Menonton dan Memotret Karnaval Festival Upacara Adat di Jogjakarta

Ketika tadi sedang ada dirumah, kira-kira pukul 15.30 sayup terdengar suara alat musik tradisional dimainkan dari pinggir jalan. Ah, tumben ada karnaval lewat. Memang ini sebuah kejadian yang agak jarang karena karnaval atau arak-arakan rata-rata diadakan di sepanjang Jalan Malioboro. Tanpa pikir panjang, langsung lari sambil nyamber kamera. Siapa tahu ada yang bisa dipotret. Jarak antara rumah dengan pinggir jalan tidak jauh, sekitar 30 meter.

Sesampainya dipinggir jalan, lha kok ternyata sudah banyak warga yang sedang asik menonton. Eyang saya — dan beberapa tetangga sekitar rumah juga sudah duduk mengambil posisi. Waaahhh… Ternyata rombongan yang terdengar tadi sudah lewat depan pintu gang rumah. Karena belum terlalu jauh, sempatkan lari saja mendahului rombongan tersebut. Untung belum jauh. Langsung ambil posisi ditengah jalan, dan mulai jeprat-jepret, tanpa tahu ini sebenarnya karnaval dalam rangka acara apa. Hehehe…

Dengar-dengar dari yang nonton, ternyata sebelumnya sudah ada satu atau dua rombongan peserta yang lewat. Mungkin belum jauh — wah, istilah “belum jauh” ini lumayan menjebak juga sepertinya. Saya putuskan untuk menunggu rombongan peserta berikutnya saja. Rombongan belakangnya sudah terlihat, tapi masih sekitar 300 meter dibelakang. Ternyata, ini adalah karnaval para peserta Festival Upacara Adat yang baru saja diselenggarakan di Alun-Alun Utara Jogjakarta.

Festival Upacara Adat ini diikuti oleh beberapa kelompok dari lima kabupaten dan kota di Jogjakarta. Masing-masing kabupaten mengirimkan wakil kelompok dengan mengusung upacara adat yang ada di daerahnya. Misalnya dari Kabupaten Gunung Kidul ada Cingcing Goling dan Babad Dalan, ada pula Nawu Sendang dan Wiwitan dari Kabupaten Kulon Progo. Tidak sempat mencatat nama atraksi upacara adat yang ada dalam festival ini karena lebih asik memotret. Apalagi, rombongan peserta karnaval berjalan dengan tempo yang agak cepat. Coba kalau nonton di Alun-Alun Utara langsung, mungkin cerita akan lain kali ya? :)

Karnaval ini dilaksanakan dengan mengambil rute dari Alun-Alun Utara kemudian mengitari beteng. Mungkin istilahnya bisa dibilang mubeng beteng (mengelilingi beteng Kraton). Selain rute, ada yang sedikit berbeda dengan karnaval yang biasanya diadakan di sepanjang Jalan Malioboro: peserta karnaval dan kendaraan umum jadi satu.

Memang tidak ada penutupan jalan untuk karnaval kali ini. Kalau ditutup, mungkin penonton dan peserta bisa lebih leluasa. Tapi, konsekuensinya tentu saja akan terjadi kemacetan mengingat rute ini melalui jalan-jalan protokol yang ramai. Memang tetap terjadi kemacetan, tapi kemacetan karena ada karnaval sepertinya mendingan daripada kemacetan misal karena ada demo atau perbaikan jalan. Upacara adat dan kesenian tradisional sepertinya bukan sesuatu yang populer saat ini. Namun, dengan adanya kegiatan semacam ini, tentu saja menjadi momentum untuk — paling tidak — menunjukkan bahwa bentuk-bentuk kesenian/atraksi budaya semacam ini masih ada. Gitu?

Untuk foto-foto, bisa dilihat melalui slideshow diatas, atau langsung menuju ke halaman foto di Flickr: Karnaval Festival Upacara Adat .


Comments

3 responses to “Menonton dan Memotret Karnaval Festival Upacara Adat di Jogjakarta”

  1. Trop markotrop! Ini sebuah reportase impromptu yang asyik punya. Salut. Senyum ibu peserta karnaval, yang bercaping hijau itu, sungguh ayem tentrem. Nice post!

    1. Waduh, didatengi Pak Paman… Hehehehe… Terima kasih. Ini juga gara-gara keseringan baca blog e panjenengan. Matur nuwun.

  2. Wah..narasinya cakep..foto & angelnya pas..mantap adikku..Maenkan dengan yg lebih cantik lagi..Salam YWN.