Kadang bercanda juga bisa gagal

Lagi-lagi dengan Pak Senen. Ya, si bapak yang kadang membingungkan itu. :)

Beberapa hari lalu, ketika saya mau berangkat ke kantor saya sempat mampir sebentar untuk sekadar bercakap-cakap ringan dengan beberapa orang yang nongkrong di pangkalan ojek dekat tempat tinggal saya. Tidak ada yang istimewa memang, tapi entah kenapa percakapan semacam ini menyenangkan bagi saya. Kadang menjadi sebuah kebutuhan pribadi untuk saya. Ya, ngobrol.

Waktu itu Pak Senen ini sedang sibuk dengan ponsel yang entah kapan dia beli. Karena seingat saya, ponsel yang dia pegang berbeda dari yang saya lihat sebelumnya. Sekarang berwarna perak, berbeda dari yang dulu berwarna merah. Ketika saya datang, tiba-tiba saja Pak Senen ini minta tolong ke saya untuk mencarikan sebuah nama dan nomor telepon yang ada dalam daftar kontak. Katanya sih, temannya yang duduk-duduk disitu bilang tidak ada nama yang dimaksud. Mungkin dia tidak percaya kali ya, takut dikerjai mungkin. Tapi saya masih yakin kok kalau Pak Senen ini masih percaya Tuhan. *loh?*

Akhirnya saya coba cari nama yang dimaksud. Dan memang benar tidak ada. Setelahnya, ya ngobrol ringan saja. Kurang lebih begini percakapannya:

Pak Senen: “Wah, jadi ndak ada yo Mas?”
Saya: “Ndak ada, lha mbok tanya sama dia (yang mau dikontak), telpon gitu. Trus tanya nomor telponnya…” Catat: pernah dengar kan becandaan ini?
Orang yang tadi diminta bantuan Pak Senen (dengan nada serius), “Lha gimana toh mas? Lha wong nomor telponnya ndak tahu kok malah disuruh nelpon…”

*hening… terdengar sayup-sayup suara jangkrik*