Sudah Divaksinasi AstraZeneca

Awal tahun ini, saya dengan sadar memilih untuk divaksinasi jika kesempatan itu mendapatkan vaksinasi memang ada. Kalau ditanya saya masuk golongan yang pro-vaksinasi atau anti-vaksinasi, untuk ke diri saya, saya memilih untuk mendapatkan vaksinasi.

Ya, sederhana saja, saat ini vaksinasi merupakan salah satu proses yang masuk akal untuk menekan lanju COVID-19. Dan, jika saat ini vaksinasi merupakan pilihan terbaik, kenapa tidak?

Photo by Artem Podrez from Pexels

Pilihan Vaksin

Yang sudah beredar banyak setelah Sinovac tentu AstraZeneca. Di awal Juni 2021 ini, yang banyak tersedia adalah AstraZeneca. Lalu, kenapa mau dikasih AstraZeneca, bukankan AstraZeneca itu bla-bla-bla-bla?

Ya, saya cukup banyak baca. Ada kasus penerima vaksinasi yang sampai meninggal karena pembeukan darah setelah menerima AstraZeneca, sedangkan sebelum-sebelumnya ketika pakai Sinovac aman saja.

Saya juga membaca opini bahkan dari orang-orang yang saya kenal bahwa AstraZeneca ini efeknya lebih keras — daripada Sinovac. Dan, yang ngomong rata-rata ada dalam kelompok yang belum vaksinasi sama sekali, dan berdasarkan baca berita atau dengar dari orang lain.

Apakah saya takut untuk menerima AstraZeneca? Perasaan was-was pasti ada. Pun kecil, kasus lanjutan setelah vaksinasi bisa terjadi kepada siapapun, termasuk saya. Tapi, di saat yang sama, bahwa saya bisa tertular COVID-19 atau menjadi carrier itu juga bisa terjadi, itu adalah fakta.

Jadi, alih-alih menunda untuk menghindari AstraZeneca, saya memutuskan untuk menerimanya. Apakah dengan tidak menerima AstraZeneca saya akan bisa menerima vaksin sesuai pilihan saya? Apalagi pilihan tersebut hanya berdasarkan “kayaknya yang A lebih aman”, atau “katanya si B bagus yang vaksin C”. Saya sendiri juga bukan orang medis, tapi satu hal yang saya pegang: vaksin yang beredar pasti sudah melalui proses penelitian, uji klinis, dan mendapatkan ijin edar. Puluhan atau bahkan ratusan ribu orang sudah menerima AstraZeneca sebelum saya. Jadi, kenapa tidak?

Efek Samping AstraZeneca

Sebelum vaksinasi pada hari Rabu, sehari sebelumnya saya tidak ada persiapan selain istirahat yang cukup saja. Dan, pagi sebelum vaksinasi — sekitar jam 11.00 WIB — saya sempatkan sarapan. Selebihnya, biasa saja. Saya sudah baca KIPI (Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi) untuk AstraZeneca di berbagai sumber, sepertinya tidak ada yang perlu dikhawatirkan.

Hari Pertama (Rabu)

Sebelum proses vaksinasi, diawali dengan pengisian data dan pernyataan persetujuan sebagai bagian dari proses screening. Suhu badan normal, tekanan darah normal, dan semua pertanyaan terkait antisipasi dan efek pasca vaksinasi dijawab apa adanya. Tidak ada yang serius dan menghalangi.

Proses observasi di tempat setelah vaksinasi juga tidak ada masalah. Belu ada gejala/efek lanjutan yang langsung terlihat. Bahkan, setelah vaksinasi, saya langsung beraktivitas seperti biasa, termasuk bekerja sampai sore hari.

Malamnya sekitar pukul 20.00 WIB, suhu badan agak naik, terasa agak demam, tapi belum sampai mengganggu sekali. Rasanya seperti mau meriang. Kepala sedikit pusing saja. Kondisi ini terjadi terus, sampai sekitar pukul 23.00 WIB. Saya putuskan untuk minum obat sakit kepala, karena ini diperbolehkan juga. Kondisi badan terasa dingin, tapi suhu badan agak naik. Lidah juga tidak pahit, bisa mengecap rasa seperti biasa.

Setelah minum obat, saya paksakan istirahat.

Hari Kedua (Kamis)

Pagi bangun masih agak demam, tapi tidak sepanas hari sebelumnya — yang dirasakan. Saya juga tidak sempat ukur suhu badan. Kepala masih sedikit pusing, tapi aktivitas biasa tidak terganggu.

Karena saya rasa tidak terlalu mengganggu, jadi aktivitas harian masih saya lakukan termasuk bekerja. Cuma, badan rasanya jadi terasa lebih lelah saja. Jadi, beberapa saat saya selingi dengan rebahan. Yang pasti, tetap makan dan minum saja.

Sampai malam hari, demam masih, tapi terasa berkurang termasuk sakit kepala. Tapi, secara umum badan terasa lebih enak dari hari sebelumnya. Ketika akan berangkat tidur, badan juga biasa saja. Tidak terasa dingin juga. Bagian lengan atas bekas suntikan agak terasa kaku/pegal. Di hari kedua, saya tidak mengonsumsi obat sama sekali.

Hari Ketiga (Jumat)

Jumat pagi ketika bangun tidur, kondisi badan semua sudah bisa dikatakan normal. Badan tidak ada demam sama sekali, efeknya seperti malam sakit, minum obat, lalu pagi bangun dengan suhu badan normal dan badan segar. Sakit kepala yang sebelumnya ada, tinggal terasa sedikit sekali.

Cuma memang badan masih agak terasa capek saja. Tapi, dengan sedikit dipaksa untuk bergerak, jalan-jalan sebentar di luar rumah, dan aktivitas biasa, badan justru terasa lebih enak.

Area lengan atas tetap terasa agak kaku dan pegal saja, tapi secara umum tidak menghalangi aktivitas sama sekali.

Vaksinasi Lanjutan

Berbeda dengan Sinovac yang memiliki jarak 28 hari dari dosis pertama ke dosis kedua, jarak vaksinasi kedua untuk AstraZeneca adalah 12 minggu. Untuk saya, dijadwalkan di minggu akhir Agustus 2021 untuk dosis keduanya.

Informasi mengenai tanggal vaksinasi dosis satu, termasuk jenis vaksin yang dipakai tertera dengan jelas di kartu vaksinasi. Saya sendiri mendapatkan AstraZeneca batch CTMAV 547.


Comments

3 responses to “Sudah Divaksinasi AstraZeneca”

  1. […] Mungkin sama seperti waktu kali pertama saya menantikan dosis pertama vaksinasi, yang saat itu akhirnya saya mendapatkan AstraZeneca. Puji Tuhan, sampai dengan saat ini masih diberikan kesehatan. Dosis kedua AstraZeneca saya terima […]

  2. […] ini, sudah enam bulan sejak saya mendapatkan dosis kedua Aztra Zeneca untuk vaksinasi Covid-19. Informasi ini saya dapatkan melalui aplikasi PeduliLindungi. Jadi, usai sudah penantian saya […]

  3. […] berjalan dengan “lebih baik”, rasanya melegakan sekali. Keluarga saya hampir semua sudah vaksinasi COVID-19 dua kali dan satu kali booster, kecuali anak saya yang baru tiga tahun. Semoga […]