Jogja Java Carnival

Jogja Java Carnival. Pertama kali mendengar ini sewaktu saya ikut di acara FAM Trip Journalist beberapa bulan yang lalu. Ya, sebuah pagelaran istimewa yang ingin menampilkan sebuah atraksi budaya dan kesenian untuk peringatan HUT Kota Jogjakarta di tahun ini (HUT Kota Jogjakarta ke-252). Dan, kemarin (25 Oktober 2008), sebuah karnaval itupun berlangsung.

Setelah beberapa hari sebelumnya sempat melihat spanduk-spanduk bertebaran di beberapa sudut kota Jogja, saya tidak ingin melewatkan acara ini. Jujur saja, saya memiliki sebuah ekspetasi tersendiri untuk melihat sebuah suguhan acara yang menarik. Tapi, setelah melihat awal dari acara ini, dan dilanjutkan dengan melihat “sebagian” acara ini, dan jika harus menggambarkan bagaimana acara ini berlangsung: saya tidak merasakan sebuah acara yang spektakuler. Kecewa? Mungkin iya.

Saya melihat bersama dengan cewek saya, dan sudah ada di venue sekitar pukul 18:00 sesuai dengan yang direncanakan. Padahal, sebelumnya ketika saya melihat di kawasan perempatan Malioboro, sekitar pukul 16:00, kawasan tersebut telah dipadati oleh ribuan orang. Antusiasme warga jelas sekali terlihat.

Pukul 19:00, suasana semakin padat. Terlihat suasana orang penuh sesak. Saya mungkin hanya salah satu penonton yang (mungkin) merasa sudah tidak nyaman dengan belum adanya tanda-tanda bahwa karnaval tersebut akan dimulai. Oke, kita tunggu saja…

Sekitar pukul 19:30, sepertinya sudah terlihat tanda-tanda akan dimulai. Entah siapa yang mengatur protokoler acara, yang pasti suara himbauan untuk meminta penonton memberikan jalan berulang kali terdengar. Karena sepertinya penonton tidak menghiraukan, selanjutnya terjadi sesuatu yang menggelitik telinga. Kurang lebih, saya mendengar, “Kalau tidak minggir, acara karnaval tidak bisa dimulai…”. Kurang lebih seperti itu. Tiba-tiba saya merasa seperti berada disuasana event berskala kecil. Tapi, ya sudahlah… itu hak dari penyelenggara. Yang pasti, saya tidak bisa mundur dari tempat berdiri, karena sudah berada diposisi sangat pinggir.

Menjelang pukul delapan (kalau saya tidak salah ingat), belum ada tanda-tanda akan dimulai. Penonton yang mungkin sudah mulai jenuh karena telah menunggu beberapa jam akhirnya juga menjadi sedikit kecewa. Disekitar saya muncullah obrolan, komentar, dan lain sebagainya. Intinya: kapan acara ini dimulai?

Saya bosan. Akhirnya memutuskan pulang bersama dengan cewek saya. Karena masih ada kesempatan lagi untuk melihat ke tempat acara, saya coba lihat kembali, untuk memenuhi rasa penasaran saya. Saya berpapasan dengan arus masyarakat yang meninggalkan venue. Ah, sudah selesai rupanya. Ternyata saya salah. Saya coba mendekat ke kerumunan orang. Eh, masih ada peserta karnaval dari Korea. Tapi mereka masih dalam keadaan menunggu giliran untuk performance. Masih cukup jauh dari “tempat pertunjukan” yang ada di depan Monumen Satu Maret. Saya tunggu, cukup lama. Akhirnya rombongan bergerak maju. Saya lihat, peserta sudah berbaur dengan masyarakat.

Saya putuskan bergerak ke arah selatan untuk sekadar melihat rombongan peserta lainnya. Rasa bosan dan jenuh mungkin sudah menghinggapi beberapa peserta, apalagi yang berada di barisan belakang. Lagi-lagi disini terlihat mereka sudah berbaur dengan para penonton. Setelah melewati rombongan terakhir yang saya temui, saya bisa berjalan dengan cukup leluasa bersama dengan penonton lain. Ternyat saya salah (lagi).

Saya masih menjumpai sebuah kendaraan peserta pameran yang cukup besar. Beberapa puluh meter dari peserta (yang saya kira) terakhir. Kendaraan tersebut sedang berhenti. Entah menunggu giliran atau apa. Tidak lama kemudian, kendaraan itupun bergerak mundur. Entah ada apalagi.

Saya tahu, agenda semacam ini tidaklah mudah dalam pelaksanaan. Hambatan dan rintangan sudah pasti ada. Dan, sepertinya akan diadakan lagi ditahun berikutnya. Apakah masih akan sama? Saya tidak tahu.


Comments

11 responses to “Jogja Java Carnival”

  1. vetamandra

    Untung tidak nonton. Pas saya kecil dulu pernah nonton kirab raja. Tertib juga, g ada penonton yang membludag ke jalan. Soale dijaga polisi dan tentara. Emang kemarin gak ada yang jaga?

  2. Sempat nonton juga, tapi buru-buru pulang. Memang semalem rasanya gak nyaman banget. Ulah oknum panitia yg overacting minta penonton minggir membuka jalan, nyebahi banget.
    Sepertinya panita kok tdk mengantisipasi luapan penonton ya..

  3. saya juga nulis mas di blog, syukurnya ada panitia yang baca. kali ini ada kambing hitam baru, penonton dan fotografer :P

  4. pas itu saya nonton efek ruah kaca yang perform di taman pintar. ad bbrapa band2 yang berpartisipasi di pameran siaga bencana. padahal deket bgt dr taman pintar sama jalur karnaval.

  5. @veta, ada kok yang jaga. Tapi memang dasarnya penonton mbludak. Saya kira kemarin memang jalan sudah mulai di sterilkan sebelum penonton semakin ramai. Atau malah sudah? Entahlah…

    @yan arief, hehehe.. aku SMS dirimu itu ketika memang pas mengira kalau acaranya memang bagus loh.

    @anto, iya pak. Aku dah baca juga. Saya kok lebih ngira bukannya penonton yang tidak bisa diatur sih. Tapi, kalau dari awal memang penonton sudah dibuat tertib dengan pembatas jalan lah, atau sejak awal mulai venue mulai di sterilkan… apakah paling tidak “agak mendingan”?

    @wednes, loh.. saya akhirnya juga sempat ke Taman Pintar. Nonton Efek Rumah Kaca (tapi cuma lagu terakhir), sampai dengan games-nya. :D

  6. Saya pulang pas acara sambutan-sambutan dah gak betah lagi nungguin…. pas udah nyampe di rumah nonton acaranya di TV (meskipun nggak yang bagus banget pengambilan gambarnya) kok rasanya konyol banget nonton di venue langsung…

  7. Ini menjadi pembelajaran. Saya sebenarnya ingin datang memotret, cuma nggak jelas, nguprek di website nggak ada kejelasan jadi apa tidak acaranya. Di flyer tidak ada, hanya berdasarkan info teman teman, sekadar spanduk..
    Mestinya pemkot Jogja menghire EO yang competen untuk urusan seperti ini.

  8. pengamanan kurang, antisipasi panitia menghadapi penonton sangat kurang!
    ada yg bilang fotografer gak bisa diatur, itu karena tidak ada tempat khusus bagi para jurnalis yang ingin mengambil gambar. fotografer, kameramen mengambil gambar itu juga untuk publikasi acara jogja java carnival!
    tahun depan apabila ingin mengadakan acara yang sama, panitia harus prepare lebih lagi dari tahun ini!

  9. @iman brotosno. Butuh informasi dari website? Wah, kayaknya susah kalau berharap dari website mas. Kalo di sini sih, baliho segede gaban banyak. Tapi, spanduk yang disponsori salah satu perusahaan telekomunikasi juga baru nongol belum lama dari ketika event berlangsung. Mmm… sponsornya datang agak belakangan, mungkin?

    @manusiabiasa, semoga sih tahun depan bisa lebih baik lagi…

  10. Doh.. baru sadar ada acara ini di Jogja..

    *kok bisa aku gak tau ya? :(