Pengalaman Fisioterapi di Jogja Orthopaedic Sport Clinic (JOSC)

Minggu lalu, untuk kali pertama saya merasakan kondisi badan yang tidak nyaman karena (sepertinya) ada cidera otot. Saya lupa tepatnya karena apa, tapi bagian bahu dan punggung atas sebelah kanan rasanya sakit sekali. Ditambah dengan leher — terutama di bagian kanan — juga sakit luar biasa ketika dipakai untuk menunduk atau menengok.

Catatan

Saya tidak mendapatkan imbalan ataupun memiliki kerjasama dengan pemberi layanan. Semua yang saya tulis merupakan pendapat dan pengalaman pribadi. Hasil dan pengalaman berbeda mungkin bisa terjadi. Saya sarankan untuk mencari informasi terbaru terkait pemberi layanan. Tulisan ini berdasarkan pengalaman pada Oktober 2020.

Ada beberapa dugaan penyebab. Mungkin karena saya dalam posisi salah ketika mengangkat barang — karena kadang geser-geser meja atau angkat galon — atau mungkin juga ketika mau menggendong anak saya.

Saya sendiri banyak bekerja di depan meja menggunakan laptop, sangat bisa jadi ini juga memengaruhi kondisi badan terutama bagian atas.

Hari Selasa malam terasa cukup sakit. Ketika tidur, bahu sangat tidak nyaman. Apalagi ketika mau bangun dari posisi berbaring. Saya cukup kepayahan untuk bangun, karena mungkin memang ada bagian otot yang harus bekerja. Ketika berada di depan komputer, juga sudah sangat tidak nyaman.

Sempat terpikir untuk ke tukang pijat atau tukang urut. Tapi, karena saya yakin ini cidera, akhirnya saya putuskan untuk ke tempat fisioterapi saja di Jogja. Saya pernah baca, sebenarnya tidak masalah kalau ke tukang pijat atau tukang urut, tapi mungkin ketika untuk kasus badan capek, biar lebih segar, namun bukan untuk kondisi cidera. Jadi, bukannya tukang pijit/tukang urut itu jelek atau tidak direkomendasikan, kali ini soal pilihan saya saja.

Mencari tempat fisioterapi di Jogjakarta

Sebelumnya, saya sering dengar bahwa di Jogja memang ada beberapa tempat untuk fisioterapi. Mulai dari yang ada di rumah sakit, atau yang berpraktik secara mandiri. Di Universitas Negeri Yogyakarta, ada juga tempat semacam ini, namanya Physical Therapy Clinic FIK UNY.

Saya coba di internet, ada juga beberapa rumah sakit yang memiliki layanan fisioterapi. Semakin mencari, semakin banyak pilihan. Jadilah saya bertanya ke teman saya yang sebelumnya pernah juga melakukan fisioterapi di Fakultas Ilmu Keolahragaan (FIK) UNY.

Setelah berdiskusi, saya mendapatkan opsi lain kalau mau, dan dia juga sudah mencobanya, dan merekomendasikan ke saya untuk coba ke Jogja Orthopaedic Sport Clinic (JOSC). Saya tanya kapan kali terakhir ke sana, katanya sekitar dua bulan lalu.

Booking appointment

Saat itu, saya lebih perlu untuk segera mendapatkan pertolongan. Saya buka dulu situs Jogja Orthopaedic Sport Clinic (JOSC) di jogjaorthosportclinic.com. Saya baca profil singkatnya, dan saya lakukan booking appointment. Sejujurnya, agak ragu apakah saya segera mendapatkan balasan atau tidak. Jadi, saya langsung coba kontak melalui WhatsApp.

Sekitar jam 09.00 WIB saya terhubung melalui WhatsApp dan saya langsung melakukan booking appointment untuk pukul 11.00 WIB hari itu juga.

Jadi, JOSC ini lokasinya ada di Jalan Colombo No. 6C, di kompleks ruko sebelah sisi selatan kampus Universitas Negeri Yogyakarta. Lokasi persisnya ada di sebelah Pizza Hut Delivery. Lokasi yang cukup menguntungkan untuk yang bawa kendaraan roda empat, karena parkir bisa langsung di depan lokasi.

Perbaruan info (Desember 2021): Lokasi JOSC yang baru berada di Jl. Pakuningratan No. 32A, tidak jauh dari Tugu Yogyakarta.

Terapi di JOSC

Saya datang sekitar pukul 11.00 (agak mepet dari jadwal) karena lalu lintas yang agak padat ketika menuju ke sana. Pertama untuk protokol kesehatan, ada tempat cuci tangan dan sabun yang tersedia di dekat pintu masuk. Ketika sampai di meja resepsionis, saya juga diperiksa suhu badan. All good.

Karena baru pertama kali datang, saya diminta untuk mengisi data melalui formulir yang disediakan. Data yang diisi juga data-data umum saja.

Setelah mengisi formulir dan menunggu sebentar, akhirnya tiba giliran saya untuk masuk ke bilik penanganan. Jadi, kalau saya tidak salah, disana ada empat bilik untuk melaksanakan proses terapi. Mungkin inilah kenapa penting untuk lebih baik menanyakan mengenai jadwal sebelum kedatangan. Suasana area terapi ini cukup tenang, jadi tidak terlalu intimidatif. Mungkin karena saat saya datang (di hari dan jam kerja), jadi masih agak sepi.

Ruangan terapi terasa nyaman dengan suhu ruangan yang cukup. Tidak terlalu banyak pernak pernik, hanya ada tempat tidur dengan bantal dan di pojokan ada alat untuk terapi, tapi terlihat dan terasa bersih. Ini yang penting. Oh ya, karena kondisi, dalam seluruh proses diharuskan selalu memakai masker (baik pasien maupun terapisnya).

Setelah beberapa saat, dua orang dari JOSC masuk ke bilik dan mulai menanyakan keluhan saya. Saya ceritakan dengan cukup detil, termasuk bahwa saya tidak ada riwayat cidera, kecelakaan, ataupun jatuh dalam periode waktu yang cukup lama. Suasana cukup santai, dan tidak terburu-buru. Yang sempat kebayang adalah bahwa ini nanti proses akan cukup menyakitkan.

Proses Terapi

Untuk terapi, ternyata saya “disajikan” berbagai macam proses. Awalnya saya kira paling lebih kepada dipijat atau menggunakan satu atau dua alat saja. Ternyata tidak. Saya coba ingat dan cari tahu “menu” yang saya dapatkan apa saja. Kira-kira begini, dan dalam seluruh proses saya tidak menggunakan baju/kaos.

Infrared

Saya diminta untuk tengkurap dan disinari dengan alat infrared selama beberapa menit. Saya tidak ingat mungkin sekitar 10 menitan. Sensasinya adalah rasa hangat dan nyaman di area yang akan di terapi (bagian bahu dan punggung atas sebelah kanan).

Extracorporeal Shock Wave Therapy (ESWT)

Ini adalah proses kedua. Jadi saya tetap dalam posisi tengkurap, lalu dioles dengan gel kemudian diterapi dengan alat ini. Tidak terlalu terasa, kecuali dari gel yang agak dingin. Namun, sesekali saya merasakan ada sensasi rasa kejut yang ringan.

Hypervolt

Alat ini untuk melakukan pemijatan dan untuk menurunkan ketegangan pada otot.

Transcutaneous Electrical Nerve Stimulation (TENS)

Ini adalah proses terakhir dimana beberapa pad dipasang di area bahu/punggung bagian atas. Sensasi rasanya seperti dipijit, tapi ada rasa sedikit seperti aliran listrik.


Seluruh peralatan tersebut cukup membantu rasa sakit yang saya alami. Apakah terapinya hanya menggunakan alat tersebut saja? Tentu tidak! Menurut saya, “sajian utama” proses terapi justru ketika dilakukan terapi secara langsung, secara manual. Kalau tidak salah, proses ini dilakukan setelah ESWT, saya agak lupa. Dan, di proses inilah rasanya kita perlu banyak menyebut, dan anggap saja sepertinya “terapis senang melihat kita kesakitan”. Haha!

Tapi, memang sakit sekali rasanya. Bagaimana tidak, banyak otot/syaraf yang mungkin tidak pada tempatnya, otot-otot yang kaku juga dilemaskan. Belum lagi ketika melakukannya pada bagian leher dan pundak! Untuk gerakan-gerakan lain yang melibatkan tangan, bahu, leher, kepala, dan pundak, saya juga dipantu oleh terapisnya. Tinggal ikuti saja. Kalau terasa sakit, cukup bilang saja.

Jadi, selain dilakukan dalam posisi saya tetap telungkup di bed, saya terapi juga dilakukan dalam posisi duduk. Saya tidak tahu berapa lama prosesnya, tapi dalam kunjungan pertama ini, banyak sekali rasa sakit yang saya terima.

Tapi, sesaat setelah sebuah bagian badan dilakukan terapi, efeknya memang langsung terasa lebih baik — walaupun sebelumnya rasanya sakit sekali. Masih ada rasa kaku, tapi jauh berkurang. Tapi, ada juga proses dimana saya merasakan efek yang enak sekali, yaitu ketika ada seperti adjustment yang dilakukan di tulang bagian belakang, termasuk di bagian dekat punggung. Suara tulang yang seperti dikembalikan ke posisinya. Saya sering lihat video-video chiropractic, mendengarkan suara dan membayangkan rasanya. Ternyata, enak!

Harga Layanan Fisioterapi

Sebelum saya datang, saya memang tidak terlalu banyak mencari tahu terlebih dahulu berapa kisaran harga yang perlu saya bayarkan di JOSC — iya kali ini saya memang agak kurang survei harga. Mahal atau murah saya rasa relatif juga.

Untuk biaya terapi, saya membayar harga Rp300.000. Harga ini adalah “harga paket” untuk 2 (dua) kali sesi terapi. Jadi, kalau sekali datang pertama kali, harga adalah Rp250.000,- namun jika membayar Rp300.000,- maka kunjungan berikutnya sudah tidak ada biaya lagi. Jadi, dalam hitungan saya anggap saja satu sesi Rp150.000,-.

Harga yang pantas kalau menurut saya, untuk kualitas layanan secara keseluruhan yang saya dapatkan, apalagi setelah saya melakukan kunjungan kali kedua. Saya rela bayar dengan harga tersebut!

Biaya yang saya bayarkan adalah biaya saya pribadi, tidak menggunakan diskon atau harga khusus. Kadang memang ada harga promo, atau jika ada promo khusus yang sedang berlangsung, mungkin harga bisa lebih murah. Untuk lebih jelasnya, bisa tanya dulu melalui WhatsApp ke JOSC untuk harga/paket terapi terbaru termasuk promo.

Seluruh proses terapi kira-kira berlangsung sekitar 45 menit. Saya agak lupa tepatnya, tapi memang prosesnya dilakukan dengan perlahan, tidak terburu-buru. Setelah proses terapi selesai, efek langsungnya memang terasa. Rasa nyeri dan sakit yang sebelumnya saya rasakan jauh berkurang. Setelah membayar, saya sampaikan mungkin akan kembali lagi di hari dua atau tiga hari lagi.

Alamat/Kontak

Jogja Orthopaedic Sport Clinic (JOSC)
Jl. Pakuningratan No.32a, Cokrodiningratan, Kec. Jetis, Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta 55233 (Google Maps)
Phone/WhatsApp: 085600924771
Surel: [email protected] / [email protected]
Instagram: @jogjaorthopaedicsportclinic
Jam buka: Senin-Sabtu pukul 09.00-17.30 WIB (Minggu tutup)


Setelah proses terapi di hari Rabu siang, efek sebenarnya sepertinya baru terasa di malam hari dan keesokan harinya. Beberapa area bahu dan punggung atas mengalami lebam yang cukup parah. Ketika bangun pagi, terasa sakit yang luar biasa.

Hari Kamis malam bahkan tidur saya tidak begitu nyenyak karena saya sudah mencoba mengubah posisi tidur, tapi susah untuk menemukan posisi yang paling nyaman. Jadilah, saya memutuskan untuk melakukan terapi kedua lebih cepat yaitu di hari Jumat pagi. Tentang kunjungan kedua di JOSC akan saya tuliskan dalam tulisan lanjutan.

Yang pasti, kunjungan kedua memang lebih “greget” lagi!

Update: Baca tulisan lanjutan terkait: Kunjungan Kedua Fisioterapi ke Jogja Orthopaedic Sport Clinic (JOSC)


Comments

One response to “Pengalaman Fisioterapi di Jogja Orthopaedic Sport Clinic (JOSC)”