Berkurang satu pohon mangga

Di rumah tempat saya tinggal, ada beberapa pohon yang cukup besar dan produktif. Dulu ada pohon sawo, rambutan, duku, cengkeh, nangka, kelapa gading dan beberapa lainnya. Kalau tidak salah pohon sawo dan dulu tersebut usianya malah lebih tua dari saya, tapi dulu masih produktif. Beberapa pohon akhirnya ditebang. Pohon sawo yang cukup besar — dulu kalau panen, yang mengangkut sampe 2 andong — akhirnya ditebang, karena buah sering jatuh di genteng yang mengakibatkan banyak genteng yang pecah. Kalau musim berbuah dan disaat yang sama juga musim hujan, repot sekali.

Pohon duku dan cengkeh akhirnya juga ditebang dengan pertimbangan karena kedua pohon tersebut tidak produktif lagi. Saat ini, yang paling banyak jumlahnya adalah pohon mangga. Ada lima pohon mangga. Yang satu belum mulai berbuah, tapi yang lain, kalau soal berbuah, tidak diragukan lagi rasa dan banyaknya. Pohon rambutan dan kelapa gading juga masih produktif. Kelapa gading yang ada dirumah lebih sering dimanfaatkan oleh tetangga. Kurang tahu untuk apa, tapi beberapa kali banyak tetangga yang minta. Untuk urusan ini, tidak ada alasan untuk bilang tidak boleh.

Kemarin, satu pohon mangga akhirnya dengan terpaksa ditebang. Ini bukan soal tidak ramah terhadap lingkungan, tapi lebih kepada kebutuhan saja — lebih jelasnya, kebutuhan saya pribadi. Bulan ini saya berencana ingin berganti ISP untuk kebutuhan koneksi internet dirumah. Walaupun, untuk ISP baru itu, belum tahu juga apakah 100% pasti bisa terpasang dirumah. Nah, ada kebutuhan tempat yang harus disiapkan untuk memasang pipa antena. Pohon mangga yang ada di dekat lokasi pemasangan cukup tinggi dan sepertinya bakal menghalangi. Akhirnya tadi siang ditebang juga. Oh ya, tidak menebang sendiri, tapi memakai jasa tukang tebang pohon yang kebetulan lewat depan rumah. Dulu beberapa kali sih pernah lihat tukang ini lewat menawarkan jasa. Tapi baru kemarin menggunakan jasa beliau.

Untuk menebang pohon tersebut, setelah negoisasi singkat, akhirnya disepakati harga Rp. 25.000,00. Singkatnya, pohon ditebang. Eh, tapi sepertinya ditebang dengan pengertian tidak habis semua, tapi dipendekkan setengah sih… Prosesnya sendiri cukup cepat, tidak sampai setengah jam. Bapak penebang pohon yang katanya dari daerah Wonosari ini saya lihat sangat terampil, apalagi melengkapi diri dengan gergaji yang bagus (tajam dan cukup besar). Saya pikir-pikir… mungkin Rp. 25.000,00 sudah harga yang cocok — paling tidak bagi bapak itu. Tapi, kalau melihat porsi kerjaan dan cuaca yang benar-benar panas, kok sepertinya bapak tersebut pantas untuk mendapatkan jumlah lebih ya. Apalagi, mendapatkan pemakai jasa tebang pohon mungkin bukan pekerjaan mudah.

Akhirnya setelah semua selesai, saya berikan hak beliau dengan sedikit tambahan. Yah, anggap saja memberikan hak yang seharusnya diterima ditambah dengan sedikit tanda terima kasih. Saya lihat bapak tersebut juga tidak mengecek dulu jumlahnya, karena saya masukkan dalam amplop. Tapi, semoga yang saya berikan cukup pantas deh…

Sekarang, pemandangan jadi agak longgar. Tapi, terasa sekali kalau hari panas, jadi sedikit silau. Tinggal tunggu konfirmasi dari pihak ISP yang katanya akan datang hari Jumat ini untuk melakukan pengecekan… Semoga saja bisa.


Comments

5 responses to “Berkurang satu pohon mangga”

  1. yang jelasnya rumahnya pasti luas banget ya…

  2. pengen dolan, ancer-ancere mana to mas? lupa jeh

  3. kapan aku diajak kesana?

  4. tom…kowe meh mantenan kpn..????
    jo lali aku yo..???

    awas ra di undang..!!!!

  5. jd inget dulu pas mampir rumahnya mas thom buat ambil es buah.. ngeliat mangga bergelantungan bikin ngiler…. kalo panen kirim2 ke Bekasi ya mas hehehe