendapatkan balasan, dan bahkan baru dibalas keeseokan harinya, dengan alasan chat yang tertumpuk/terlewat. Bisa dipahami karena melayanai dengan sistem WhatsApp potensi seperti ini bisa terjadi.
Beberapa hari lalu, ketika sedang bebersih rumah dan memindahkan barang, pergelangan tangan kanan saya mengalami cidera. Jadi, saat akan memindahkan — lebih tepatnya membalik — meja, ternyata meja bergeser terlalu cepat dari yang saya perkirakan. Jadi, buru-buru memegang meja — yang kebetulan agak berat — untuk menghindari meja langsung jatuh ke lantai dengan keras.
Usaha cukup berhasil, cuma dengan kondisi ada otot tangan kanan yang keseleo. Setelah itu, saya tetap lanjutkan kegiatan karena rasanya baik-baik saja.
Tensocrepe perban elastis
Baru keesokan harinya pergelangan tangan kanan terasa lebih sakit. Untuk diputar, terasa tidak nyaman. Saya akhirnya menjadikan perban sebagai solusi untuk cidera otot atau keseleo. Beruntung, ada apotek yang buka di hari kedua Lebaran kemarin. Saya diberi pilihan untuk perban elastis merek Tensocrepe dengan ukuran lebar 7,5cm dan 10cm.
Saya pilih yang ukuran 7,5 dengan harga Rp74.400.
Sebelum saya balut dengan perban ini, saya oleskan dulu Counterpain pada area pergelangan tangan. Awalnya, kalau sampai tidak sembuh, saya akan coba ke fisioterapi untuk memeriksakan. Kebetulan klinik fisioterapi tujuan saya masih libur.
Ternyata, di hari kedua saya lakukan perawatan sendiri, kondisi pergelangan tangan jauh membaik. Sepertinya tidak perlu sampai ke klinik. Semoga.
Beberapa hari lalu, untuk kali pertama saya mendapatkan rejeki terkena cipratan minyak goreng ketika menggoreng ikan setelah puluhan ikan lele saya pernah goreng.
Ya, agak sial saja sebenarnya. Beruntung, cipratan minyak goreng Bimoli Spesial itu hanya mengenai sedikit bagian tangan. Kejadiannya ketika potongan lele bagian kepala saya balik.
Reaksi pertama tentu rasa panas yang luar biasa, dan paling parah terasa di bagian pergelangan tangan kanan di sisi bagian dalam. Persis setelah kejadian itu, yang saya lakukan pertama kali adalah… menyelesaikan menggoreng lele dulu. Haha! Ya, karena masih tanggung…
Tak lama kemudian barulah saya melakukan pertolongan pertama — yang tidak pertama banget, karena pertama tetap soal lele — dengan menyiram dengan air dingin yang mengalir. Cukup lama sebenarnya, tapi tidak sampai 30 menit. Karena saya pikir memang tidak terlalu parah.
Beberapa menit berlalu, barulah terasa benar-benar rasa sakitnya. Sesekali saya kembali untuk menyiram dengan air dingin, karena memang rasanya jadi cukup nyaman. Saya juga baru ingat bahwa saya tidak memiliki obat ringan untuk pertolongan pertama. Yang saya pernah ingat cuma satu: siram dengan air dingin yang lama.
Kemudian, saya kontak teman saya menanyakan untuk krim untuk luka bakar. Singkatnya, saya disarankan untuk membeli Burnazin — katanya yang mengandung silver sulfadiazine, apotek mesti ngerti — dan juga nacl 0.9%, serta kasa steril. Akhirnya, setelah beberapa saat, saya baru berangkat ke K24 untuk setelah saya konfirmasi bahwa K24 tujuan saya punya obat-obatan tersebut. Terima kasih, Lastdes!
Setelah sampai rumah kembali, barulah saya sadar selain di pergelangan tangan kanan sisi dalam, ada juga beberapa titik yang agak melepuh, tapi tidak besar. Dan, langsung saya oles saja krimnya. Terasa enak, ada sedikit sensasi dingin, tapi yang penting memang sakit jauh berkurang.
Keesokan harinya, barulah kelihatan lebih jelas. Bagian yang kena cipratan agak melepuh (seperti keluar air). Katanya temen saya tidak apa-apa, tunggu saja dan tidak usah dipencet, kalau sudah saatnya nanti pasti akan kempes sendiri.