Perang argumen dan komentar seputar Pemilu

Menjelang pelaksanaan Pemilihan Presiden Juli mendatang, semakin banyak komentar dan perang argumen diantara politisi. Ya, sudah sejak pemilu legislatif yang lalu juga. Atau, diluar periode itupun, terkait dengan pemerintahan, sudah sering terjadi seperti ini.

Sepertinya, argumentasi dengan merendahkan, menjelekkan dan mencari kekurangan orang lain (terutama pesaing) sudah menjadi hal yang lumrah. Menjadi sesuatu yang wajar. Bahkan dianggap sangat wajar sepertinya.

Bagi saya sendiri, silakan saja sih… Tapi ketika katakanlah salah satu orang membicarakan kejelekan orang lain (bahkan dengan semangat dan penuh keyakinan bahwa dirinyalah yang paling benar), pada saat yang sama malah memperlihatkan kualitasnya. Maksud saya, maunya sih meninggikan diri/kelompok, tapi hasilnya malah memperlihatkan seperti apa diri/kelompok mereka sendiri. Seolah-olah orang lain atau pihak lain tidak memiliki sisi positif sedikitpun.

Yang lebih ajaib adalah, ketika mereka sendiri mengingkari apa yang mereka omongkan sendiri. Atau, ketika argumen yang disampaikan untuk orang lain dipertanyakan atau dikembalikan ke diri/kelompok mereka sendiri. Ternyata, mereka kok malah ngomongkan kejelekan diri mereka sendiri.

Bagi saya, malah kadang lebih menarik ketika melihat atau membaca apa yang mereka sampaikan beberapa waktu sebelumnya DAN dengan kenyataan yang terjadi. Ini mungkin salah satu hal yang saya “senangi” ketika membaca informasi yang mungkin basi secara parameter waktu. Saya berlangganan koran, tapi kadang koran yang lama sekalipun (katakanlah edisi satu minggu atau bahkan satu bulan sebelumnya) kadang saya baca. Walaupun cuma sambil lalu. “Loh, dulu ngomong gini.. kenyataannya gini…”.

Sering terjadi argumentasi, pendapat, opini atau apapun itu namanya sama sekali tidak terbukti, bahkan kadang bisa dibilang ngawur. Omongan berapi-api kadang malah jadi sebuah pendapat yang plintat-plintut pada akhirnya. Perasaan dan keyakinan menjadi yang paling kadang berakhir dengan sebuah keraguan dan kebingungan.

Andai mereka ngomong dengan santun, sesuai proporsi dan memberikan kesempatan bagi lawan bicaranya untuk bicara juga. Mungkin mereka akan mendapatkan perhatian dan simpati lebih. Mungkin loh…


Comments

4 responses to “Perang argumen dan komentar seputar Pemilu”

  1. lama tak berkunjung hik
    btw semua berteriak akulah yg “PALING” lainnya itu “NOTHING” :D

  2. salah satu keahlian politisi..pintar ngeles..he he

  3. heheheh… terkadang memang para politisi hanya sok ngomomg sendiri.. yang bermain di dalamnya adalah ego dan komunitas kelompoknya… menganggap bahwa dirinya adalah yang pantas memimpin daripada yang lainnya.. dan menganggap yang lainnya tidak pantas… saling mengejek untuk menaikkan persepsi dari para masyarakat merupakan cara tersendiri yang murah meriah…..

    tetapi di balik itu semua… saya yakin.. masih banyak juga beberapa politikus yang masih memiliki hati nurani dan memiliki kejujuran… saya yakin akan hal itu

  4. pemilune uis kelewat……………… :-P