Recehan Susah, Buat Ibu Prita

Kemarin sewaktu bersama Lala berbelanja — lebih tepatnya membeli tas dan beberapa barang lainnya, saya terlibat obrolan yang sangat singkat dengan salah satu penjual minuman. Ketika sedang berbelanja, saya keluar sebentar dari tempat belanja untuk membeli air minum kemasan. Tidak jauh, persis didepan toko.

Berikut kurang lebih obrolan yang terjadi ketika saya membeli air kemasan tersebut (Catatan: Sudah diterjemahkan dalam bahasa Indonesia, karena percakapan asli dalam Bahasa Jawa).

Saya: “(Sambil memegang botol air kemasan) Bu, minta airnya satu.”
Penjual: “Iya, Mas.”
Saya: “Berapa?”
Penjual: “Dua ribu rupiah”
Saya: (Merogoh kantong celana) “Wah, yang seribu recehan ya bu…”
Penjual: “Wah, malah makasih Mas. Susah nyari recehan sekarang, banyak disumbangkan ke Ibu Prita.”

Nah, bukan.. bukan tentang bahwa “keluhan” ibu itu karena gerakan pengumpulan koin untuk Ibu Prita. Mungkin ibu itu tidak mengeluh, beliau hanya menyampaikan sesuatu keadaan saja yang beliau temui/rasakan. Menurut saya, ini sebuah contoh efek yang luar biasa dari gerakan untuk bersimpati terhadap sebuah kasus yang melibatkan Ibu Prita. Awareness tentang kejadian ini pun sampai juga di tingkat masyarakat bawah. Ini bukan bermaksud merendahkan pekerjaan ibu penjual minuman tersebut lho… Tapi, lebih kepada bahwa apa yang terjadi kepada Ibu Prita telah menjadi perhatian banyak orang.