Menjual Sampah Anorganik Melalui Rapel

Catatan

Cerita ini merupakan pengalaman pribadi. Penulis tidak memiliki kerjasama maupun hubungan bisnis dengan Rapel. Pengalaman mungkin berbeda, jadi penulis sarankan untuk membaca mengenai Rapel melalui situs resmi atau sumber informasi lainnya.

Petugas Rapel

Akhir bulan lalu, untuk kali pertama kami “mengundang” salah satu petugas aplikasi Rapel ke rumah untuk mengambil sampah-sampah anorganik yang sudah dikumpulkan dalam beberapa minggu sebelumnya.

Sebenarnya, sudah cukup lama mengetahui aplikasi ini, tapi ternyata meniatkan untuk membersihkan dan mengumpulkan sampah anorganik di rumah itu memang suatu hal yang butuh komitmen tersendiri.

Tentang Rapel, merujuk ke situsnya:

Rapel adalah aplikasi untuk menjual sampah anorganik yang masih memiliki nilai jual dan telah dipilah menurut jenisnya oleh pemilik sampah yang menjadi user/pengguna aplikasi. Sampah dijual kepada kolektor atau agen pengepul sampah yang menjadi mitra aplikasi. User maupun kolektor akan mendapatkan poin dari aktifitas jual beli sampah, dan poin dapat ditukar dengan berbagai hadiah sesuai dengan promo yang ada.

Apa itu Rapel?

Sebenarnya, istri saya yang lebih banyak berperan dalam memilah sampah yang ada di rumah, dibantu dengan mbak ART. Kali ini, selain memang yang dipilah merupakan sampah yang diproduksi dari keseharian, ada beberapa yang akhirnya ‘dijual’ ke Rapel berupa buku/kertas yang sudah lama tersimpan di gudang, yang tentu saja sudah tidak akan terpakai lagi.

Ada beberapa kertas atau dokumen yang akhirnya diputuskan untuk tidak dijual, tapi dihancurkan dengan paper shredder karena dokumen/kertas itu mungkin berisi informasi yang lebih sensitif.

Karena baru pertama kali, jadi ada beberapa barang yang masih ragu-ragu pengelompokannya. Tapi, setelah koletor dari Rapel datang dan akhirnya melakukan penghitungan termasuk sedikit sortir ulang, pengkataegorian sedikit menjadi lebih jelas.

Secara nominal, memang ini tidak seberapa. Tapi, ada beberapa hal yang menurut saya menjadikan konsep pengelolaan sampah anorganik ini menjadi menarik:

  1. Informasi mengenai klasifikasi barang sudah disediakan.
  2. Harga sudah ditetapkan. Jadi sedikit sudah bisa diperkirakan ekspektasi “penghasilan”.
  3. Menggunakan sistem, ya mungkin ini seolah menjadi “tukang loak keliling versi digital”. Terlepas dari mana yang bisa memberikan harga yang lebih baik, saya lebih memilih untuk yang menggunakan sistem saja. Ditambah, kalau di perumahan, tukang loak keliling kebetulan tidak bisa masuk.

Walaupun pendapatan dari jual sampah anorganik tidak seberapa, tapi sedikit berperan untuk dapat mempermudah pengelolaan sampah — dan siapa tahu bisa membantu kolektor — itu felt good juga.