Menjajal GrabCar GrabProtect dari Grab Indonesia dengan Kualitas Layanan yang Berbeda

Saya suka menggunakan layanan Grab dan Gojek. Masing-masing punya kelebihannya sendiri, terutama untuk fitur transportasi, pemesanan makanan, dan pengantaran barang. Untuk Grab, layanan yang paling saya gunakan adalah GrabFood. Layanan transportasi seperti GrabBike dan GrabCar juga kadang saya gunakan. Namun, sejak pandemi COVID-19, sudah lebih dari 7 (tujuh) bulan saya tidak menggunakan kedua layanan transportasi ini.

Sampai minggu lalu, akhirnya saya menggunakan layanan transportasi dari Grab, yaitu GrabCar. Layanan ini akhirnya saya gunakan karena saya perlu melakukan perjalanan, dan saya memang tidak membawa mobil sendiri. Dari pilihan yang ada yaitu menggunakan layanan kendaraan roda dua atau roda empat, saya memutuskan untuk memilih layanan roda empat (GrabCar). Grab juga menjadi salah satu opsi saya ketika di Jogjakarta, ataupun ketika saya bepergian ke Jakarta.

Ketika melihat pilihan armada di aplikasi Grab, saya diberikan saran untuk menggunakan layanan GrabCar Protect selain GrabCar, GrabTaxi, GrabCar Plus, GrabCar 6, dan GrabGerak. Dan, saya bepergian sendirian.

Di situs Grab, ada sedikit penjelasan mengenai GrabProtect ini.

Menurut deskripsi, tentang GrabCar Protect ini:

GrabCar Protect adalah transportasi khusus yang menyediakan layanan ekstra dalam keamanan dan kenyamanan perjalanan dalam situasi COVID-19.

Jadi, diantara opsi yang ada, jika konteksnya adalah opsi paling “aman”, maka GrabCar Protect seharusnya menjadi pilihan utama. Dan, dibandingkan dengan opsi kendaraan yang lain, harga juga sedikit lebih mahal (jika dibandingkan dengan GrabCar, bahkan GrabCar Plus dan GrabCar 6. Masih tentang GrabCar Protect ini, kalau di aplikasi, ada beberapa hal yang dituliskan, yaitu:

  1. Kapasitas 1-3 penumpang
  2. Partisi plastik untuk melindungi pengemudi dan penumpang
  3. Pengemudi mendapatkan pelatihan khusus dan SOP
  4. Pengemudi dengan APD (masker, sarung tangan, pembersih tangan)
  5. Penyemprotan desinfektan secara berkala pada mobil
  6. Tarif yang tertera termasuk biaya pemesanan senilai Rp4.000 yang mencakup inovasi fitur keselamatan terbaru, pelatihan pengemudi, asuransi perjalanan dan biaya operasional lainnya.

Sedikit tambahan dalam deskripsi juga ada keterangan “Extra protection from Lifebuoy”. Dengan segala informasi tersebut, cukup menjadi alasan bagi saya untuk akhirnya memilih GrabProtect.

Perjalanan Pertama: Puas dan Menyenangkan

And, I felt safe.

Itulah pengalaman yang saya dapatkan ketika kali pertama menggunakan layanan ride sharing Grab dengan armada GrabProtect. Jelas saja ekspektasi jauh berbeda dibandingkan sebelum masa pandemi COVID-19.

Kenapa saya puas dan perjalanan pertama di hari itu berlangsung dengan menyenangkan dan ada perasaan aman? Karena:

  1. Sekat partisi antara kabin pengemudi dengan penumpang terpasang dengan baik
  2. Pengemudi menggunakan masker
  3. Kondisi mobil bersih
  4. Ada cairan hand sanitizer di kantong pintu penumpang

Dengan kondisi tersebut, saya tidak keberatan juga untuk diajak mengobrol, walaupun memang tidak sepanjang perjalanan. Saya sendiri juga menggunakan masker, kacamata, dan juga membawa hand sanitizer dalam tas.

Setelah selesai perjalanan, dengan senang hati saya memberikan rating 5, walaupun pengemudi juga tidak spesifik meminta saya memberikan rating 5.

Perjalanan Kedua: Tidak Begitu Menyenangkan

Dari begitu banyaknya perjalanan yang saya lewati menggunakan Grab atau Gojek, saya kadang tetap bisa menerima misalkan perjalanan bisa dikatakan “tidak sempurna”. Pengemudi agak ngebut, saya masih OK terlebih ketika terlihat juga percaya diri dalam membawa kendaraan. Salah rute, saya juga pernah. Memilih untuk turun karena tujuan terlanjur dilewati daripada harus putar balik dengan jarak yang jauh, saya juga tidak keberatan.

Nah, perjalanan kedua dengan armada GrabCar GrabProtect di hari yang sama kemarin bisa dikatakan tidak begitu menyenangkan. Kenapa?

  1. Driver tidak menggunakan masker! Saya tahu, sudah ada sekat antara pengemudi dan penumpang, tapi tidak menggunakan masker bukan sebuah gesture yang baik menurut saya. Karena, tetap saja, mobil adalah sebuah tempat dengan area yang tertutup dan ada sirkulasi dari AC.
  2. Tidak ada hand sanitizer yang dapat diakses secara mandiri oleh penumpang. Entah memang tidak ada, atau sebelumnya ada tapi ketika saya naik tidak ada disana. Walaupun, ini tidak terlalu masalah bagi saya karena saya sudah bawa sendiri.

Dan, dibandingkan dengan pengemudi sebelumnya, dengan tidak menggunakan masker justru pengemudi yang ini lebih sering mengajak ngobrol. Saya tidak begitu nyaman, tapi saya juga coba tetap sopan dengan menjawab seperlunya. Foto sengaja tidak saya publikasikan dalam artikel ini, namun ada dalam ponsel saya. Saya sengaja tidak menegur, karena saya masih ragu dengan reaksi yang akan saya terima. Mungkin saya kurang tepat membiarkannya, tapi saya sadar dengan keputusan saya saat itu.

Selesai perjalanan, saya tetap mengucapkan terima kasih, dan pengemudi meminta saya untuk jangan lupa memberi bintang 5. Sebenarnya, kalau mau fair, saya ingin memberi bintang 3. Tapi, niat tersebut saya batalkan. Saya memilih untuk tidak memberikan rating sama sekali.


Mungkin saya berlebihan, tapi dalam kondisi yang agak khusus saat ini, dengan adanya opsi dari penyedia layanan bagi konsumen, tentu hal tersebut merupakan sesuatu yang harus diapresiasi. Semoga penyedia layanan seperti Grab dalam kondisi ini juga memperketat prosedur operasional. Tapi, pengemudi dan penumpang juga memegang peranan penting sehingga kondisi aman dan nyaman bisa terpenuhi.


Comments

One response to “Menjajal GrabCar GrabProtect dari Grab Indonesia dengan Kualitas Layanan yang Berbeda”